'Sejak Pindah Hidup Kami Berubah'

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Sabtu, 11 Maret 2017 16:44
'Sejak Pindah Hidup Kami Berubah'
Pemerintah provinsi juga menyediakan sederet fasilitas bagi warga yang direlokasi ke rumah susun.

Dream – Ada banyak hal yang membuat seorang penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa), Sri Tentrem, enggan beranjak dari huniannya. Sri mengaku kehidupannya berubah setelah direlokasi dari pemukiman kumuh.

“ Sejak pindah ke sini, hidup kami berubah,” kata dia yang tinggal di Rusunawa Pulo Gebang, Jakarta, dilansir dari jakartaasoy.com, Sabtu 11 Maret 2017.

Bersama sekitar 700 keluarga lain di Rusunawa Pulo Gebang, Sri membangun kehidupan baru yang lebih layak. Mereka adalah pindahan dari pemukiman-pemukiman kumuh di Penjaringan, Waduk Pluit, Kemayoran, Kampung Pulo, Bukit Duri, Kampung Tengah, Pulomas, Kalijodoh dan Tambora.

Ya, hunian yang layak memang menjadi salah satu masalah yang dihadapi warga ibukota.

Dalam sepuluh tahun, kebutuhan perumahan warga mencapai 700 ribu unit. Tiap tahun pemerintah ibukota menargetkan pembangunan perumahan sekitar 70 ribu. Untuk memenuhinya, pemerintah provinsi bekerja sama dengan pihak swasta untuk mewujudkan pemukiman layak bagi warga miskin.

Dengan kebutuhan 70 ribu rumah pertahun, 42 ribu unit rumah (60 persen) diwujudkan dalam bentuk rumah tapak (landed house) dan 28 ribu rumah (40 persen) dibuat dalam bentuk rumah susun. Rumah susun dibagi dalam tiga kategori: mewah (20 persen), menengah (40 persen) dan bawah (40 persen).

Pembangunan 5.600 unit rumah susun kategori mewah sepenuhnya diserahkan pada developer. Demikian pula 11,200 unit rumah susun kategori menengah juga diserahkan pembangunannya pada pengembang. Sementara untuk kategori bawah, pembangunannya melibatkan kerjasama pemerintah dan pengembang. Sebanyak 3,360 unit dibangun sendiri oleh pemerintah melalui APBD, sementara 7,840 unit dibangun oleh pengembang.

Melalui mekanisme ini, anggaran pemerintah provinsi tidak terlalu terbebani. Persoalan yang masih menghadang adalah soal pencarian lahan untuk pembangunan. Pemerintah provinsi mengatasi keterbatasan ini dengan memanfaatkan lahan-lahan pemerintah yang tidak terpakai secara efektif maupun melalui pembayaran utang swasta dalam bentuk tanah.

Pembangunan perumahan bertingkat ini adalah upaya untuk memanusiakan warga Jakarta yang tinggal di pemukiman kumuh dan kurang layak. Target pertama adalah memindahkan warga yang bermukin di tempat-tempat yang rentan terkena bencana alam, seperti bantaran kali dan waduk. Ribuan keluarga telah dipindahkan dari pemukiman semi permanen dan tidak layak dari bantaran-bantara kali, kolong jembatan dan pinggiran waduk ke rumah-rumah susun sederhana

Selain menyelamatkan warga yang dipindah, program ini juga secara luas menyelamatkan warga ibukota lainnya yang setiap tahun terdampak banjir karena penyempitan dan penyumbatan aliran sungai. Kampung Pulo, misalnya, adalah wilayah paling rentan banjir karena posisinya yang rendah di bawah Sungai Ciliwung.

Warga yang direlokasi mendapatkan banyak fasilitas. Selain memperoleh unit rumah susun setara dengan tipe 36 dengan sewa yang nyaris gratis, warga juga memeroleh fasilitas kesehatan, pendidikan dan transportasi publik gratis. Mereka juga diberi beragam pelatihan keterampilan untuk bisa masuk ke bursa tenaga kerja. Bahkan, mereka juga diberi fasilitas dagang berupa gerobak dan kios.

Untuk anak-anak, mereka diberikan fasilitas ruang bermain yang lebih luas berupa lapangan, taman, parkir dan kebun. Selain itu, di setiap rumah susun juga dibangun RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) yang memiliki fasilitas berupa taman, perpustakaan, klinik, dan Posyandu. Bila warga mengalami masalah kesehatan, dokter-dokter muda yang disiapkan di rumah susun yang akan mendatangi unit-unit mereka.

Beri Komentar