Dream - Perayaan Idul Fitri di Karubaga, Tolikara, Papua diwarnai insiden pembakaran musala dan sejumlah kios. Kasus ini menyedot perhatian publik lantaran terjadi di hari besar umat Islam.
Selain itu, insiden tersebut belum pernah terjadi di Papua sebelumnya. Para penduduk Papua merupakan masyarakat yang begitu toleran terhadap kehidupan umat agama lain.
Kepolisian segera bergerak cepat melakukan pengusutan terhadap kasus tersebut. Terkait persoalan ini, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti bahkan sampai menggelar Video Conference membahas perkembangan pengusutan tersebut.
Dikutip Dream.co.id dari akun Facebook Divisi Humas Mabes Polri, berikut kronologi kasus pembakaran musala dan kios di Tolikara:
Kamis, 23 Juli 2015 bertempat di ruang rapat Tribrata Mabes Polri pukul 08.00 WIB tadi telah berlangsung Video Conference yang dipimpin oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Kapolri menyampaikan kronologi peristiwa Tolikara:
Tolikara sedang berlangsung Seminar & KKR pemuda GIDI tanggal 13-19 Juli 2015. Dalam proposal tertulis 22-27 Juli 2015.
Ternyata pelaksanaannya tanggal 13-19 Juli dan ditutup tanggal 20 Juli 2015. Di antara tanggal itu ada tanggal 17 Juli yang bertepatan Idul Fitri. Badan pekerja GIDI Tolikara mengeluarkan surat yang berisi:
1. Larangan umat Muslim melaksanakan salat Id di Tolikara. Salat boleh di luar Tolikara.
2. Melarang umat muslim untuk menggunakan jilbab.
Pada tanggal 13 Juli, Kapolres mendapat surat itu dan memverifikasi surat tersebut/ Presiden GIDI mengatakan surat tersebut tidak resmi karena tidak disetujuiKetua GIDI.
Kapolres mengkomunikasikan agar salat Id bisa dilaksanakan di Tolikara, Bupati juga akan koordinasi dengan panitia GIDI agar surat dicabut.
Karena penjelasan itu, Kapolres bertemu tokoh masyarakat, dan ada hasil silakan salat Id di halaman Koramil. TNI dan Polri akan siap melakukan pengamanan.
Namun saat salat Id datanglah para pemuda GIDI dan memaksa untuk salat dibubarkan. Kapolres dan tokoh masyarakat bernegosiasi, agar salat boleh terlaksana sampai jam 8.
Massa tetap tidak mau, kemudian terjadi pelemparan (posisi salat sedikit di bawah sehingga mudah jadi sasaran lempar), namun massa tidak dapat mendekati karena ada pagar berduri.
Ada tembakan peringatan ke atas, tetapi massa tidak menggubris akhirnya aparat melepaskan tembakan hingga 12 orang luka kemudian mereka membubarkan diri. Saat bubar, ada oknum yang membakar kios hingga merembet ke musala.
Jumlah kios yang terbakar berjumlah 70 unit serta 2 mobil terbakar. Api membesar karena ada kios juga yang menjual bensin serta tidak adanya pemadam kebakaran di sana.
Saat ini amanat langsung dari presiden untuk bangun kembali kios serta musala di Tolikara.
Kasus ini telah selesai, sudah ada pengamanan di lokasi, sudah ada penegakan hukum oleh kepolisian. Oleh karena itu dihimbau kepada masyarakat agar menanggapi kejadian ini dengan kepala dingin agar tidak terpancing isu-isu provokatif apalagi amarah dan balas dendam. Mari bersama menjaga kerukunan antar umat beragama NKRI. (Ism)
Advertisement
Upgrade Gaya Hidup Digitalmu dengan eSIM XL PRIORITAS, Pilihan Premium Masa Kini

Ibadah Lancar, Komunikasi Aman: Tips Itinerary Umroh & Internet Hemat


Bencana di Sumatera Sebabkan Krisis Air Bersih bagi Warga Terdampak

Resmi Diluncurkan, Viva Retinol Serum Hadirkan 3x Presisi Perawatan Kulit dalam Setiap Tetes
