Jokowi Pernah Pesan 3 Juta, WHO Malah Stop Pakai Klorokuin ke Pasien Corona

Reporter : Sugiono
Selasa, 26 Mei 2020 13:01
Jokowi Pernah Pesan 3 Juta, WHO Malah Stop Pakai Klorokuin ke Pasien Corona
Pasien Covid-19 yang diberi obat tersebut tingkat kelangsungan hidupnya ternyata rendah.

Dream - Presiden Joko Widodo pernah mengumumkan memesan 3 juta Chloroquine (baca: Klorokuin) pada bulan Maret 2020 lalu. Orang nomor satu Indonesia itu meyakini obat tersebut bisa membantu melawan virus corona dari pasien Covid-19.

" Anti virusnya belum ditemukan. Tapi obat ini sudah dicoba oleh satu dua negara dan memberikan kesembuhan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat 20 Maret 2020.

Keputusan Presiden tak lepas dari keyakinan sebagian pakar kesehatan yang mengklaim Chloroquine punya potensi melawan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Chloroquine sebenarnya merupakan obat anti malaria yang telah digunakan selama sekitar 70 tahun untuk mengatasi penyakit akibat gigitan nyamuk itu.

1 dari 4 halaman

Dipakai Karena Bisa Sembuhkan Pasien SARS

Obat ini diklaim dapat memblokir virus corona yang masuk dan mengikat dirinya ke sel manusia untuk berkembang biak.

Pada 4 Februari, sebuah studi di Guangdong, China, melaporkan bahwa Chloroquine efektif dalam memerangi virus corona.

Sebuah studi di Prancis, 20 dari 36 pasien diberikan obat tersebut. Setelah 6 hari, 70 persen pasien tersebut dinyatakan sembuh.

Artinya, virus corona tidak lagi ada di sampel darah pasien tersebut, dibandingkan 12,5 persen pasien kelompok yang tidak diberi obat.

Beberapa dokter di Australia dan China juga telah melihat hasil yang menjanjikan dari penggunaan Chloroquine untuk merawat pasien Covid-19

Pemilihan Chloroquine didasarkan pada kemampuannya untuk melawan SARS, penyakit yang juga disebabkan virus corona lainnya yang masih kerabat dengan SARS-CoV-2.

" Menyadari bahwa virus Covid-19 saat ini adalah kerabat dekat (SARS), beberapa peneliti telah menguji apakah Chloroquine mungkin digunakan untuk terapi pandemi saat ini," kata Dr Andrew Preston, peneliti microbial pathogenesis di University of Bath.

2 dari 4 halaman

Penghentian Sementara Penggunaan Obat Covid-19

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan pada Senin, 25 Mei 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan penghentian sementara penggunaan Hydroxychloroquine untuk merawat pasien Covid-19.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kelompok eksekutif yang mengawasi uji coba yang dilakukan organisasi Solidarity di bawah WHO pada hari Sabtu memutuskan untuk menghentikan sementara penggunaan Hydroxychloroquine.

Penghentian sementara dilakukan menyusul temuan sebuah studi yang diterbitkan di situs The Lancet. Studi itu menemukan pasien Covid-19 yang diberi Hydroxychloroquine tingkat kelangsungan hidupnya ternyata rendah.

3 dari 4 halaman

Sudah Diuji Coba pada 3.500 Pasien

Hydroxychloroquine adalah salah satu dari empat obat dan kombinasi obat yang termasuk dalam uji coba yang dilakukan Solidarity terhadap lebih dari 3.500 pasien di 17 negara.

Pengobatan berpotensi lainnya, seperti obat remdesivir dan terapi HIV, masih sedang diuji untuk melihat khasiatnya dalam melawan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

" Kami ingin menggunakan Hydroxychloroquine jika aman dan manjur, jika bisa mengurangi angka kematian, jika mampu memperpendek masa rawat inap, tanpa memiliki efek samping yang signifikan," kata Dr. Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO.

4 dari 4 halaman

Belum Teruji Aman dan Efektif

Hydroxychloroquine dan Chloroquine biasa digunakan untuk mengobati lupus dan rheumatoid arthritis. Obat ini juga untuk mencegah dan mengobati malaria.

Tetapi tidak ada uji klinis yang ketat dan besar-besaran yang menyebutkan bahwa kedua obat ini aman dan efektif dalam mencegah atau mengobati Covid-19.

Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat pada bulan April lalu memperingatkan bahwa obat itu 'tidak terbukti aman dan efektif untuk mengobati atau mencegah Covid-19'.

(sah, Sumber: USA Today)

Beri Komentar