Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Duka akibat Covid-19 melanda semua kalangan, tidak terkecuali dunia medis. Ikatan Dokter Indonesia kehilangan 100 dokter anggotanya. Jumlah tersebut dihimpun per 30 Agustus 2020.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng M Faqih, berharap dan mendorong rumah sakit lebih rutin melakukan pemeriksaan PCR kepada tenaga kesehatan.
" Memang sudah ada beberapa rumah sakit yang melakukannya. Contohnya yang saya tahu persis itu RS Wisma Atlet Kemayoran Jakarta," ujar Daeng, dikutip dari Liputan6.com.
Sayangnya, kata Daeng, masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan hal itu. Dia pun mendorong semua pihak memberikan perhatian atas persoalan ini.
" Kalau pemeriksaan rutin dilakukan, maka ada satu tenaga kesehatan yang positif Covid-19 itu langsung bisa dilokalisir (isolasi/karantina)," kata Daeng.
Menurut Daeng, pada akhirnya pemeriksaan rutin PCR pada tenaga medis dapat mengurangi risiko tenaga kesehatan terpapar Covid-19. Sekaligus mengurangi kasus kematian tenaga kesehatan.
Selain itu, pemeriksaan PCR rutin di rumah sakit juga diarahkan kepada seluruh tenaga kesehatan. Tidak hanya yang bertugas langsung menangani Covid-19 di ruang isolasi ataupun perawatan.
" Memang prioritasnya untuk yang menangani langsung pasien Covid-19. Tapi tidak menutup kemungkinan ada pasien yang datang ke rumah sakit mungkin dia sudah terinfeksi karena dia termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG, masuk dalam kasus suspek)," kata dia.
Awalnya, pasien memang tidak meminta perawatan Covid-19. Ternyata, pasien tersebut adalah OTG dan berpotensi menularkan Covid-19 kepada petugas medis.
" Oleh karena itu, petugas kesehatan harus rutin diperiksa," kata dia.
Lebih lanjut, Daeng juga menekankan adanya perencanaan matang untuk PCR kepada tenaga medis. Sehingga ketika ada tenaga medis yang tertular, rumah sakit bisa segera mengambil keputusan.
" Perlu ada perencanaan pemeriksaan rutin PCR terhadap seluruh petugas kesehatan. Kalau enggak, akan berisiko tertular Covid-19, terlebih lagi karena tidak diketahui dan tidak diperiksa. Hal ini bisa menularkan kepada seluruh orang yang ada di rumah sakit," kata dia.
Jika sampai hal itu terjadi, Daeng mengingatkan, hal itu akan berisiko pada kematian tenaga kesehatan. Ujungnya akan mengarah ke klaster rumah sakit.
" Rumah sakit bisa ditutup. Artinya, rumah sakit nanti enggak bisa menangani pasien lagi," kata dia.
Sumber: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak