Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream – Sesar Lembang masih aktif bergerak hingga saat ini setelah ditemukan pada tahun 1963 . Ancaman bahaya yang timbul akibat gerakan dua lempeng tersebut masih ada sehingga masyarakat diimbau tetap waspada.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan lokasi jalur sesar aktif ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung, Jawa Barat. Panjang sesar sekitar 25-30 km melintang arah barat-timur.
Dalam akun Instagramnya, @daryonobmkg, Daryono menyatakan hasil kajian para ahli menunjukan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8. Tidak ada yang tahu kapan gempa akan terjadi.
" Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara menyelamatkan diri saat gempa terjadi," ujar Daryono.
Indikasi aktifnya Sesar Lembang terlihat dari banyaknya gempa kecil di sekitar jalurnya. Seperti pada 28 Agustus 2011, terjadi gempa magnitudo 3,3 dengan kedalaman sangat dangkal hingga mengakibatkan dampak signifikan.
" Merusak 384 rumah di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat," ucap Daryono.
Gempa berikutnya terjadi pada 14 dan 17 Mei 2012 dengan magnitudo 2,8 dan 2,9. Dampaknya dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
Lihat postingan ini di Instagram
Menurut Daryono, memonitoring Sesar Lembang telah dilakukan BMKG sejak 1 Januari 1963 dengan memasang dan mengoperasikan Seismograph World Wide Standardized Seismograph Network (WWSSN) pertama kali di Lembang. Jenis sesimograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period Komopnen.
Alat ini selain dapat memonitor aktivitas gempa juga dapat memonitor Sesar Lembang. Para pegawai BMKG sudah dari sejak lama mengamati adanya catatan gempa-gempa lokal pada sesimograf analog di sekitar Lembang.
Sejak 2008, aktivitas gempa di jalur Sesar Lembang mulai dapat dimonitor secara lebih baik. BMKG sudah mengoperasikan jaringan monitor gempa digital (digital seismic network) menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar (broadband).
" Sebelum tahun 2008 bukan berarti di Sesar Lembang tidak terdapat aktivitas gempa. Jarangnya aktivitas gempa saat itu disebabkan karena sensor gempa belum sebanyak seperti sekarang," kata Daryono.
(Laporan: Josephine Widya)
Advertisement
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
Museum Louvre Dibobol Hanya dalam 4 Menit, 8 Perhiasan Raib
Warga Keluhkan Panas Ekstrem di Indonesia, Ini Penyebabnya!
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Sudah Tahu Belum? Ini 5 Cara Mudah Mengenali Uang Palsu
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Sentuhan Gotik Modern yang Penuh Karakter di Koleksi Terbaru dari Dr. Martens x Wednesday
Panas Ekstrem, Warga Cianjur Sampai Tuang 2 Karung Es Batu ke Toren
ParagonCorp Sukses Gelar 1’M Star 2025, Ajang Kompetisi para Frontliners
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025