Setelah 24 Tahun, Isu Ibu Tien Soeharto Meninggal karena Ditembak Terungkap

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Kamis, 30 April 2020 12:12
Setelah 24 Tahun, Isu Ibu Tien Soeharto Meninggal karena Ditembak Terungkap
Saat Ibu Tien Meninggal, Tutut sedang di luar negeri.

Dream - Ibu Tien, mantan ibu negara dan istri presiden kedua, Soeharto, sudah 24 tahun yang lalu meninggal dunia. Perempuan bernama lengkap Raden Ayu Siti Hartinah meninggal dunia setelah mendapat serangan jantung pada 28 April 1996.

Putri sulung Ibu Tien, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut membuat tulisan mengenai kepergian sang ibu. Tutut mengungkapkan kesedihannya mengenang sosok Ibu Tien yang dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Tutut bercerita mengenai detik-detik sebelum Ibu Tien meninggal. Saat itu, dia sedang berada di luar negeri.

" Pada saat itu saya sedang bertugas memimpin sidang organisasi donor darah dunia (di Prancis dan kemudian di London). Alhamdulillah, pada saat itu saya menjabat sebagai Presiden Donor Darah Dunia," tulis Tutut di laman resminya, tututsoeharto.id.

 

1 dari 5 halaman

Cerita Ibu Tien Meninggal

Tutut mengaku terkejut mendengar berita sang ibu telah meninggal dunia. Karena sebelum dia berangkat ke luar negeri, kondisi Ibu Tien masih segar bugar.

Di dalam perjalanan mengantarkan Ibu Tien ke peristirahatan terakhirnya, dengan suara lesu Soeharto bercerita kepada putrinya. Beberapa jam sebelum meninggal, Ibu Tien sempat mengeluh sesak napas namun menolak untuk dibawa ke rumah sakit.

Kala itu, Soeharto bersikeras membawa Bu Tien dengan ambulans.

" Di dalam perjalanan, ibumu sudah tidak sadar. Sampai di rumah sakit, semua dokter sudah berusaha untuk membantu ibumu. Tapi, Allah berkehendak lain," cerita Soeharto pada Tutut.

Tutut juga mendeskripsikan bagaimana kisah cinta Soeharto dan Ibu Tien. Keduanya saling mencintai, mendukung serta membantu.

 

2 dari 5 halaman

Kabar Ibu Tien Tertembak

Beberapa lama usai meninggalnya Ibu Tien, beredar kabar kurang sedap. Kabar itu menyebut Ibu Tien meninggal akibat tertembak saat melerai pertengkaran Bambang Trihatmodjo dan Hutomo Mandala Putra karena berebut proyek.

Tutut pun memberikan bantahan terkait kabar tersebut. Dia sangat menyesalkan perbuatan oknum tak bertanggung jawab karena telah menyebar rumor Ibu Tien meninggal akibat tertembak darah dagingnya sendiri.

" Lalu saya mendengar berita tersebar, bahwa ibu wafat karena tertembak oleh adik-adik saya. Saya heran, siapa manusia yang tega menyebarkan berita keji tersebut. Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi. Tadinya saya akan diamkan saja. Tapi rasanya berita itu semakin diulang-ulang ceritanya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," tulis Tutut.

" Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya. Dan alhamdulillah sekarang ada medsos, yang Alhamdulillah, saya pun ikut aktif di sana. Siapapun yang membuat cerita itu, dan siapapun yang ikut menyebarkan, kami serahkan pada Allah untuk menilainya. Karena kami meyakini, bahwa Allah adalah Hakim Yang Maha Adil." lanjut Tutut.

Tutut lalu menyampaikan terima kasih kepada seluruh lapisan masyarakat, kerabat serta keluarga yang selalu mendoakan Soeharto dan Ibu Tien.

Tutut Soeharto juga mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah dilahirkan dari seorang ibu yang baik, bijaksana, hormat pada orang tua dan suami serta dengan ikhlas memberikan kasih sayang.

3 dari 5 halaman

Pesan Haru Soeharto pada Tutut Dua Hari Jelang Tutup Usia

Dream - Putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut membagikan kisah haru jelang meninggalnyanya sang ayah. Tutut menuangkan ceritanya di laman pribadinya.

Tutut mengawali kisah itu dengan peristiwa yang terjadi pada tanggal 25 Januari 2008 malam hari. Waktu itu, ayahnya ingin makan pizza.

Jadilah dia dan adik-adiknya sibuk mencari toko pizza yang masih buka. Bahkan kedua adik Tutut, Titiek dan Mamiek, sampai meminta bantuan kepada teman-teman mereka untuk mencarikan pizza.

" Alhamdulillah masih ada yang buka," tulis Tutut di laman pribadinya, tututsoeharto.id.

Soeharto meminta anak-anaknya berkumpul untuk makan pizza bersama. Sebelum makan, tiba-tiba Soeharto menyanyikan lagu 'Panjang Umurnya'.

" Rupanya bapak ingat, bahwa pada bulan Januari ada anaknya yang ulang tahun, yaitu saya, pada tanggal 23 Januari," tulis Tutut.

 

4 dari 5 halaman

Petuah Terakhir

Momen kebersamaan itu sempat terabadikan lewat kamera ponsel milik Titiek. Keluarga itu pun berfoto bersama di rumah sakit.

" Kami tidak pernah mengira, bahwa itu foto kami berenam terakhir dengan bapak. Bila malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan," tulis Tutut.

Sehari kemudian, Soeharto menjalani pemeriksaan rutin. Setelah diperiksa, Presiden Kedua RI itu meminta Tutut untuk mendekat.

Kepada Tutut, Soeharto memberikan beberapa pesan. Beberapa di antaranya, Tutut diminta untuk menjaga kerukunan di antara saudara-saudaranya.

" Saya tak dapat menahan air mata saya, tapi saya tidak mau bapak terbebani juga dengan kesedihan saya, saya sampaikan ke bapak, 'Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu'," kata Tutut.

 

5 dari 5 halaman

Kondisi Menurun

Kemudian Soeharto berpesan agar Tutut mengelola seluruh yayasan yang telah didirikannya. Dia juga meminta Tutut untuk tidak menggunakan dana yayasan untuk urusan keluarga, melainkan sepenuhnya untuk membantu yang membutuhkan.

" Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat. Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga," terang Tutut menirukan ucapan sang ayah.

Sore hari setelah memberikan wejangan, kondisi fisik Soeharto menurun. Wakti subuh keesokan harinya, Soeharto dalam keadaan kritis.

Tutut berinisiatif mengumpulkan seluruh adiknya. Satu per satu, mereka diminta mencium tangan sang ayah, sembari membimbingnya untuk beristighfar dan bertasbih.

Siang hari pukul 13.10 tanggal 27 Januari 2008, Soeharto meninggal. Tutut tidak pernah membayangkan petuah yang disampaikan bapaknya menjadi kata-kata terakhir yang dia terima.

" Sesungguhnya apa yang Allah kehendaki, itulah yang akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan kehendak-Nya," tulis Tutut.

Selengkapnya...

Beri Komentar