Bupati Purwakarta Gelar Sayembara Orang Gila, Hadiah Rp2 Juta!

Reporter : Ahmad Baiquni
Sabtu, 12 November 2016 14:02
Bupati Purwakarta Gelar Sayembara Orang Gila, Hadiah Rp2 Juta!
Dedi mengatakan sayembara ini dia buat atas keprihatinan terhadap orang gila yang kerap mendapat perlakuan tidak manusiawi.

Dream - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyiapkan hadiah sebesar Rp2 juta tiap orang. Sayembara ini ditujukan kepada warga, RT, RT, dan kepala desa yang melaporkan dan mengantarkan orang gila.

Sayembara ini dia buat atas keprihatinan terhadap orang gila yang kerap mendapat perlakuan tidak manusiawi. Untuk teknis pelaksanaannya, Dedi akan mengaturnya dalam surat edaran resmi.

" Tapi, bagi yang tidak melapor dan mengantarkan, honorariumnya dihentikan selama tiga bulan," ujar Dedi, dikutip dari headlinejabar.com, Jumat, 11 November 2016.

Dedi akui penanganan penderita gangguan jiwa tidaklah mudah. Jika menggunakan fasilitas rumah sakit, butuh biaya mahal, namun belum tentu efektif.

" Telat ngasih obat saja, penyakit pasien kambuh lagi," ucap Dedi.

Untuk itu, dia berencana akan menjalin kerja sama dengan Yayasan Mentari Hati Tasikmalaya, yang selama ini mampu menangani para penderita gangguan jiwa dengan metode tradisional.

" Kami siapkan Rp1 miliar dengan besaran biaya operasional Rp25 juta per bulan. Yayasan ini sebetulnya tidak membutuhkan biaya, hanya saja ini untuk biaya orang sakit jiwa dan tenaga medis asal Purwakarta," kata Dedi.

Program pemulihan penyandang gangguan jiwa ini digalakkan untuk semua orang gila di Purwakarta. Meski orang gila itu berasal dari luar tetapi terjaring razia di Purwakarta, pihaknya tetap akan mengirimkan ke Tasikmalaya.

" Siapapun orang gila di Purwakarta akan diangkut ke Tasik dan dirawat sampai sembuh," tutur Dedi.

(Ism, Sumber: headlinejabar.com)

1 dari 5 halaman

Pasien Telantar RSUD Bikin Heboh Dua Bupati

Pasien Telantar RSUD Bikin Heboh Dua Bupati © Dream

Dream - Kasus pasien terlantar kembali menjadi pemberitaan. Kali ini terjadi di RSUD Karawang, Jawa Barat.

Tiga anak butuh pertolongan segera di RSUD Karawang. Tetapi, mereka belum juga tertangani.

Kabar ini sampai ke Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat dalam perjalanan menghadiri acara di Bekasi. Dia segera meminta sopir memutar arah menuju RSUD Karawang.

" Setelah saya cek, keadaan pasien memang sangat memprihatinkan. Butuh perawatan segera!" tulis Dedi di akun Facebook Kang Dedi Mulyadi, diakses pada Jumat, 21 Oktober 2016.

Tiga anak itu adalah Riki Hamdani, 1 tahun, Indriyani, 9 tahun, dan Yahya Ridwansyah, 2 tahun. Dua nama terakhir adalah kakak-adik.

Dedi mengatakan dia sempat meminta penanganan tim dokter RSUD Karawang secepatnya. Tetapi, kata dia, pihak rumah sakit mengatakan dokter spesialis sedang tidak di tempat dan baru bisa hadir besok pagi.

" Khawatir kondisi pasien terus memburuk, saya boyong mereka ke Rumah Sakit Cito Mandaya menggunakan mobil pribadi saya, agar seluruh pasien dapat ditangani dengan cepat," tulis Dedi.

Selanjutnya, Dedi menjelaskan orangtua Riki Hamdani, Franky, tergolong kurang beruntung. Menurut dia, Franky dan keluarganya harus tinggal di saung plastik lantaran tidak mampu membangun rumah.

Franky hanyalah buruh serabutan. Demikian pula orangtua Indriyani dan Yahya Ridwansyah, Iwan.

" Seluruh keluarga pasien tidak perlu khawatir memikirkan biaya. Saya secara pribadi siap menanggung seluruh biaya sampai pasien dinyatakan sembuh," tulis Dedi.

Lebih lanjut, Dedi juga telah menghubungi Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana. " Beliau juga siap membantu," tulis Dedi.

Kasus pasien telantar itu berada di Karawang. Sang Bupati, Cellica Nurrachadiana angkat bicara.

Kabar tersebut segera ramai menjadi pemberitaan. Menanggapi hal itu, Cellica segera menghubungi Direktur Utama RSUD Karawang dr Asep Haryadi.

" Penjelasan Dirut kepada saya, sebetulnya ananda pasien ini bukan ditolak, pasien sudah ditangani," tulis Cellica di akun Facebook milik dia, Cellica Nurrachadiana.

Cellica mengatakan ketiga pasien cilik tersebut akan dirujuk ke poli anak agar mendapat perawatan lebih baik. Tetapi, hal itu baru bisa dijalankan pada keesokan harinya.

" Sementara diberi obat dulu malam ini, toh kondisinya bukan masuk kategori gawat darurat sekali yang membahayakan jiwa," tulis dia.

Cellica pun telah meminta pihak RSUD Karawang memberikan penjelasan ke publik terkait kasus ini. Dia berharap kasus ini tidak menjadi fitnah lantaran informasi yang simpang siur.

" Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi adalah sahabat saya. Dengan Ketua DPD Golkar Karawang teh Sri Rahayu juga berteman baik. Tak perlu dibentur-benturkan apalagi sampai mengadu domba dua bupati," tulis Cellica. (Ism)

2 dari 5 halaman

Ayah Gangguan Jiwa dan Ibu Jadi TKW, Bocah Ngadu ke Bupati

Ayah Gangguan Jiwa dan Ibu Jadi TKW, Bocah Ngadu ke Bupati © Dream

Nasib kurang beruntung dialami oleh Angga Suherman, 8 tahun. Bocah asal Kampung Cileunca, Kecamatan Bojong, Purwakarta, Jawa Barat, itu  Di usianya yang masih kecil, Angga terpaksa putus sekolah.

Dia dilarang oleh sang ayah untuk melanjutkan sekolah. Setelah ditelusuri, sang ayah, Herman Jayadihardja, 35 tahun, ternyata mengidap gangguan jiwa.

Kabar Angga terdengar oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dari salah seorang kerabatnya, Iman, 15 tahun. Pelajar kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Terpadu Cileunca itu memberanikan diri mencegat Dedi saat blusukan ke kampung.

"  Pak, hayu ka bumi saderek abdi, karunya saderek abdi alit keneh teu tiasa sakola, dicaram ku sepuhna (Pak, ayo ke rumah saudara saya, kasihan dia masih anak-anak tidak bisa sekolah, dilarang sama orangtuanya)," ujar Iman agar berseru kepada Dedi, dikutip dari Merdeka.com, Rabu, 28 September 2016.

Mendengar ucapan Iman, Dedi langsung mengikuti bocah itu berjalan menuju rumah Herman. Sesampai di rumah yang dimaksud, Dedi bertemu dengan Herman dan si kecil, Angga.

Dedi kemudian dipersilakan masuk ke dalam rumah kecil bercat hijau. Duduk sembari memangku Angga, Dedi kemudian bertanya kepada Herman mengapa melarang anaknya sekolah.

"  Kunaon anak bapak teu sakola? Isukan kudu dimimitian karunya keur kahareupna (Kenapa anak Bapak tidak sekolah? Besok harus mulai sekolah demi masa depan anak bapak)," kata Dedi.

Herman lantas menjawab Angga tidak perlu sekolah. Dia lantas berkata kepada Dedi anaknya telah memiliki ijazah.

"  Anak kuring geus boga ijazah, Pak (Anak saya sudah punya ijazah, Pak)," kata Herman.

Jawaban itu membuat Dedi terheran. Bupati tersebut lantas mencari tahu keadaan sebenarnya keluarga Herman dengan bertanya kepada tetangga serta kerabatnya.

Seketika, Dedi terkaget mendapat informasi Herman mengidap gangguan kejiwaan. Herman mengalami hal itu usai ditinggal istrinya pergi bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) sejak empat tahun lalu dan tidak pernah memberi kabar.

Melihat keadaan Angga, Dedi merasa prihatin. Dia tidak ingin masa depan anak itu suram. Alhasil, Dedi langsung meminta salah satu guru sekolah setempat mengajar khusus Angga.

" Bu, tolong ini Angga diajari pelajaran sekolah. Kalau terus tidak diizinkan ayahnya keluar rumah, Ibu datang saja setiap hari ke sini. Saya tambah honor ibu Rp1,5 juta," kata Dedi.

Dedi juga memberikan bantuan senilai Rp3 juta kepada Angga untuk keperluan membeli alat-alat sekolah. Selain itu, Dedi akan mengusahakan kambing yang akan dipelihara oleh Angga sebagai modal usaha.

"  Sok diajar merihnya, jang, kudu peurih supaya boga peurah (Belajar hidup ya, nak, supaya menjadi orang yang kuat," kata Dedi sembari memeluk Angga.(Sah)

3 dari 5 halaman

Bupati Purwakarta 'Tukar Nasib' Dengan Tukang Sapu

Bupati Purwakarta 'Tukar Nasib' Dengan Tukang Sapu © Dream

Dream - Tahun baru kali ini terasa istimewa bagi para petugas kebersihan atau tukang sapu di Kabupaten Purwakarta. Pasalnya sebanyak 375 tukang sapu dan 85 diantaranya PNS dan THL diberikan libur selama dua hari di awal tahun baru ini.

Tak hanya itu sebagai penggantinya, seluruh pejabat di lingkungan pemkab menjadi petugas kebersihan sementara.

" Para petugas ini, liburnya hanya sehari. Mulai tanggal 2 Januari, mereka masuk kerja seperti biasa. Petugas kebersihan jadi pejabat dengan segala fasilitasnya. Dan pejabat jadi petugas kebersihan. Istilah di kami, tukar nasib. ," kata Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi kepada wartawan, Jumat 1Januari 2015.

Dedi pun mengunggah foto saat para pejabat pemkab menjadi petugas kebersihan di malam tahun baru. Foto-foto itu pun menuai pujian dari para peselancar dunia maya. " @DediMulyadi71 contoh baik bagi bupati yg lain. Kebersihan sebagian dari iman. Jangan cuma bisanya teriak Allahu Akbar tapi sampah dibiarin,"  ungkap akun Riva.

" @DediMulyadi71 salut pak!, sekali-sekali undang FPI ikut nyapu jalan, daripada demo atau sweeping enggak bermanfaat," tutur akun Rubi.

4 dari 5 halaman

Langgar Batasan Jam Malam Bupati, Pasangan Kekasih Diusir

Langgar Batasan Jam Malam Bupati, Pasangan Kekasih Diusir © Dream

Dream - Pasangan kekasih berinisial R, 20 tahun dan NA, 18 tahun ketahuan berduaan di kamar kost yang beralamat di Desa Cikumpay, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Keduanya lantas digerebek dan harus menjalani sidang adat lantaran berkencan melewati batas waktu yang telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati (Perbup) Purwakarta tentang Desa Berbudaya.

Keduanya digerebek Badega Lembur, satuan petugas keamanan majelis adat desa sekitar pukul 00.30 pada Rabu, 7 Oktober 2015. Saat digerebek, keduanya tengah memadu kasih di kamar kost.

Pasangan yang mengaku bekerja sebagai buruh pabrik ini lalu dibawa ke majelis adat desa untuk dimintai keterangan. Mereka juga diharuskan menginap di balai desa serta membuat keterangan tertulis.

" Laki-lakinya yang datang bawa motor ke kostan perempuan. Motornya juga dimasukkan ke kamar kost. Kami curiga apalagi sudah ada aturan. Ya, kami bawa ke majelis adat desa," ujar anggota majelis adat desa Cikumpay, Ade Komaruddin, Kamis, 8 Oktober 2015.

Dalam persidangan adat, R mengaku sudah merencanakan menginap di kostan milik NA. Yang lebih mengejutkan, keduanya yang sudah menjalin hubungan kekasih sejak SMA ini telah melakukan hubungan laiknya suami istri sebanyak lima kali.

" Iya, mereka mengaku kalau pacaran sejak SMA dan telah melakukan tindakan di luar nikah," kata Ade.

Akibatnya, mereka mendapat ganjaran berupa vonis pengusiran dari Desa Cikumpay, dengan toleransi diperbolehkan tinggal di desa tersebut untuk beberapa waktu. Tetapi, karena malu dan mengakui kesalahan yang sudah diperbuat, keduanya memilih untuk meninggalkan desa tersebut.

Terkait pelanggaran ini, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berharap masyarakat dapat memahami maksud dari penerapan aturan semacam ini. Menurut dia, aturan ini dibuat bukan untuk mengekang hak pribadi, melainkan mencegah perilau kurang positif di masyarakat juga hal-hal yang telah jauh dari nilai luhur budaya bangsa.

" Aturan harus ditegakan, jika yang melanggar ya harus menerima hukuman. Tujuan Perbup ini bukan untuk membatasi hak seseorang, tapi demi kebaikan masyarakat secara keseluruhan," ungkap Dedi. (Ism)

5 dari 5 halaman

Bupati Purwakarta Pidato di Markas PBB, `Sampurasun` Menggema

Bupati Purwakarta Pidato di Markas PBB, `Sampurasun` Menggema © Dream

Dream - Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendapat kehormatan berpidato dalam forum International Young Leader Assembly di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Selasa 18 Agustus 2015. Dedy menyampaikan pidatonya di hadapan 700 peserta dari 90 negara.

Tampilan Dedi berbeda dari peserta lainnya. Dia memilih tak memakai jas. Dan juga dasi. Saat menghadiri forum dunia itu, dia lebih memilih mengenakan baju pangsi, khas Sunda, berwarna putih. Dipadu dengan Iket [ikat kepala] yang juga berwarna putih.

Dedi juga membuka pidato itu dengan unik. Bukan “  good morning”, atau juga “ selamat pagi”. Dengan sedikit menunduk dan merapatkan kedua telapak tangan di depan dada, Dedi membuka pidatonya dengan salam khas Sunda.

“  Sampurasun pun bergema di Markas PBB,” demikian dikutip Dream dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Rabu 19 Agustus 2015.

Dalam pidatonya, Dedi yang mewakili Indonesia menjelaskan usaha penguatan masyarakat desa dengan sistim pendidikan berkarakter Sunda. Pembangunan ekonomi harus didasarkan pada penguatan budaya. “ Di mana di desa dibangun kekuatan tradisi yang kuat,” ujar Dedi

Untuk memperkuat masyarakat berbasis budaya, dibuatlah Peraturan Bupati tentang Pendidikan Berkarakter. Perbup itu mencakup pembangunan kekuatan generasi yang mandiri dan produktif.

“ Seperti sekolah jam 6 pagi, membuat tas sendiri, bersepeda, berpuasa seminggu dua kali, lalu teknologi sebagai bagian penyempurnaan untuk melakukan penguatan terhadap basis tradisi, sehingga memiliki daya saing pasar,” tambah dia.

Dalam pidato itu pula Dedi menyampaikan kondisi sebenarnya yang tengah terjadi di pedessaan. Di mana, pemakaian teknologi hanya menjadi sarana konsumtif. Terjadi pemborosan, bahkan ada warga yang menjual tanah, sehingga kehilangan daya dukung karena hanya mengejar daya konsumtif semata.

“ Sekarang, keadaan terbalik, teknologi menjadi sarana konsumtif yang mengakibatkan pemborosan dan pedesaan kehilangan daya dukung lahan yang tadinya produktif mulai terjual hanya untuk pemenuhan nafsu konsumtif yang akhirnya bahan pokok harus beli, seperti beras, telur, daging, bahkan jengkol,” tutur Dedi.

Untuk menyiasati kondisi itu, Dedi menegaskan, desa harus terjaga basis budayanya. Agar menjadi bagian dari ketahananan, terutama dalam menjaga kekuatan bangsa. “ Saya tegaskan, desa harus terjaga basis budayanya karena sebagai kekuatan bangsa. Karena, apabila basis budaya desa kuat bisa menjadi media relaksasi masyarakat kota dan negara maju, sehingga terjadi harmoni peradaban yang seimbang,” tegas Dedi.

Selain itu, Dedi menuturkan bahwa generasi muda harus tetap memegang teguh basis budaya bangsa, karena kepemimpinan muda berbasis budaya merupakan hal mendasar untuk membangun daya saing bangsa. 

Beri Komentar