Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengapa Gempa Susulan Ambon Sampai Ribuan Kali?

Mengapa Gempa Susulan Ambon Sampai Ribuan Kali? Pengungsi Gempa Ambon (Foto: Istimewa)

Dream - Gempa susulan yang terjadi di Maluku tercatat sudah mencapai 1.149 kali gempa susulan sejak gempa utama berkekuatan Magnitudo 6,5 yang mengguncang pada Kamis 26 September 2019.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG), Daryono, ada beberapa unsur tektonik di wilayah ini, di antaranya Sesar Sorong, Sesar Buru, Sesar Tarera Aiduna, dan Sesar Through.

"Kawasan ini memang memiliki tatanan tektonik kompleks," kata Daryono, dikutip daro Merdeka.com, Senin 7 Oktober 2019.

Sesar merupakan patahan atau ketidaksinambungan dalam volume batuan yang menyebabkan perpindahan signifikan gerakan massa batuan. Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif penyebab gempa bumi.

Tingginya Frekuensi Gempa

Gempa Ambon

Daryono menambahkan, gempa susulan juga terjadi karena deformasi batuan kerak bumi. Blok batuan bergeser sangat luas dan terjadi ketidakseimbangan gaya tektonik.

"Akhirnya muncul gaya-gaya tektonik untuk mencari keseimbangan menuju kondisi stabil," ucap dia.

Semakin besar kekuatan gempa, kata Daryono, potensi gempa susulannya semakin banyak. Apalagi seandainya bebatuan di wilayah tersebut mudah rapuh.

Menurut penjelasan Daryono, tingginya frekuensi gempa susulan di wilayah Ambon dan sekitarnya menggambarkan batuan di wilayah itu mudah rapuh atau brittle.

"Apalagi jika ditunjang dengan kondisi batuan di wilayah tersebut yang rapuh," ucap dia.

Ambon Digoyang Lebih dari Seribu Gempa Susulan

Dream - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi lebih dari seribu kali gempa susulan usai lindu besar dengan magnitudo 6,5 yang melanda Ambon pada Kamis, 26 September, lalu.

"Hingga pukul 03.00 WIT, 7 Oktober 2019, lebih dari seribu gempa susulan terjadi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Agus, berdasarkan catatan BMKG, total ada 1.149 gempa susulan terjadi. Sebanyak 112 di antaranya dapat dirasakan masyarakat.

"Dini hari tadi, pukul 02.15 WIB, gempa M 3,4 dengan kedalaman 10 km masih terjadi dan dirasakan warga," kata dia.

Akibat gempa 26 September itu, total ada 37 orang meninggal dunia. Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku mencatat ada 6.344 rumah mengalami kerusakan.

Saat ini, tambah Agus, kebutuhan tenaga medis seperti dokter umum, bidan, perawat, apoteker, dan tenaga psikososial, masih sangat dibutuhkan.

"Di sektor kesehatan tidak hanya memberikan pelayanan medis tetapi juga memastikan gizi terpenuhi pada kelompok rentan, kesehatan reproduksi, distribusi obat dan pencegahan serta pengendalian penyakit," ucap dia.

Gempa, Wali Kota Ambon Tetapkan Satus Tanggap Darurat Selama 14 Hari

Dream - Pasca gempa bumi yang terjadi di wilayah Ambon, Maluku dengan magnitudo 6,5 pada Kamis, 26 September 2019 lalu, Wali Kota Ambon menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari.

"Status tanggap darurat terhitung sejak 26 September hingga 9 Oktober 2019," ujar Plt. Kapusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Minggu 29 September 2019.

Agus mengatakan, hingga kini jumlah korban meninggal dunia akibat gempa sebanyak 30 orang dan korban luka-luka sebanyak 156. Rata-rata, korban meninggal dunia dan luka karena tertimpa reruntuhan bangunan.

Selain menimbulkan korban manusia, gempa juga merusak ratusan bangunan yang ada di wilayah Ambon dan sekitarnya.

" Upaya pendataan di lapangan masih terus dilakukan oleh tim reaksi cepat BPBD Provinsi Maluku," ungkapnya. (mut)

Misteri Ribuan Ikan Mati Mendadak di Ambon, Ini Penjelasan BMKG

Dream - Kemunculan ikan di Pantai Hutumuri, Rutong, Lehari dan Hukurila, Ambon pada Sabtu, 14 September 2019, membuat warga khawatir. Warga menduga, ikan-ikan yang mati itu berhubungan dengan gempa besar atau tsunami yang akan muncul.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Selama ini belum pernah ada peristiwa gempa besar dan memicu tsunami yang didahului oleh matinya ikan secara massal," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, di Instagram BMKG, diakses Kamis, 14 September 2019.

Daryono mengatakan, tidak ada dalam ilmu gempa yang menjadikan ikan mati sebagai penanda gempa dan tsunami. Kematian ikan secara masaal ini, kata dia, dipastikan oleh sebab lain.

 

Investigasi

"Selama ini, kasus kematian ikan secara massal dapat diakibatkan oleh adanya ledakan, keracunan, atau faktor lingkungan yang mengakibatkan ikan mati," ucap dia.

Daryono mengatakan, saat ini pihak terkait sedang melakukan investigasi untuk mencari sebab matinya ikan-ikan di Pantai Ambon.

"Aktivitas kegempaan di Ambon dan sekitarnya saat ini normal-normal saja, tidak tampak adanya aktivitas yang mencolok, sehingga masyarakat diminta tenang," kata dia.

Daryono mengimbau masyarakat tenang dan tidak terpancing oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Warga diminta tidak perlu mengungsi karena saat ini sedang tidak ada kejadian gempa kuat dan BMKG juga tidak sedang mengeluarkan peringatan dini tsunami.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP