Dream - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal Syawal 1555 H pada Selasa 9 April 2024. Sidang isbat digelar di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jalan MH. Thamrin, Jakarta.
“Kami akan mengadakan sidang isbat secara tertutup, dengan kehadiran Komisi VIII DPR RI, pimpinan MUI, duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama," ungkap Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kamaruddin Amin.
Sidang isbat 1 Syawal akan dimulai dengan Seminar Pemaparan Posisi Hilal oleh Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama. Berdasarkan data hisab, diperkirakan ijtimak terjadi pada Selasa, 29 Ramadan 1445 H / 9 April 2024 M, sekitar pukul 01.20 WIB.
Saat matahari terbenam, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia diprediksi berada di atas ufuk antara 4° 52.71' hingga 7° 37.84', dengan sudut elongasi 8° 23.68' hingga 10° 12.94'.
“Berdasarkan kriteria MABIMS, posisi hilal telah memenuhi kriteria visibilitas hilal dengan tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat,” tambah Kamaruddin Amin.
Menurut Kamaruddin, Kemenag juga melakukan pemantauan hilal atau rukyatulhilal di berbagai provinsi. “Tim akan diterjunkan ke 120 lokasi di seluruh Indonesia untuk melaporkan apakah hilal terlihat atau tidak pada hari tersebut,” jelasnya.
Hasil hisab dan rukyatulhilal akan dibahas dalam sidang isbat. " Keputusan mengenai Hari Raya Idulfitri akan diumumkan melalui konferensi pers setelah sidang isbat," ujar Kamaruddin.
Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, memperkirakan Idul Fitri 2024 atau 1 Syawal 1445 Hijriah antara Muhammadiyah dan pemerintah jatuh pada hari yang sama.
“Insya Allah Muhammadiyah akan ber-Idul Fitri pada 10 April 2024 dan tampaknya Idul Fitri akan sama antara pemerintah dan Muhammadiyah,” kata Haedar di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu pekan lalu.
“Ramadannya beda tapi Idul Fitrinya sama karena ada perbedaan cara penetapan,” jelas Haedar.
Terlepas sama maupun beda, Haedar meyakini seluruh lapisan masyarakat mampu menjaga toleransi.
" Sama maupun berbeda insya Allah kita sudah masuk pada fase saling memahami dan toleransi," ujar dia.
Untuk menyatukan dan mengakhiri masalah perbedaan itu, kata Haedar, Muhammadiyah terus mengampanyekan terwujudnya Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang tidak hanya berlaku untuk Indonesia saja, melainkan untuk umat Islam di seluruh dunia sehingga perbedaan itu tidak terus berulang.
“Sehingga nanti satu tanggal baru itu berlaku untuk di semua negara. Seperti kalender masehi yang tidak ada perbedaan,” kata Haedar.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas