Deretan Risiko Persalinan, Baik Normal atau Operasi Caesar

Reporter : Tantiya Nimas Nuraini
Jumat, 13 September 2019 08:03
Deretan Risiko Persalinan, Baik Normal atau Operasi Caesar
Persalinan boleh dibilang pertarungan hidup dan mati. Baik itu secara normal maupun melalui operasi. Apa saja risiko yang mungkin timbul?

Dream – Bagi ibu yang tengah mengandung, proses persalinan tentunya harus dihadapi apapun caranya. Baik itu persalinas pervaginam (normal) atau melalui operasi caesar.

Rasa sakit memang identik dengan melahirkan, terutama yang melahirkan secara normal. Sebenarnya rasa sakit tersebut tak boleh ditakuti, tapi justru berkah dan tanda positif karena pertanda bayi akan segera lahir ke dunia.

Kontraksi yang menimbulkan rasa sakit inilah yang membantu leher rahim atau serviks melebar. Tidak hanya itu saja, secara perlahan kontraksi akan membantu mendorong bayi jalan lahir.

Bagi yang kondisinya tak memungkinkan dengan alasan kesehatan, operasi caesara adalah jalan keluar yang bisa dilakukan. Rasa sakit yang muncul justru akan lebih hebat setelah persalinan dilakukan, karena ibu merasakan luka operasi.

Tiap persalinan memiliki risiko dan sisi positifnya sendiri. Tak ada salahnya untuk mengetahui secara detail, terutama bagi Sahabat Dream yang kini sedang mengandung buah hati.

1 dari 5 halaman

Melahirkan Normal

Melahirkan Normal © shutterstock.com

Sisi Positif

  • Risiko Rendah Terkena Infeksi
    Melahirkan secara normal risiko ibu terkena infeksi  postpartum, jadi jauh lebih rendah. Satu hal yang penting diperhatikan adalah kebersihan alat-alat kesehatan.
  • Hormon akan Membantu Rasa Sakit
    Pada saat menjalankan proses melahirkan secara normal, tubuh secara otomatis akan mengeluarkan hormon tertentu. Hormon tersebut bermanfaat dalam membantu proses pemulihan. Tidak heran jika ibu yang memilih melahirkan secara normal akan lebih cepat sembuhnya daripada menjalankan proses c-section.
  • Tidak Ada Sayatan Perut
    Melahirkan secara normal tidak akan menimbulkan sayatan di area perut. Dengan tidak adanya sayatan di area perut, sangat memungkinkan para ibu untuk bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Bahkan, tidak perlu khawatir lagi jika si bayi akan banyak bergerak ketika di gendongan atau hingga si bayi secara tidak sengaja menendang di area perut.
2 dari 5 halaman

Risiko Melahirkan Normal

Risiko Melahirkan Normal © shutterstock.com

  • Merasakan Rasa Sakit
    Saat kontraksi, ibu pasti merasakan sakit. Namun, tidak perlu khawatir  sebab sudah ada obat penghilang rasa sakit yang bisa mengurangi level nyeriibu.

  • Membutuhkan Waktu yang Tak Terbatas
    Tidak seperti ketika menjalankan proses melahirkan secara c-section, proses melahirkan normal akan lebih membutuhkan waktu yang lama. Tidak ada yang bisa mengatakan berapa lama persalinan tersbeut akan berlangsung. Setiap ibu akan menghabiskan waktu yang berbeda-beda. Ada yang sangat cepat dan ada pula yang menghabiskan waktu hampir 72 jam dalam proses melahirkan normal.
  • Merasa Sakit Ketika Buang Air
    Buang air kecil dan buang air besar akan terasa sulit setelah melahirkan secara normal. Bahkan, tidak sedikit yang mengalami robekan di bagian vagina. Untuk itu, adanya tekanan dan asam yang terkandung di dalam urin akan membuat organ intim menjadi menyakitkan.
  • Robekan dan Episiotomi
    Saat menjalankan proses melahirkan normal, para ibu umumnya akan mengalami robekan di bagian intim. Hal tersebut memang wajar terjadi sebab dilihat dari ukuran kepala bayi yang cukup besar. Perobekan tersebut bisa terjadi secara alami ataupun secara episiotomy. Episiotomy sendiri merupakan sayatan pada perineum yang bertujuan untuk memudahkan pengangkatan bayi dari vagina para wanita.
3 dari 5 halaman

Melahirkan C-Section atau Operasi Caesar

Melahirkan C-Section atau Operasi Caesar © shutterstock.com

Keuntungan:

