Kisah Wanita Cantik Pembenci Islam Yang Jadi Mualaf Dalam 7 Hari (Youtube)
Dream - Keyakinan merupakan pilihan setiap orang. Tidak jarang seseorang memilih untuk pindah keyakinan karena hidayah yang bisa datang dari pengalaman, pengetahuan, dan lingkungan.
Hidayah bisa datang dengan berbagai cara kepada setiap insan. Salah satunya hadir melalui orang lain, seperti yang dialami wanita cantik berikut ini.
Arnita Rodelina Turnip, merupakan gadis cantik asal Simalungun, Sumatera Utara. Ia adalah gadis yang berprestasi, diterima di IPB University pada tahun 2015 jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Ketika masih beragama Kristen, gadis cantik ini sangat membenci Islam. Namun akhirnya ia mendapat hidayah dan memutuskan untuk menjadi seorang mualaf setelah berpikir selama tujuh hari.
" Jadi kalo dibilang saya itu mualaf satu Minggu di IPB itu betul, tapi prosesnya gak instan dalam seminggu itu bukan," kata Arnita dikutip dari tayangan Youtube Rukun Indonesia.
Sebelum paham dan menjadi seorang muslimah, bagi Arnita orang Islam terlalu ribet karena harus beribadah lima kali sehari.
" Ya saya benci banget sama yang namanya Islam dulu, wahh sempat sekesal itu. Apaan sih ribet 5 kali doa dalam sehari ngapain. Mempersulit," ujarnya.
Arnita menceritakan bahwa ia lahir dari seorang ibu guru ngaji yang awalnya beragama Islam. Namun karena suaminya Kristen, ibu Arnita mengikuti agama sang suami. Hingga akhirnya lahirlah Arnita dengan beragama Kristen.
Sejak kecil Arnita sudah hidup berdampingan dengan Islam. Saudara-saudaranya dari ibu mayoritas beragama Islam.
Ketika masuk bulan Ramadan, ia sering ikut sahur tapi siangnya makan. Saat masuk waktu berbuka puasa, ia ikut makan bersama.
Oleh orangtuanya, Arnita disekolahkan di SMA Katolik. Di bangku sekolah ia banyak belajar tentang agama yang dianutnya hingga muncul rasa benci pada yang namanya Islam.
Lulus di SMA Katolik, Arnita melanjutkan pendidikannya di IPB University dengan jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Kampus pertanian ini mewajibkan mahasiswa tingkat pertamanya untuk tinggal di asrama, termasuk Arnita.
“ Jadi, di asrama itu pakaiannya memang pakaiannya muslimah, tertutup bagi yang beragama muslim,” imbuhnya.
Sementara dalam bayangan Arnita, kalau kuliah di Jawa itu seperti di film-film televisi yang pakaiannya pakai rok pendek.
Ia kaget ketika ditegur oleh petugas keamanan lantaran menggunakan rok pendek dan pakai tanktop saat masuk asrama.
Arnita yang termasuk gadis taat dengan agamanya satu kamar dengan seorang muslimah yang tak kalah taatnya.
Temannya yang beragama Islam itu kerap melaksanakan sholat tahajud, rajin membaca Alquran sambil menunggu waktu subuh.
“ Dia itu tahajud iya, tadarus iya. Jadi, ya Allah jam 3 pagi masih saja sholat bangun, nyalain lampu. jadi saya kesal,” cerita Arnita.
Suatu ketika Arnita menyarankan agar temannya membaca Aquran tanpa suara. “ Terus saya bilang, bisa gak baca dalam hati aja,” katanya.
“ Kata dia gak bisa. Baca Alquran itu harus dilafalkan, jadi kita tau mana yang benar atau salah pelafalannya,” imbuhnya.
Masih kesal, keesokan harinya Arnita membaca alkitab dengan suara keras. “ Terus dia bilang, ngapain sih. Lho, aku kan baca kitab juga, emang ga boleh? Lu aja boleh,” kata dia.
Akhirnya terjadilah keributan. Sampai-sampai kakak pendamping asrama datang memisahkan. Arnita pun merasa malu dan tidak enak, ia akhirnya meminta maaf.
Menurutnya, ketertarikan pada Islam muncul saat dirinya menonton dr Zakir Naik yang kerap mendapatkan pertanyaan lintas agama, kemudian dijawabnya berdasarkan Alquran.
Sejak itu, muncul pertanyaan-pertanyaan di pikiran Arnita dan merasa ada yang mengganjal dari ajaran agamanya. Di mata kuliah agama Kristen, Arnita bertanya ke kakak asistensi.
“ Kak kita kan di chapter ini dibilang kalau kita itu tidak boleh makan-makanan yang haram dan minum-minuman yang memabukan, tapi why kita minum, makan babi?,” tanya dia.
Kakak asistensinya menjawab, “ Kamu harus mempercayai apa itu Kristus. Kamu harus lebih banyak lagi (belajar). Kalau keimananmu semakin kuat, maka kamu akan percaya.”
Namun, Arnita merasa tidak puas dengan jawaban kakak asistensinya itu. Lantas, ia mencari jawaban dari berbagai sumber yang bisa didapatkannya. Hingg akhirnya ia mendapat jawaban dari video ceramah Ustaz Abdul Somad.
Dari sanalah ketertarikan terhadap Islam muncul. Arnita pun datang ke Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Hurriyyah IPB untuk dituntun mengikrarkan dua kalimat syahadat. Oleh salah satu ustaz, Arnita minta datang kembali di hari esoknya.
Kabar Arnita akan pindah agama dari Kristen ke Islam seketika langsung menyebar di IPB, termasuk terdengar oleh kakak tingkatnya. Ia pun sempat dirayu untuk tidak pindah agama.
“ Saya dipanggil sama kakak-kakak tingkat, dibawa dengan harapan tidak jadi ikrar hari Sabtu. Harusnya saya ikrar hari Sabtu, tapi jadinya hari Senin saya masih ingat tanggal 20 September 2015,” tuturnya.
Oleh kakak tingkatnya, Arnita ditanya alasan pindah agama ke Islam. “ Saya bilang, bukan karena siapa-siapa, bukan karena menikah,” ujar Arnita.
Akhirnya kakak tingkat Arnita menyerah. Arnita pun masuk masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Hingga kini ia masih berpegang teguh dengan ajaran Islam, bahkan semakin yakin dengan Islam.
Advertisement
5 Tips Memilih Sabun Wajah untuk Pria, Jangan Sampai Salah
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi
Anak SMA Perlihatkan Bekal Steak Wagyu yang Disiapkan Ibu, Netizen: MBG Auto Minder
Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas 2025: Panggung Inspiratif Penuh Haru dan Inovasi Pelaku Usaha Lokal
Hypophrenia, Kondisi saat Seseorang Mendadak Sedih Tanpa Alasan
Belajar Ilmu Perencanaan Keuangan dengan Komunitas Cerita Uang
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Anak Muda Perlu Waspada, Varises Bukan Sekadar Masalah Penampilan Menurut Indonesian Vein Center
Futuristik Abis! Penampakan Riyadh Metro di Arab Saudi yang Telan Biaya Rp364 Triliun
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi