Kisah Nabi Muhammad SAW Mencium Tangan Pemecah Batu Yang Ternyata Orang Mulia (Foto Ilustrasi: Shutterstock.com)
Dream - Semasa hidupnya, Rasulullah saw mengajarkan banyak hal kepada umatnya. Bahkan dalam aktivitas kesehariannya adalah pelajaran yang penuh hikmah untuk umat manusia. Dari sekian banyak kisah beliau, salah satunya adalah saat beliau mencium tangan seorang pemecah batu.
Tangan seorang pemecah batu yang jika kita bayangkan adalah seseorang yang bekerja dengan fisik sangat keras dan kotor, tentu ada sebab khusus sampai-sampai dicium oleh seorang rasul Allah SWT. Bahkan dijelaskan dalam Kitab Fathul Bari:
" Rasulullah tidak pernah mencium tangan para pemimpin Quraisy, tangan para pemimpin kabilah, raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az-zahra ra dan tangan seorang tukang batu."
Untuk mengetahui bagaimana kisahnya secara lengkap, berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.
Kisah ini diceritakan dalam sebuah kitab bernama Fathul Bari oleh Syaikhul Islam Al-Hafidz Ibnu Hajar Asqalani.
" Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu dikenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata: " Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya."
Rasulullah saw pun mendengar perkataan itu dan beliau menjawab:
" Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah." (HR At-Thabrani)
Kemudian di jelaskan dalam sebuah hadis Thabrani:
" Siapa saja bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni (dosa-dosanya)." (HR. At-Thabrani)
Kisah ini bermula saat Perang Khandaq usai, lalu Rasulullah bertemu dengan seorang sahabat yang bernama Sa'id Al-Khudri di sudut Kota Madinah. Sahabat tersebut berpakain lusuh, kotor, tubuhnya hitam, dan penuh keringat. Hal tersebut karena ia bekerja sebagai pemecah batu di tengah panasnya terik matahari.
Saat bertemu dengan Rasulullah, sahabat itu sedang bekerja memecah batu. Pekerjaan itu dilakukannya untuk menghidupi anak serta sang istri. Saat bersalaman dengan Rasulullah. Sa'id pun tampak malu dengan kondisinya yang kotor tersebut, ditambah tangannya juga kasar.
" Ada apa dengan tanganmu, wahai Sa'id?" tanta Rasulullah sambil memegang tangannya.
" Tanganku ini melepuh, ya Rasulullah." jawab Sa'id sambil malu.
" Tanganku melepuh karena begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." tambah Sa'id.
Rasulullah yang melihat kondisi Sa'id pun terenyuh dengan perjuangannya. Beliau pun menggenggam tangan Sa'id dan kemudian mencium tangannya.
" Hadzihi yadun la tamatsaha narrun abada (Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya)." sabda Rasulullah.
Saat itu, Sa'id berusaha menarik tangannya karena merasa tidak pantas dicium oleh Rasulullah sebagai orang yang mulia. Tetapi, Rasulullah tetap menarik tangan itu dan berkata:
" Biarkan wahai Sa'id, biarkan tangan ini nanti yang akan membawamu ke surga."
Melalui kisah di atas, ada hikmah yang bisa kita petik bersama. Rasulullah saw telah mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang itu tidak dinilai dari penampilan seseorang yang selalu rapi. Namun, kemuliaan itu juga ada pada seseorang yang adalah pekerja kasar dan kotor.
Pekerjaan itu dilakukannya demi bisa menghidupi anak dan istrinya dengan rezeki yang halal dan mendapat berkah dari Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda:
" Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan sholat."
Lalu, para sahabat bertanya:
" Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?"
Rasulullah saw menjawab:
" Bersusah payah dalam mencari nafkah."