  • Sakit Kontraksi Dihilangkan
    Ketika menjalani proses melahirkan secara c-section, rasa sakit kontraksi justru akan dihilangkan. Hal ini untuk menyiapkan tubuh ibu dan janin menjalani operasi.
  • Tak ada robekan Vagina
    C-section dilakukan tidak di bagian vagina melainkan di area perut bagian bawah tepat di atas rahim. Secara otomatis, vagina tidak akan mengalami perobekan atau episiotomy. Tidak hanya itu saja, vagina juga tidak akan mengembang seperti para ibu yang menjalankan proses melahirkan secara normal.
  • Tidak Merasa Sakit Ketika Buang Air
    Dikarenakan bayi dikeluarkan melalui perut, bukan melalui vagina sehingga para ibu tidak akan merasakan rasa sakit ketika akan buang air. Rasa sakit yang timbulkan sesaat setelah melahirkan tersebut di karenakan asam yang ada di dalam urin menyentuh vagina yang telah robek sebelumnya. Pada saat menyentuh luka tersebut, cenderung akan menimbulkan rasa menyengat hingga seperti terbakar.
4 dari 5 halaman

Risiko Operasi Caesar

Risiko Operasi Caesar © shutterstock.com

  • Terkena Infeksi
    Operasi Caesar adalah proses melahirkan yang dilakukan dengan membuat sebuah sayatan di bawah perut untuk bayi keluar. Luka sayatan inilah yang bisa menimbulkan risiko terkena sutu infeksi dan komplikasi. Hal tersebut bisa terjadi apabila setelah menjalankan prosedur c-section, sayatan tersebut tidak mendapatkan perawatan yang tepat dan benar. Jika sudah mengalami rasa sakit tepat di bagian sayatan, segeralah pergi konsultasi dengan dokter kandungan.
  • Membutuhkan Waktu Lama Dalam Masa Penyembuhan
    Tidak sama seperti melahirkan normal, para ibu yang memilih menjalani operasi Caesar akan lebih membutuhkan waktu yang lama dalam masa penyembuhan. Sesaat setelah menjalankan operasi, para ibu diharuskan untuk selalu tetap di tempat tidur dalam periode waktu tertentu. Tidak hanya itu saja, ketika para ibu mencoba untuk duduk atau bergerak secra tiba-tiba akan memungkinkan menimbulkan rasa sakit di bagian perut terutama bekas sayatan tersebut. (mut)

 

 

(Sumber: Boldsky)

5 dari 5 halaman

Profesor Kebidanan Ungkap Posisi Melahirkan Telentang Seperti 'Siksaan'

Profesor Kebidanan Ungkap Posisi Melahirkan Telentang Seperti 'Siksaan' © Dream

Dream - Kondisi berbaring dengan telentang jadi posisi umum ibu saat melahirkan secara normal. Saat kontraksi muncul, ibu lalu diminta sedikit mengangkat punggung dengan sedikit duduk dan memegang betis.

Hal tersebut menurut banyak praktisi kebidanan bakal mempermudah bayi keluar. Rupanya hal ini tak sepenuhnya tepat. Bahkan menurut Hannah Dahlen, seorang profesor kebidanan, meminta ibu berbaring saat melahirkan sama seperti menyiksanya.

" Wanita dipaksa melahirkan dengan punggung berbaring dan ini seperti siksaan dengan rasa sakit yang tak tertahankan," katanya.

Profesor Dahlen dari Western Sydney University mengatakan secara fisiologis posisi paling alami bagi wanita untuk melahirkan adalah bersandar ke depan atau forward. Yaitu bertumpu pada tangan dan lutut. Namun, lebih dari 90% wanita masih melahirkan dengan berbaring telentang.

Profesor Dahlen dan timnya melakukan penelitian mengamati wanita yang melahirkan di rumah, pusat persalinan dan di rumah sakit. Mereka mempelajari setiap gerakan ibu selama persalinan.

" Sangat jelas bahwa wanita yang melahirkan di rumah atau di pusat-pusat kelahiran bergerak terus-menerus dan akan condong ke depan ketika kontraksi. Secara naluriah akan akan mbersandar pada tangan mereka dan lutut," ungkap Dahlen, dikutip dari KidSpot.

Presiden Royal Australian College of Obstetricians, Profesor Steve Robson, mengamini Profesor Dahlen. Meski ia tak mau menggunakan terminologi 'siksaan'. Menurutnya persalinan dengan posisi berbaring sebaiknya dihindari.

" Bobot bayi di dalam rahim dapat menghalangi suplai darah sehingga ada alasan fisiologis yang baik untuk menghindarinya. Saya pikir ini sepenuhnya tentang apa yang nyaman bagi ibu. Penting membiarkan ibu untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman baginya," kata Robson.

Ia pun menyarankan bagi para tim medis, agar membiarkan ibu mencari posisi yang paling nyaman saat bersalin untuknya. Dengan begitu, trauma rasa sakit persalinan bisa diminimalisir.

Melahirkan

Beri Komentar