Muntahan Paus Rp3,3 M di Bengkulu Terkait Paus Sperma Aceh?

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 16 November 2017 15:26
Muntahan Paus Rp3,3 M di Bengkulu Terkait Paus Sperma Aceh?
Pak nelayan yang menemukan muntahan paus sperma itu menjadi kaya mendadak. Karena muntahan itu ditawar Rp 3,3 miliar.

Dream - Temuan 200 kilogram `muntahan` paus sperma atau ambergris di Bengkulu pada Kamis, 2 November 2017 membuat heboh masyarakat. Sebab, nilai perkilogram ambergris itu ditaksir dapat mencapai lebih dari Rp20 juta.

Pak nelayan yang menemukan muntahan paus sperma itu menjadi kaya mendadak. Karena muntahan itu ditawar Rp 3,3 miliar.

Dua pekan setelah temuan itu, masyarakat kembali dihebohkan kehadiran 10 paus sperma yang terdampar di perairan kawasan Ujong Batee, Kabupaten Aceh Besar. Empat ekor paus sperma yang tersesat ini tak dapat diselamatkan.

Pakar mamalia laut dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Adriani Sunuddin memiliki jawaban tersendiri mengenai keterkaitan ambergris dengan 10 paus yang terdampar.

" Kalau mengaitkan langsung tidak bisa, tapi kalau ambergris itu dihasilkan oleh paus sperma memang benar," ucap Adriani saat berbincang dengan Dream, Rabu, 15 November 2017.

Tetapi, Adriani menduga ambergris yang ditemukan di Bengkulu bukan berasal dari 10 paus yang terdampar di Aceh. Sebab, biasanya, ambergris yang dihasilkan paus sperma membutuhkan proses kimiawi agar dapat membatu. Karena tidak setiap bulan, satu paus dapat menghasilkan ambergris. 

" Ambergris bukan `muntahan` dan sebetulnya dikeluarkan lewat anus. Paus sperma memproduksi ambergris, semacam lilin (wax) yang dihasilkan di dalam sistem pencernaan, untuk melindungi ususnya dari bahaya terluka benda tajam, yang tidak dapat dicerna seperti paruh cumi-cumi dan gurita," jelas Adriani.

Adriani menambahkan, ambergris yang baru dikeluarkan paus biasanya berwarna gelap seperti coklat, hitam, dan sejenisnya.

" Ini dikarenakan sifat senyawanya tidak larut di air, maka dibutuhkan waktu dan proses kimiawi untuk mengeras dan berubah warna jadi lebih terang, selama ambergris tersebut hanyut di permukaan laut hingga terbawa ke pantai," terangnya. 

 ...

1 dari 3 halaman

Penyebabnya...

Penyebabnya... © Dream

(Foto: WWF Indonesia)

Dream - Sementara itu, Adriani menduga 10 paus sperma yang terdampar itu disebabkan gejala yang luar biasa. Sebab, jumlah paus yang salah jalur terbilang cukup banyak.

" Yang saya sempat terpikir ialah badai geomagnetik matahari," ujar dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini. 

Badai geomagnetik memang dikenal tidak hanya mengganggu sinyal dan frekuensi teknologi buatan manusia, namun juga mengacaukan sensor hewan.

" Tetapi, untuk tahu penyebab pasti, dapat dilihat saat nekropsi pada paus yang sudah terdampar dan mati di Aceh itu," ucap dia.

Wilayah Indonesia yang luas memang kerap menjadi tujuan paus sperma untuk bermigrasi. Dalam migrasinya, paus sperma memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya, perairan yang memiliki ke dalaman lebih dari 300 meter dan menyediakan makanan.

" Paus itu pemilih sekali. Dia biasanya memakan cephalopoda seperti cumi dan gurita. Bisa saja dia makan ikan, tapi bukan ikan-ikan kecil di perairan laut dangkal," ujar dia.

Ada beberapa perairan Indonesia yang kerap disambangi paus sperma. " Paling sering, Laut Sawu, Laut Banda, Selat Makasar, Teluk Tomini," kata Adriani. 

2 dari 3 halaman

Heboh Kawanan Paus Sperma Raksasa Terdampar di Pantai Aceh

Heboh Kawanan Paus Sperma Raksasa Terdampar di Pantai Aceh © Dream

(Foto: Ilustrasi)

Dream - Warga di sekitar kawasan Pantai Ujong Kareung, Aceh Besar mendadak heboh. Pasalnya, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di wilayah tempat tinggal mereka pada 13 November lalu.

Sekelompok Paus Sperma berukuran raksasa terdampar di Pantai Ujong Kareung dan tak pelak peristiwa tersebut langsung menyedot perhatian warga. Warga langsung berkumpul di lokasi kejadian.

Peristiwa tersebut pun diabadikan lewat foto dan video yang kemudian dibagikan oleh akun Instagram WWF-Indonesia. Dalam unggahannya, akun @wwf_id menjelaskan jika sekelompok Paus Sperma tersebut terdampar di Pantai Ujong Kaerung, Aceh Besar pada 13 November 2017.

Usai peristiwa, tim WWF-Indonesia pun langsung menuju ke tempat kejadian setelah menerima laporan warga. " Kami mengerahkan tim dari kantor Aceh untuk membantu memberikan informasi awal dan kondisi tentang kejadian, serta mempersiapkan tim penyelamat pada Senin pagi," tulis akun @wwf-id.

Mereka pun menjelaskan jika upaya pengembalian 10 ekor Paus Sperma yang terdampar itu sudah dilakukan dengan sangat hati-hati dan dikomandoi oleh para ahli.

" Berkat respon cepat dari pemerintahan daerah, lima individu Paus berhasil dikembalikan ke laut lepas dengan menggunakan kapal penarik pada tengah malam waktu setempat. Keberhasilan ini diikuti dengan dikembalikannya dua Paus lain ke laut pada waktu Subuh," tulis WWF-Indonesia.

3 dari 3 halaman

Muntahan Ikan Paus Ditawar Rp3,3 Miliar, Nelayan Kaya Mendadak

Muntahan Ikan Paus Ditawar Rp3,3 Miliar, Nelayan Kaya Mendadak © Dream

Dream - Sukadi, nelayan warga Desa Pasar Lama, Kecamatan Kaur Selatan, Kabupaten Kaur, Bengkulu, tak pernah menyangka bakal mengalami nasib sangat mujur. Ketika sedang melaut mencari ikan, Sukadi tanpa sengaja menemukan muntahan ikan paus mengambang di lautan.

Muntahan ikan paus itu ditemukan di laut sekitar Pulau Enggano, Bengkulu Utara pada 2 November lalu. Dia lalu membawa pulang temuan itu ke Kaur.

Tak dinyana, sampai 9 November, muntahan paus seberat 150 kg yang telah dikumpulkannya ditawar orang seharga Rp3,3 miliar atau Rp22 juta per kilonya.

Tetapi, hingga kini kini Sukadi belum menjual muntahan tersebut karena masih mempertimbangkan harga yang paling pas.

" Saat menemukannya saya bagai mimpi. Karena tahu itu berharga, saya kumpulkan dan masukkan dalam perahu. Saat itu juga ada teman-teman lain. Awalnya muntahan paus saya simpan di Pulau Enggano," kata Sukadi.

Sukadi mengatakan muntahan ikan paus tersebut terapung di laut mengikuti arus berjejer. Bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti buah dan bulat. Ada yang kecil dan besar. Kini di rumah Sukadi masih tersisa 200 kilogram lagi.

Selengkapnya baca di sini. (ism) 

 

Beri Komentar