Bali Geger Suara Ledakan, Ini Temuan BMKG

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 25 Januari 2021 13:02
Bali Geger Suara Ledakan, Ini Temuan BMKG
BMKG Regional III Denpasar memastikan suara ledakan bukan indikasi gempa.

Dream - Masyarakat Buleleng, Bali, dihebohkan suara ledakan pada Minggu, 25 Januari 2021. Ledakan terdengar cukup kencang pada pukul 10.00 WITA atai 09.00 WIB.

Sensor pada Server Pusat Gempa Bumi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Regional III Denpasar, menangkap adanya anomali sinyal pada jam tersebut. Bersamaan dengan diterimanya laporan masyarakat mengenai terdengarnya bunyi ledakan.

" Kami mendapatkan laporan dari masyarakat ada suara ledakan di wilayah Buleleng. Saat kami cek, itu adalah anomali sinyal yang terekam pada sinyal milik BMKG yang berada di Singaraja," ujar Staf pada Server Pusat Gempa Bumi Regional III Denpasar, Indira, dikutip dari Merdeka.com.

 

1 dari 5 halaman

Bukan Gempa

Indira memastikan ledakan tersebut bukan indikasi terjadinya gempa. Karena, kata dia, ledakan hanya tertangkap satu sensor saja yang berada di Singaraja.

" Sementara dua sensor sinyal terdekat adalah Seririt dan Kintamani tidak mendeteksi adanya suara tersebut," ucap Indira.

Dia melanjutkan getaran yang muncul pada layar seismik hanya berlangsung selama 20 detik. Tidak bisa diketahui luasan getaran dirasakan.

" Kalau ukuran getarannya 1,1 magnitudo dan ini hanya terekam di satu sensor sinyal di wilayah Singaraja saja, karena ini bukan sinyal gempa," kata Indira.

Sumber: Merdeka.com/Dewi Divianta.

2 dari 5 halaman

Gempa 7,1 M Guncang Kepulauan Talaud, Tak Berpotensi Tsunami

Dream - Gempa bumi berkekuatan besar kembali mengguncang bumi Nusantara. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa dengan magnitudo 7,1 terjadi di perairan Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Berdasarkan informasi pada akun @infobmkg, gempa terjadi pada Kamis, 21 Januari 2021 pukul 19.23 WIB. Pusat gempa ada di kedalaman 154 Km dekat Kepulauan Talaud.

Lokasi gempa berjarak 134 km arah timur laut Melonguane, 259 km timur laut Tahuna, Kepulauan Sangihe, 334 km timur laut Ondong, Kepulauan Sitaro, 465 km timur laut Ternate, Maluku Utara, dan 2598 km timur laut Jakarta.

" Gempa ini tidak berpotensi tsunami," demikian pernyataan BMKG.

Getaran gempa dirasakan hingga Melonguane dengan MMI IV, Tahuna IV, Ondong IV, Manado III, Bitung III, Bolaang Uki II, Gorontalo II-III, Halmahera Utara II-III, dan Galela II-III.

      Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh BMKG (@infobmkg)

3 dari 5 halaman

Fenomena Tak Lazim, Indonesia Diguncang 52 Kali Gempa di Awal Tahun

Dream - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadinya peningkatan aktivitas gempa bumi signifikan yang guncangannya dirasakan masyarakat di awal tahun 2021. Baru berjalan 20 Januari 2021, Indonesia sudah diguncang gempa sebanyak 52 kali..

“ Wilayah Indonesia saat ini tampaknya memang sedang mengalami peningkatan aktivitas gempa bumi signifikan yang guncangaannya dirasakan oleh masyarakat,” kata Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Menurut keterangan dalam unggahan Instagram @daryonobmkg, Rabu 20 Januari 2021, hampir setiap hari terjadi gempa yang dirasakan warga. Terkecuali dua hari, yaitu pada 10 dan 17 Januari lalu, gempa yang dirasakan itu absen.

Namun pada 14 Januari 2021, Daryono mencatat terjadi guncangan gempa yang dirasakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia hingga 8 kali.

4 dari 5 halaman

Kondisi Tidak Lazim

Kondisi seperti saat ini, menurut Daryono, tidak lazim. Dibandingkan dengan data gempa yang dirasakan pada Januari 2020, tercatat 54 kali dalam sebulan. Fenomena peningkatan aktivitas gempa kuat itu belum dapat diketahui sebabnya.

Adapun gempa bumi merupakan proses pelepasan energi secara tiba-tiba pada sumber gempa setelah mengalami akumulasi medan tegangan yang sudah berlangsung sejak lama.

“ Gejala meningkatnya aktivitas gempa pada waktu-waktu tertentu masih sulit diterangkan,” kata dia.

5 dari 5 halaman

Dugaan Sementara Penyebab Gempa

Dugaannya terjadi perubahan pola tegangan secara global, regional, bahkan lokal yang terkait dengan gejala peningkatan gempa kuat.

Walau begitu, menurutnya, yang paling penting adalah bagaimana mengenali dan membedakan berbagai ragam kejadian bencana gempa yang terjadi.

Pengetahuan itu penting untuk bahan kajian bahaya dan risiko gempa untuk tujuan mitigasi. Utamanya menghindari korban manusia dan mengurangi dampak kerusakan fisik pada bangunan dan infrastruktur.

      View this post on Instagram      

A post shared by DARYONO BMKG (@daryonobmkg)

 

Beri Komentar