Kisah Fenomenal `Batu Petir` Ponari Sampai `Pria Bertelur`

Reporter : Sandy Mahaputra
Kamis, 20 November 2014 13:31
Kisah Fenomenal `Batu Petir` Ponari Sampai `Pria Bertelur`
Entah apa motivasi dari orang-orang ini hingga menciptakan kegemparan bagi masyarakat.

Dream - Aneh dan tak wajar, mungkin itu yang terlintas di benak begitu melihat fenomena yang membuat gempar masyarakat.

Sebut saja kisah Ponari, si dukun cilik yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit berkat batu ajaibnya. Kemudian seorang gadis yang tidak mengeluarkan airmata saat menangis, melainkan kristal.

Dan yang terbaru adalah seorang lelaki yang dapat bertelur. Namun setelah diselidiki, ternyata semua itu hanya isap jempol belaka alias bohong.

Entah apa motivasi dari orang-orang ini hingga menciptakan kegemparan bagi masyarakat. Berikut usulan kisah mereka yang dirangkum Merdeka.com. Cek halaman berikut! 

1 dari 3 halaman

`Manusia Bertelur` Penjaringan

`Manusia Bertelur` Penjaringan © Dream

Dream - Sinin yang akrab disapa Kong Naim, warga Penjaringan, Jakarta Utara sempat membuat heboh publik, lantaran mengaku bisa bertelur.

Sinin, pria 62 tahun yang bekerja sebagai operator di perusahaan percetakan ini awalnya mengaku kejadian ia bertelur bukan yang pertama.

Sebelumnya, dia pernah 'bertelur' pada 1998. Bahkan jumlah telur yang dikeluarkan sebanyak 202 butir. Telur-telur itu seringkali diambil warga sekitar.

Namun teka-teki pria bertelur itu terbongkar sudah. Ternyata, Sinin berbohong. Aksi tipu-tipu itu terbongkar setelah Dinas Kesehatan Jakarta memeriksa Sinin di RSUD Koja. Dari hasil rekam medis menunjukkan hasil negatif.

Sinin dinyatakan normal dan tidak ditemukan penyakit apa pun. Petuga medis menduga Sinin memliki gangguan perilaku.

Rekam medis itu juga diperkuat dengan tes dari balai pengujian mutu dan balai sertifikasi hewan di Bogor selama satu hari. Sampel telur milik Sinin ternyata telur ayam kampung yang sudah tiga minggu. (Ism)

2 dari 3 halaman

Air Mata Kristal Palsu Tina

Air Mata Kristal Palsu Tina © Dream

Dream - Fenomena air mata kristal Tina Agustina (19) juga pernah membuat geger masyarakat. Terlebih fenomena itu adalah kali pertama di Indonesia.

Namun, setelah pemeriksaan dilakukan Rumah Sakit Mata Cicendo dan Badan Geologi Kementrian ESDM, hasilnya menyatakan tidak ada kelainan dari Tina.

Hasil pemeriksaan medis terhadap Tina dan secara ilmiah terhadap batu mirip kristal yang keluar dari matanya, membuktikan bahwa air mata kristal tidak berasal dari tubuh Tina.

Disimpulkan bahwa material air mata kristal itu merupakan material sintetis yang telah diproses. Jadi bukan hasil produksi tubuh manusia.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul menyampaikan bila hal ini adalah penipuan dan ada pihak yang merasa merasa dirugikan, polisi pasti akan segera menindaklanjuti.

Polisi, kata Martinus tidak bisa menghalang-halangi keinginan masyarakat yang ingin melihat Tina dan air matanya. Tapi semoga masyarakat bisa memberikan penilaian sendiri. (Ism)

3 dari 3 halaman

`Batu Petir` Ponari

`Batu Petir` Ponari © Dream

Dream - Kabar kesaktian Ponari menyebar sampai ke segala penjuru wilayah Indonesia. Orang-orang berbondong ke rumah si bocah demi mendapatkan celupan batu sakti miliknya.

Pasien harus mengantre untuk mendapatkan celupan batu petir (bentuk batu itu sama dengan batu-batu yang kita lihat di sungai), ke dalam air putih yang dibawa.

Panjang antrean berkilo-kilometer dan jumlah pengantre ditaksir sempat mencapai 30 ribu lebih. Sementara pasien yang sudah meminum air batu celup sebanyak 11 ribu orang.

Akibat berdesak-desakan mengantre jatuh korban 4 orang tewas. Kepolisian sempat menutup praktik Ponari beberapa hari tetapi diizinkan buka kembali karena pasien yang datang dari berbagai kota terlanjur menyemut.

Konon pengobatan itu gratis hanya disediakan kotak sumbangan sukarela yang setiap hari diperoleh uang lebih kurang 50 juta rupiah.

Kepopuleran Ponari sempat meredup karena dinilai kesaktian batunya sudah menghilang. Menurut psikolog, kesaktian itu hilang karena sugesti mengenai batu sakti tersebut sudah berkurang. (Ism)

Beri Komentar