Kisah Pilu Tragedi Mina, "Mereka Meneriakkan Nama Allah,"

Reporter : Syahid Latif
Jumat, 25 September 2015 15:31
Kisah Pilu Tragedi Mina,
"Orang yang jatuh berupaya mencari pertolongan, namun tak ada yang mengulurkan tangan untuk mereka."

Dream - Kabar pilu kembali mendera pelaksanaan haji pada musim ini. Setelah insiden jatuhnya derek raksasa (crane) di Masjidil Haram, Mekah, kini tragedi yang merenggut nyawa kembali terjadi di kawasan Mina.

Ribuan orang jemaah haji berjejal kala ingin melaksanakan salah satu kegiatan haji, yaitu melempar jumrah. Namun di Jalan 204 gelombang massa yang berjalan kaki itu terperangkap. Tak ada jalan keluar. Maju tak bisa, mundur apalagi.

Hingga akhirnya tragedi itu muncul. Kepanikan melanda. Ribuan jemaah berebut keluar dari kerumunan. Mereka yang tak kuat dan jatuh pingsan akhirnya jatuh, terinjak-injak dan meregang nyawa. 

Sampai saat ini memang belum jelas benar pemicu tragedi tersebut. Namun Tchima Illa Issoufou, seorang jemaah haji kepada laman BBC mengisahkan sejumlah jemaah haji tengah bergerak menuju lokasi pelemparan jumrah. Tak disangka, dari arah berlawanan muncul gelombang manusia dengan jumlah tak kalah besar.

" Lalu kondisi menjadi kacau dan tiba-tiba orang-orang mulai berjatuhan," kata Tchima.

Dari penglihatannya, jemaah haji yang terlihat berasal dari Nigeria, Niger, Chad, dan Senegal.

Para jemaah yang panik akhirnya mulai mendaki satu dengan yang lainnya untuk mencari tempat aman. Kondisi inilah yang menyebabkan jemaah meninggal.

" Jemaah mulai meneriakan nama Allah sementara yang lainnya menangis termasuk anak-anak dan bayi. Orang yang jatuh berupaya mencari pertolongan namun tak ada yang mengulurkan tangan untuk mereka," ujarnya.

Dalam kondisi panik tersebut, Tchima mengatakan para jemaah seperti hanya memperdulikan keselamatannya sendiri. Hal ini pula yang dialami anggota kelompoknya.

Hingga saat ini, Tchima mengaku kehilangan bibinya karena terjebak dalam kerumunan massa tersebut. " Dua orang wanita, ibu dan anaknya, sampai saat ini masih hilang," ujarnya.

 

Beri Komentar