© 2025 Https://www.unsplash.com
DREAM.CO.ID - Di era digital kayak sekarang, anak-anak udah nggak asing lagi sama TikTok, Instagram, atau YouTube. Bahkan, kadang mereka lebih jago dari orang tuanya soal ngedit video atau bikin konten. Pertanyaannya, kapan sih waktu yang pas buat anak-anak mulai main media sosial?
Fenomena ini makin sering muncul di meja makan banyak keluarga. Ada anak SD yang udah minta izin bikin akun, ada juga yang sembunyi-sembunyi pakai akun palsu. Wajar, sih. Media sosial memang jadi bagian dari gaya hidup, tapi tetap ada batasan yang perlu dipahami.
Kalau ngikutin regulasi internasional, mayoritas platform populer kayak Instagram, TikTok, atau Facebook menetapkan usia minimal pengguna adalah 13 tahun. Bukan asal angka, aturan ini muncul karena ada Undang-Undang Perlindungan Data Anak di Amerika (COPPA) yang melarang perusahaan mengumpulkan data pribadi anak di bawah usia tersebut tanpa izin orang tua. Jadi, secara hukum, anak di bawah 13 seharusnya belum boleh punya akun sendiri.
Namun, kenyataannya banyak anak yang sudah main media sosial jauh sebelum umur itu. Entah karena dibikinin akun sama orang tua, atau mereka bikin diam-diam pakai tanggal lahir palsu. Nah, di sinilah peran orang tua jadi penting banget.
Psikolog anak, misalnya, sering bilang kalau usia hanyalah angka. Yang lebih penting adalah kedewasaan si anak. Ada anak 12 tahun yang udah cukup paham cara menjaga privasi, nggak gampang terpancing komentar negatif, dan bisa mengontrol waktu main gadgetnya. Tapi ada juga yang umur 15 tahun masih gampang kebawa arus dan tertekan karena perbandingan di dunia maya.
Artinya, keputusan kapan anak boleh main sosmed sebaiknya nggak cuma ngikutin aturan platform, tapi juga menyesuaikan kesiapan mental mereka.
Bermain media sosial punya sisi positif, misalnya anak bisa belajar kreativitas, terhubung dengan teman, atau bahkan menyalurkan hobi. Tapi, nggak bisa dipungkiri ada risiko yang perlu diantisipasi:
Cyberbullying: komentar jahat bisa bikin anak minder.
Konten negatif: algoritma kadang menyajikan hal-hal yang belum pantas buat mereka.
Kecanduan layar: kalau nggak dibatasi, waktu belajar dan tidur bisa berantakan.
Itulah kenapa, meskipun anak sudah cukup umur, tetap penting ada pendampingan orang tua.
Biar nggak bingung, ada beberapa langkah yang bisa jadi pegangan:
Mulai dengan komunikasi terbuka – ajak anak ngobrol tentang alasan mereka pengin main sosmed.
Bikin aturan jelas – misalnya waktu online maksimal 1–2 jam sehari.
Ajarkan literasi digital – dari cara bikin password aman, sampai gimana menghadapi komentar negatif.
Ikut terlibat – bukan berarti jadi stalker, tapi coba follow akun anak supaya tetap bisa memantau tanpa bikin mereka merasa diawasi berlebihan.
Jawaban simpelnya: secara aturan, minimal 13 tahun. Tapi jawaban realistisnya: ketika anak udah cukup matang secara mental dan mampu bertanggung jawab atas kehadiran mereka di dunia maya.
Media sosial itu ibarat pisau. Bisa dipakai buat masak enak, bisa juga bikin celaka kalau salah gunakan. Jadi, orang tua perlu jadi “ koki” yang baik—ngarahin, ngawasin, tapi tetap ngasih ruang biar anak bisa belajar.
Pada akhirnya, membiarkan anak main sosmed bukan cuma soal umur, tapi juga tentang menanamkan nilai-nilai dasar: menghargai diri sendiri, menghormati orang lain, dan bijak dalam bersuara. Kalau itu sudah tertanam, umur berapa pun, anak akan lebih siap menghadapi dunia digital.
Advertisement
Ratu Properti, Jisoo BLACKPINK Baru Beli Rumah di Gangnam Rp232 Miliar

Komunitas 1000 GURU, Mengajar Sampai ke Pelosok Negeri

Pria Ini Setuju Bayar Nafkah Kucing Setelah Cerai

Sudah 4 Bulan Beroperasi, Stasiun KRL Tanah Abang Baru Akhirnya Diresmikan

Mengenal Sindrom Kepala Datar Pada Bayi, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
