Dream - Galih Sulistyaningra, lulusan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang menyelesaikan S2 di London, Inggris memutuskan mengabadikan ilmunya sebagai guru SD di Indonesia.
Dalam unggahan akun Instagram @galihtyanr, Galih mengungkap alasannya memilih menjadi guru SD setelah lulus LPDP S2.
Rupanya, menjadi guru SD membuatnya paham mengenai permasalahan pendidikan dari bawah. Selain itu, ia juga berharap kontribusinya dapat memberikan pengaruh kepada orang lain.
" Karena S1 aku Pendidikan Guru SD, maka aku kembali dan menjadi guru SD. Padahal kalau mau jujur, bukan itu rencana awalnya. Tapi ternyata memang aku butuh menjadi Guru SD Negeri terlebih dahulu untuk paham konteks dan masalah akar rumput, dan tanpa sadar memberi pengaruh untuk teman-teman lain," ungkap Galih.
Meski bukan rencana awalnya, ia mengungkapkan jika menjadi guru SD merupakan jalan yang ingin ditempuhnya. Saat mempresentasikan apa yang ingin diwujudkannya dengan panelis LPDP, ia hendak menggabungkan pembelajaran yang relevan di sekolah-sekolah negeri.
" Setelah ku ingat kembali, ternyata ini jalanku mewujudkan apa yang kupresentasikan saat wawancara dengan panelis LPDP," ujarnya.
Lewat videonya, ia menunjukkan berbagai pembelajaran yang diberikan kepada murid-muridnya. Ia mengajarkan pencegahan kekerasan seksual sejak dini, prinsip STEAM, pelajaran mengenai kesetaraan gender, hingga mengajarkan empati dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia pun juga aktif menginspirasi lewat profesi guru sekolah dasar di berbagai kesempatan.
Keputusan untuk menjadi abdi negara usai lulus S2 di London tentu bukan perkara mudah bagi Galih. Namun, karena dorongan kuat dari sang orang tua, Galih mantap memulai karier barunya sebagai guru SD dengan mengikuti ujian CPNS pada 2019.
" Aku pulang di tahun 2019, dan saat itu langsung ikut CPNS formasi S1 guru SD atas kemauan kuat dari orang tua yang juga guru, yang ternyata masih memaknai kesuksesan anak sebagai seorang abdi negara," ungkapnya.
Mengikuti pendaftaran CPNS dengan formasi S1, Galih harus merelakan ijazah S2-nya tidak terpakai. Tak hanya itu, ia pun rela menerima gaji yang jauh lebih kecil dari pendapatannya sebelum jadi guru. Meski sempat berat, namun orientasi berpikirnya pun berubah seiring dengan statusnya yang sudah jadi ibu.
" Walau itu artinya mengikhlaskan dan mengarsipkan dulu ijazah S2ku dan merelakan pendapatan yg menurun jauh dari yang sebelumnya kuterima. Namun orientasiku yang masih lajang kala melamar waktu itu tentu berbeda dengan kini yang menjadi ibu," imbuhnya.
Ibu dari satu anak tersebut kemudian menyadari jika keputusannya menjadi guru SD kini berkaitan erat dengan usahanya saat ini. Kini, Galih tengah berusaha untuk menjadi guru sepenuhnya bagi sang anak.
" Meski terbilang masih dini, tapi keputusanku untuk menjadi guru di SD negeri memang gak untuk selama itu, nyatanya ada hal-hal lain yang perlu sama-sama kuusahakan yang dulu gak pernah kubayangkan, yaitu jadi guru sepenuhnya untuk anakku," ujar Galih.
Laporan: Nisya Aprilya
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya