Ibu Dan Anak/ Foto: Shutterstock
Dream - Level kecerdasan seorang anak tentunya berbeda-beda. Ada banyak faktor yang sangat mempengaruhinya. Salah satu faktor penting dan merupakan " modal" kecerdasan adalah kromosom yang diwariskan ibu.
Hal ini membuat banyak orang bilang, kecerdasan anak merupakan keturunan dari ibu. Tentunya bukan tanpa alasan, karena ada penjelasan sains terkait hal ini. Dikutip dari KlikDokter.com, kecerdasan merupakan kemampuan anak dalam belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Unsur-unsur kecerdasan meliputi kemampuan untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir secara abstrak, dan memahami ide-ide yang sifatnya kompleks. Lalu bagaimana genetik ibu berperan pada kecerdasan anak?
Memang ada pengaruh gen atau genetik ibu terhadap kecerdasan anak. Gen memegang peranan penting, namun gen bukanlah segalanya. Genetik menyumbang sekitar 50% dari kecerdasan bawaan yang diturunkan dari orangtua, khususnya ibu.
Variasi genetik seorang anak diturunkan atas kombinasi gen ayah dan ibu, namun tidak pada aspek kecerdasan. Secara biologis teori ini tidak terjadi.
Perlu diketahui, bahwa gen kecerdasan terletak pada kromosom X dan perempuan memiliki dua kromosom tersebut. Sementara laki-laki hanya membawa satu kromosom X dan sisanya adalah kromosom Y.
Karena perempuan membawa dua kromosom X, maka kalau anak-anak memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mendapatkan kecerdasan dari sang ibu. Apalagi hal ini berlaku buat anak laki-laki, karena dia hanya membawa satu kromosom X saja. Jadi sudah jelas bahwa sang ibulah yang menurunkan kecerdasannya kepada anak.
Selain gen, 50 persen kecerdasan anak ditentukan oleh faktor lingkungan. Ibu adalah peran yang sangat penting dalam keluarga. Ibu bertindak sebagai pondasi dalam keluarga. Selain genetik yang diturunkan, ternyata kecerdasan anak kelak ditentukan pada awal kehidupannya, yaitu saat 3 tahun pertama kehidupan.
Apa saja yang harus diperhatikan dalam 3 tahun pertama? Nutrisi terpenting adalah pemberian ASI eksklusif oleh sang ibu selama 6 bulan, kemudian dilanjutkan asupan nutrisi melalui makanan pendamping ASI (MPASI). Tidak lupa juga stimulasi kecerdasan yang diajarkan kepada anak.
Jika ibu cerdas maka gen akan menurun pada anak, serta kecerdasan ibu dalam mendidik anak juga tentu membuat buah hati ikut cerdas pula. Namun sebetulnya, kecerdasan anak tak boleh hanya dibebankan oleh ibu. Sebab, membesarkan anak jadi cerdas sudah jadi tanggung jawab kedua orang tua, yakni istri dan suami.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Jelang persalinan buah hati, tentunya orangtua melakukan persiapan pada banyak hal. Mulai dari menyiapkan perlengkapan yang dibawa ke rumah sakit, juga kelenhkapan dan kebutuhan si kecil saat pulang ke rumah.
Salah satu yang sering dialami ibu jelang persalinan adalah terobsesi untuk merapikan dan bersih-bersih tiap sudut rumah. Mulai dari menyiapkan kamar untuk si kecil, membereskan lemari pakaiannya, hingga mencuci dengan tangan seluruh kelengkapannya.
Kondisi ini dalam istilah psikologis dikenal dengan sebutan nesting. Dikutip dari KlikDokter.com, nesting merupakan suatu dorongan yang dirasakan ibu hamil pada beberapa minggu sebelum fase melahirkan.
Kondisi ini membuat ibu hamil ingin membersihkan dan menata posisi barang-barang di rumah untuk menyambut kelahiran si buah hati. Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., seorang psikolog, nesting hukup umum terjadi pada ibu hamil.
“ Meski begitu, tidak semua ibu hamil akan mengalaminya. Hanya beberapa saja yang mengalami nesting saat hamil,” ujar Gracia.
Ia menjelaskan, nesting berkaitan dengan beberapa hal, seperti mempersiapkan lingkungan rumah yang aman, bersih, dan nyaman untuk kehadiran anak.
“ Nesting juga sering dilakukan untuk membuat ibu merasa aman dan nyaman selama menjalani proses kehamilan,” kata Gracia.
Terkait penyebab nesting pada ibu hamil, hingga saat ini hal tersebut masih misteri. Menurut Healthline, kondisi tersebut dihubungkan dengan gejolak hormonal selama kehamilan. Selain itu, nesting juga dipercaya sebagai mekanisme koping atau cara meredakan stres dan kecemasan terhadap kehamilan.
Berdasarkan Journal Evolution and Human Behavior, nesting juga diyakini berkaitan dengan keinginan ibu hamil untuk melindungi diri dan bayi dari dampak buruk lingkungan sekitar. Secara umum, berikut ini ciri dan tanda nesting:
Sering Bersih-Bersih
Ibu hamil yang sedang nesting akan rajin untuk bersih-bersih rumah. Tak jarang, ketika melihat lantai kotor, ibu hamil akan berpikir bahwa hal tersebut membahayakan diri dan calon buah hati.
Oleh karena itu, ibu hamil akan membersihkannya semaksimal mungkin. Tingginya kesadaran dan keinginan untuk bersih-bersih juga bisa terjadi karena ibu hamil mengetahui bahwa sistem kekebalan tubuh bayi belum maksimal.
Membeli keperluan bayi merupakan cara untuk menyalurkan dorongan energi yang dialami ibu hamil. Dalam kondisi ini, ibu hamil bisa membeli barang-barang, seperti breast pad, diaper cream, hingga keperluan rumah dengan berbelanja online saat ia terbangun dari tidur di tengah malam.
Menata Barang-Barang
Nesting membuat ibu hamil memiliki keinginan yang kuat untuk mengatur barang-barang agar mudah untuk diambil. Kondisi ini akhirnya membuat ibu hamil ingin menyiapkan kamar untuk buah hati, dan merapikan semua rumah lainnya.
Nesting memang mendorong keamanan bagi ibu hamil dan calon bayi. Penting diingat jika tidak dikendalikan, hal tersebut bisa membuat ibu hamil kelelahan dan berdampak buruk pada kesehatan. Penjelasan selengkapnya baca di sini.