© 2025 Https://www.dream.co.id
Bertajuk " Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya" , acara ini mempertemukan perempuan dari beragam latar belakang—dari komunitas perkawinan campur, sociopreneur muda, pelajar, desainer, hingga pelaku usaha kreatif—semua bersatu dalam satu benang merah: semangat Kartini yang hidup dalam karya dan aksi nyata.
Diprakarsai oleh nama-nama inspiratif seperti Maya Miranda Ambarsari (Womenpreneur, Sociopreneur, Pemilik Rumah Belajar Miranda), Yanti Subianto (Pemilik Warung Turki), Liesna Subianto (Desainer Kebaya Jeng Sri), hingga perkumpulan Srikandi Mixed Marriages yang dipimpin Ani Natalia, acara ini menjadi panggung bagi perempuan masa kini untuk bersuara dan berkarya.
Tak hanya itu, tiga sosok muda dari 3 Saudari—Cahaya Manthovani, Karina Alya Manthovani, dan Nadira Parsa Manthovani—menjadi representasi Kartini muda yang menghidupkan semangat perubahan dengan karya masing-masing.
Dalam sambutannya, Maya Miranda Ambarsari menekankan betapa kolaborasi lintas generasi dan budaya mampu melahirkan inovasi, kreativitas, dan dampak sosial yang melampaui sekat-sekat perbedaan.
" Ketika perempuan bersatu, kita bukan hanya berkarya, tapi juga menciptakan perubahan yang bermakna. Semangat Kartini itu tentang keberanian menjadi diri sendiri dan berkontribusi untuk sesama," ujar Maya.
Hal senada juga ditegaskan oleh Ani Natalia dari Srikandi Mixed Marriages, yang melihat kolaborasi ini sebagai wujud nyata perempuan modern: berkarya, berbagi, dan membangun masyarakat inklusif tanpa sekat.
Cahaya Manthovani, Ketua Harian Yayasan Inklusi Pelita Bangsa sekaligus sociopreneur muda, menyampaikan pesan penuh semangat untuk Kartini muda:
" Kreativitas adalah kekuatan untuk berkontribusi. Kita harus bangga dengan budaya kita sendiri dan memperkenalkannya dengan cara kita. Terus berkarya, terus upgrade diri," tegas Cahaya yang juga menjabat Direktur Eksekutif PT Bumi Serang Asri.
Puncak acara menjadi lebih hidup dengan pagelaran fashion show kolaboratif: desain kebaya modern dari Liesna Subianto dipadukan dengan ilustrasi budaya hasil karya Nadira Parsa Manthovani (Nara).
Nara, yang baru berusia 18 tahun, menghadirkan tujuh karakter perempuan dari Betawi, Jawa, Bali, Sumatera Barat, Dayak, Tionghoa, dan Papua—semuanya dituangkan dalam ilustrasi patchwork yang unik dan diaplikasikan ke dalam desain kebaya.
" Aku ingin generasi muda merasa bangga dengan budayanya sendiri. Budaya kita itu keren, kita harus berani menunjukkannya," ujar Nara dengan mata berbinar.
Setiap koleksi menjadi cermin keberagaman: bahan katun, lukisan tangan akrilik, kain tradisional Batik Cirebon hingga Jambi, bertemu dalam harmoni warna cerah dan gaya kutubaru-kartinian yang dinamis.
Sebagai muse fashion show, Karina Alya Manthovani menambahkan:
" Perempuan Indonesia kini lebih bebas berekspresi, lebih terbuka untuk berani tampil beda. Fashion show ini bukan cuma soal baju, tapi soal semangat kita untuk tumbuh," katanya.
Lebih dari sekadar acara, Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya adalah panggilan jiwa: bahwa semangat Kartini tetap hidup dalam keberanian perempuan masa kini untuk bermimpi, berkarya, dan membangun bangsa lewat tangan mereka sendiri.
Mereka membuktikan bahwa lintas generasi bukan jurang pemisah, dan lintas budaya bukan hambatan, melainkan jembatan untuk karya-karya hebat. Kartini kini ada dalam setiap langkah mereka—yang terus berjalan, berkarya, dan menginspirasi.
Advertisement
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Doodle Art Indonesia, Tempat Ngumpul para Seniman Doodle
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025