Sibuknya Jadi Orangtua di Jepang, Pengalaman WNI di Negeri Sakura

Reporter : Mutia Nugraheni
Senin, 2 Januari 2023 10:20
Sibuknya Jadi Orangtua di Jepang, Pengalaman WNI di Negeri Sakura
Ia dan sang suami, harus mengikuti aturan dalam hal kesehatan dan tumbuh kembang anak sesuai dengan aturan pemerintah Jepang, walaupun mereka pendatang.

Dream - Kebiasaan tiap orang dalam mengasuh anak tentunya berbeda-beda. Hal ini juga sangat dipengaruhi di mana seseorang tinggal. Pengalaman warganegara Indonesia yang tinggal di Jepang dan memboyong anak-anaknya bisa jadi gambaran.

Amelia, pemilik akun Instagram @ameliamuriza membagikan pengalamannya mengasuh tiga anak di Jepang. Ia dan sang suami, harus mengikuti aturan dalam hal kesehatan dan tumbuh kembang anak sesuai dengan aturan pemerintah Jepang, walaupun mereka pendatang.

Dalam unggahannya, Amelia mengungkap bahwa peran orang tua dalam mengasuh anak bersinggungan dengan dua elemen, yaitu ketetapan pemerintah dan kenyamanan bersama dalam masyarakat. Orangtua memiliki banyak jadwal rutin terkait anak dan cukup sibuk.

Ia mengungkapkan bahwa anak harus rutin dibawa ke health center untuk memantau tumbuh kembang anak, tanpa dikenakan biaya. " Jadwal imunisasi yang ditetapkan pemerintah (Jepang) padat. Bolak balik imunisasi anak karena difasilitasi (gratis) mengikuti program dan lengkap, jadi banyak sekali," tulisnya.

 

 

1 dari 4 halaman

Kepentingan Umum Selalu di Atas Kepentingan Pribadi

Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan kenyamanan dan ketertiban bersama ketika mengasuh anak. Meletakkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi merupakan prinsip dasar bagi masyarakat Jepang.

" Mesti fokus jaga anak terutama di tempat umum agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Anak harus selalu dalam pandangan mata orang tua," tulisnya.

Imbauan soal pengawasan anak banyak ditulis untuk menjaga ketertiban. Amelia juga bercerita bahwa orangtua harus terlibat aktif dengan program sekolah. Ini berlaku untuk semua sekolah negeri yang standarnya sama di seluruh Jepang.

2 dari 4 halaman

" Faktanya banyak ibu bekerja yang resign saat memiliki anak karena urusannya banyak sekali," ungkap Amelia.

Ditambah, penggunaan jasa asisten rumah tangga (ART) sangat mahal sehingga terbiasa hidup mandiri dan mengurus keluarga sendiri. Ia mengungkap bahwa kerja sama dan kekompakan antara suami dan istri di Jepang sangat diuji dalam kehidupan sehari-hari.

      Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh #dentistmomdiary (@ameliamuriza_)

 


Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita

3 dari 4 halaman

Pengalaman Ibu Asal Indonesia Melahirkan di Jepang

Dream - Jepang termasuk negara yang tingkat kelahirannya sangat rendah. Untuk meningkatkan angka kelahiran bayi, pemerintah negara matahari terbit tersebut membuat sebuah kebijakan yang sangat ramah bagi pasangan yang baru memiliki anak.

Bukan hanya memberi tunjangan, tapi juga fasilitas pendampingan setelah melahirkan. Bukan hanya untuk warga asli Jepang tapi juga para pendatang. Indri Putri Utami, seorang ibu asal Indonesia yang tinggal di Jepang menceritakan pengalamannya di akun Instagram @indripu miliknya, saat melahirkan anak keduanya.

Indri tinggal di Jepang karena mengikuti sang suami yang bekerja di sana. Ia juga memboyong anak pertama. Lewat video yang diunggah, Indri menceritakan kalau setelah melahirkan, dirinya dipantau secara rutin oleh petugas dari pemerintah setempat (Shiyakusho) bagian anak.

Setelah bayi berusia satu bulan, petuga Shiyakusho akan menghubungi ayah/ibu lewat telepon. Mereka akan membuat janji untuk kunjungan ke rumah.

Pemeriksaan bayi oleh petugas

" Kita ga perlu daftar atau lapor ke mereka kalo kita udah lahiran karna mereka udah terima laporan dari klinik atau RS bersalin tempat kita melahirkan. Kita hanya perlu menyiapkan Buku kesehatan ibu & anak (boshitecho) dan bath towel sebagai alas si bayi pas ditimbang," ungkap Indri.

 

4 dari 4 halaman

Petugas yang datang memeriksa bayi secara detail, terutama kondisi fisiknya. Seperti berat badan, panjang kepala, lingkar kepala, dan lingkar dada. Orangtua juga bisa berkonsultasi langsung jika ada masalah.

" Berasa diperhatiin bgt ga sih sama pemerintah disini padahal mereka ini kerja loh. Semua peralatan dibawa sendiri oleh petugas. Orangtua tidak perlu menyiapkan. Orangtua diajak ngobrol dan mengisi kuesioner perihal kondisi (fisik dan mental) selama mengurus anak," cerita Indri.

Instagram @indripu

Tak hanya itu, petugas juga membawa perlengkapan yang sangat dibutuhkan bayi, yaitu popok, tisu basah serta ASI booster hingga beras. Tak ketinggalan, jika memiliki kakak, disiapkan juga bingkisan berupa buku bacaan.

Wah, ternyata pelayanan untuk ibu melahirkan di Jepang sangat lengkap, Sahabat Dream.

Beri Komentar