Tahun baru Masehi biasanya diisi dengan berbagai perayaan, seperti menghitung mundur dan menghidupkan kembang api.
Tahun baru Masehi biasanya diisi dengan berbagai perayaan, seperti menghitung mundur dan menghidupkan kembang api.
Dream - Penghujung tahun telah di depan mata dan pergantian tahun akan segera datang. Apa yang biasanya sahabat Dream lakukan di saat tahun baru tiba?
Umumnya, orang-orang akan merayakan tahun baru dengan sangat meriah. Lebih tepatnya pada malam tahun baru dengan menghitung mundur hingga akhirnya tiba di tanggal 1 Januari serta menghidupkan kembang api untuk menunjukkan kemeriahan pergantian tahun.
Lalu, bagaimana hukum merayakan tahun baru Masehi dalam Islam? Hal ini masih menjadi perdebatan di tengah masyarakat, terutama umat Islam.
Untuk mengetahui penjelasan terkait hukum merayakan tahun baru Masehi dalam Islam, berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.
Selama ini kita mengenal dua jenis penanggalan, yakni tahun Masehi dan Hijriah. Terutama bagi umat Islam yang sering menggunakan kalender Hijriah untuk menentukan hari besar keagamaan.
Lalu, bagaimana sebenarnya asal mula dari tahun Masehi dan Hijriah ini?
Dijelaskan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Baha, di dalam Al-Quran, penghitungan tahun adalah dengan menggunakan syamsiah (matahari) dan qomariah (bulan).
Beliau mengatakan, bahwa syamsiah (matahari) bisa dihitung menjadi tahun Syamsiah, yang dalam bahasa milenial disebut dengan Masehiah.
Hal itu membuat Umar bin Khattab tersinggung karena penanggalan yang berdasar pada Syamsiah sudah lebih dulu digunakan oleh kelompok di luar Islam yang diberi nama Masehiah.
Gus Baha menegaskan, dalam penghitungan tahun tidak ada hubungannya dengan Masehi ataupun Hijriah. Namun merujuk kepada Syamsiah dan Qomariah.
Akan tetapi, Syamsiah ini sudah dibuat dengan bahasa internasional yang menyebut dengan istilah Masehiah.
Oleh karena itu, Sayyidina Umar marah dan mengatakan, " Ya sudah kalau gitu Qomariah bikin Hijriah. Dan itu sebenarnya politik" .
Merayakan tahun baru Masehi masih kerap menjadi pertanyaan bagi sebagian besar umat Islam. Mengingat bahwa kalender Masehi sendiri bukanlah milik umat Islam. Lalu, bagaimana hukum merayakannya?
Secara umum, para ulama menyarankan untuk tidak merayakan tahun baru Masehi.
Salah satunya disampaikan oleh Buya Yahya dengan alasan hal-hal yang dilakukan dalam perayaan itu bisa menjerumuskan pada maksiat. Misalnya saja berfoya-foya.
Selain itu, Buya Yahya juga mengatakan bahwa mengikuti budaya kafir tidaklah diperkenankan.
Mengikuti budaya nonmuslim disebabkan oleh lemahnya pendirian yang dimiliki oleh seorang muslim.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia