Dahlan Iskan (Liputan6)
Dream - Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN mengomentari kemarahan Presiden Joko Widodo di depan anggota kabinet Indonesia maju dan pimpinan lembaga saat Sidang Kabinet Paripurna pekan kemarin. Melalui website pribadinya disway.id. mantan jurnalis ini berkomentar lewat tulisan berjudul 'Marah Besar'.
Menurut Dahlan, kemarahan Presiden seperti menunjukkan kondisi yang keterlaluan. Dia bahkan menilai kemarahan Jokowi sudah terjadi beberapa hari sebelum sidang tersebut berlangsung. Namun publik baru menyadari saat video tersebut diunggah ke sosial media pada hari Minggu lalu.
" Gaya marahnya sangat Jawa. Marah di podium. Dalam bentuk ceramah. Atau arahan. Bukan marah di meja rapat. Mungkin karena beliau seorang presiden. Yang memerankan diri sebagai chairman. Bukan seorang CEO perusahaan," tulis Dahlan dalam blog pribadinya, Disway.id.
Dahlan berpandangan, presiden sebetulnya berharap para menteri koordinator bisa menjalankan tugas sebagai seorang CEO di dalam kabinetnya. Namun, Menko tak bisa jadi CEO karena sifatnya hanya koordinator bukan pengambil keputusan.
" Sepanjang keputusan masih tetap di tangan menteri, peranan menko sangat terbatas. Ia bisa memanggil para menteri. Memarahi mereka. Tapi marah saja tidak cukup. Yang ambil keputusan tetap menteri. Yang ambil langkah tetap jajaran di kementerian," ujarnya.
Sebab itu, ia menilai, efektifnya seorang Menko ialah tergantung pada wibawanya. Luhut Binsar Pandjaitan misalnya, bisa efektif bukan karena jabatan namun kepribadiannya. Apalagi, kata dia, Luhut seorang jenderal. Tapi, ada yang tak bisa dilakukan seorang Luhut yakni memecat menteri di bawahnya.
Dalam unggahannya tersebut, Dahlan menuturkan banyak orang halus yang bisa efektif. Ia juga menilai jika seseorang sehalus Jokowi sudah marah besar, berarti kondisi sudah keterlaluan.
" Bahwa orang halus seperti Pak Jokowi marah besar berarti keadaan sudah keterlaluan. Misalnya soal anggaran kesehatan itu. Yang baru terpakai 1%," tambah Dahlan.
Padahal anggaran kesehatan mencapai Rp75 triliun. Dahlan pun berdoa, data yang diterima Presiden itu salah. Namun, jika memang data yang diterima benar, ia menilai itu sangat keterlaluan.
" Kalau angka 1% itu benar memang keterlaluan. Berarti program di situ tidak jalan sama sekali. Padahal ini sudah bulan Juli," ujarnya.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik