Bagaimana Hukum Makanan Yang Terkena Air Keringat? (Foto: Shutterstock)
Dream - Makanan di luar rumah sering kali menggugah selera. Kita jadi tergoda untuk jajan makanan di luar rumah.
Tidak melulu di restoran. Makanan kaki lima selalu jadi andalan ketika merasa lapar menyerang namun malas masak sendiri.
Bahkan sebagian besar orang lebih suka jajan makanan kaki lima. Meski kadang diketahui makanan tersebut tidak higienis.
Kita mungkin pernah menjumpai pedagang yang membuat makanan sampai berkeringat. Ini tentu jadi pemandangan kurang nyaman.
Muncul kekhawatiran keringat di pembuat menetes ke adonan makanan. Hal itu bisa menimbulkan rasa jijik pada sebagian orang.
Tetapi, bagaimana syariat memandang masalah ini?
Dikutip dari NU Online, dalam kajian fikih ditetapkan keringat, air liur maupun ingus bukanlah benda najis. Jika keringat menetes ke makanan, hukumnya tetap suci dan bisa dikonsumsi.
Hal ini dijelaskan Imam An Nawawi dalam Al Majmu' Syarh Al Muhadzdzab.
" Ketahuilah sesungguhnya tidak ada perbedaan antara keringat, air liur, ingus, dan air mata, antara milik orang junub, haid, orang suci, muslim maupun kafir, bighal, himar, kuda, tikus dan semua hewan buas, termasuk keluarga serangga. Bahkan semua itu hukumnya adalah suci. Dan setiap dari hewan yang suci yaitu selain anjing dan babi serta cabang anak atau persilangan atau cabang keduanya."
Pandangan ini didasarkan pada hadis riwayat Imam Bukhari dari Aisyah RA. Hadis tersebut menjelaskan kejadian saat Aisyah melihat perlakukan Rasulullah Muhammad SAW kepada Abdullah bin Zubair yang baru lahir.
Anak yang pertama kali dilahirkan dalam Islam adalah Abdullah bin Zubair. Mereka membawa Abdullah bin Zubair ke hadapan Nabi Muhammad SAW. Kemudian Nabi mengambil kurma kemudian mengunyahnya. Setelah itu Nabi memasukkan kurma tersebut ke dalam mulut Abdullah bin Zubair. Dengan begitu, benda yang pertama kali masuk ke perutnya Abdullah bin Zubair adalah air ludah Rasul SAW.
Hadis lainnya berisi muatan serupa yaitu riwayat Imam Muslim dari Ummu Sulaim. Diceritakan Ummu Sulaim mengambil keringat Rasulullah SAW. Pada akhir hadis, Rasulullah bertanya apa yang dilakukan Ummu Sulaim.
'Apa yang kamu perbuat, wahai Ummu Sulaim?' Ummu Sulaim menjawab, 'Ya Rasulullah, kami mengharapkan keberkahannya untuk anak-anak kami.' Rasul menjawab 'Kamu benar.'
Dua hadis di atas menunjukkan makanan yang tertetesi keringat tetaplah halal dan bisa dimakan. Tetapi, dianjurkan kepada para pedagang untuk membuat dan menyajikan makanannya dengan memperhatikan higienitasnya.
Sumber: NU Online
Dream - Kebiasaan menyindir orang lain kini sepertinya semakin merajarela. Apalagi dengan kehadiran media sosial. Seseorang secara tak sadar sedang membicarakan keburukan orang lain dengan menutupi identitas yang dituju.
Dalam dunia pergaulan anak masa kini, kebiasaan menyindir orang ini lazim dikenal dengan istilah julid. Pelakunya seperti tidak pernah nyaman tanpa membicarakan orang lain. Dia merasa iri dan dengki dengan orang lain sehingga menumpahkan perasaannya itu lewat ucapan pedas.
Lebih parahnya, yang dibicarakan adalah keburukan orang lain. Bahkan meski objek yang dibicarakan banyak berbuat baik, dia tetap berusaha mencari keburukannya.
Julid tampaknya kini tengah menjadi fenomena sosial di masyarakat Indonesia. Parahnya, orang sudah tidak lagi sungkan membicarakan orang lain.
Apalagi setelah hadirnya media sosial. Orang julid sangat mudah ditemukan.
Lantas, bagaimana Islam memandang sikap julid para orang lain?
Dikutip dari Bincang Syariah, seorang Muslim harus berhati-hati pada sikap ini. Sebab, ancamannya begitu besar hingga sholat tidak akan diterima.
Hal ini dibahas dalam hadis riwayat Imam Ahmad.
Seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah SAW bahwa seorang wanita disebut-sebut karena banyak sholat, puasa dan sedekahnya tetapi ia sering menyakiti tetangganya dengan lidahnya. Maka Rasul menegaskan, 'Wanita itu di dalam neraka.' Kemudian laki-laki tadi bercerita lagi, 'Wahai Rasulullah seorang wanita yang disebut-sebut sedikit sholat dan puasanya dan sesungguhnya ia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah menegaskan, 'Wanita itu di dalam surga.'
Dalam hadis ini dijelaskan bagaimana sholat merefleksikan kelembutan dan kasih sayang kepada sesama. Jika sholat tidak mencerminkan hal itu, maka yang didapat hanyalah kesia-siaan belaka.
Sholat menghadirkan pengaruh terhadap ucapan dan perbuatan seseorang sehari-hari. Karena itu, orang yang sbolatnya baik tidak akan menyakiti saudaranya, tak akan mengumpat, menfitnah, apalagi julid.
Sholat yang tidak dibarengi dengan perilaku terpuji dapat menyeret seseorang ke dalam neraka. Sebaliknya, sholat yang baik dapat memperhalus budi seseorang meski hanya sedikit.
Sumber: Bincang Syariah
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN