Berhubungan Intim Suami-Istri di Malam Ramadan? Tata Caranya Agar Dapat Pahala

Reporter : Cynthia Amanda Male
Senin, 27 April 2020 04:01
Berhubungan Intim Suami-Istri di Malam Ramadan? Tata Caranya Agar Dapat Pahala
Beberapa tips berikut ini mungkin akan bermanfaat bagi pasangan dalam mengatur hubungan intim saat bulan Ramadan:

Dream - Tak seperti di bulan-bulan lainnya, saat bulan Ramadan hubungan intim antara pasangan suami istri hanya boleh dilakukan pada malam hari saja.

Hal ini telah dijelaskan dalam Alquran; "  Dihalalkan buat kalian pada malam puasa untuk menggauli istri-istri kalian…."  [2] (QS. Al-Baqarah: 187).

Hubungan intim hanya boleh dilakukan pada malam hari agar tidak mengganggu aktivitas puasa di siang harinya. Karena itu, para pasutri sebaiknya menyiasati sedemikian rupa rutinitas hubungan intim mereka.

Beberapa tips berikut ini mungkin akan bermanfaat bagi pasangan dalam mengatur hubungan intim saat bulan Ramadan:

1 dari 5 halaman

Tanamkan Pengertian Ini

Dalam Islam, hubungan seks dengan pasangan yang sah termasuk ibadah karena itu melakukannya berarti mendapat pahala. Jadi, jangan sampai terbebani, terutama pihak istri.

Atur Waktu

Setelah berbuka dan sholat Tarawih, Anda masih memiliki waktu yang cukup banyak untuk berhubungan sebelum masuk waktu makan sahur dan imsak.

 

 

2 dari 5 halaman

Jangan Terlalu Lama

Jika di luar Ramadhan, Anda terbiasa berhubungan dalam waktu yang lama maka selama bulan ini sebaiknya durasi dikurangi agar stamina Anda tetap fit di siang hari.

Selengkapnya klik di sini.

3 dari 5 halaman

Bolehkah Hubungan Intim di Malam Puasa, Tapi Mandi Junub Pas Subuh?

Dream - Bolehkah berhubungan intim di malam hari puasa, lalu mandi junub saat Subuh?

Jawabannya, boleh. Berikut alasannya.

Allah SWT berfirman,

" Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." (QS. Al Baqarah: 187).

Di awal-awal pensyariatan puasa, jika sudah berbuka puasa, dibolehkan untuk makan, minum dan berhubungan intim selama belum tidur di malam hari.

Jika sudah tidur, maka hal yang dibolehkan tadi sudah dilarang. Coba perhatikan kisah Umar berikut:

" Umar pernah berhubungan intim dengan budak wanitanya atau salah satu istrinya yang merdeka. Itu dilakukan setelah tidur di malam hari. Kemudian Umar mendatangi Nabi SAW dan menceritakan yang ia alami tadi. Allah SWT lantas menurunkan firman Allah (yang artinya), " Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu." Hingga firman Allah SWT (yang artinya), " Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam hari." (HR. Ahmad, 5: 246. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa periwayat hadits ini adalah tsiqah selain Al-Mas’udi)

4 dari 5 halaman

Usai Isya Dilarang Berhubungan?

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan, " Kaum muslimin ketika di bulan Ramadan jika mereka telah melakukan sholat Isya, mereka dilarang untuk menyetubuhi istri, juga dilarang makan, yang semisal itu pula adalah bercumbu."

Namun ada beberapa orang dari kaum muslimin menyetubuhi istrinya dan makan setelah Isya di bulan Ramadan. Di antara yang melakukan seperti itu adalah Umar bin Al-Khattab sampai ia pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW hingga turunlah ayat,

"  Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,"  sampai firman Allah Ta’ala,

Maksudnya adalah sekarang halal bagimu untuk menyetubuhi istri kalian (di malam hari). Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

"  Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam."  Maksudnya adalah sampai nampak fajar Subuh dan sebelumnya adalah gelap malam. Yang dimaksud rofats adalah nikah.

Yang jelas, jangan sampai hubungan intim tersebut melalaikan dari ibadah di bulan Ramadan. Syaikh As-Sa'di Rahimullah berkata, " Allah menetapkan adanya Lailatul Qadar (malam yang penuh keutamaan) dan itu terdapat di malam-malam terakhir di bulan Ramadan. Tidak sepantasnya kenikmatan hubungan intim melalaikan dari ibadah di malam-malam akhir bulan Ramadan. Hubungan intim jika luput bisa dilakukan di lain waktu. Namun untuk Lailatul Qadar jika luput, maka ia tidak akan memperolehnya lagi untuk saat itu." (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 87).

5 dari 5 halaman

Lupa Junub

Lantas, bagaimana jika sampai waktu azan Subuh belum sempat mandi junub? Apakah boleh tetap berpuasa?

Boleh. Perhatikan ayat,

" Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allahuntukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." (QS. Al Baqarah: 187).

Konsekuensi dari dibolehkannya hubungan intim yang berakhir hingga azan Subuh adalah masih boleh masuk Subuh dalam keadaan junub.


(Ism, Sumber: rumayshao.com)