Pahala Cuma-cuma Bagi Korban Umpatan

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 17 Desember 2019 17:03
Pahala Cuma-cuma Bagi Korban Umpatan
Pahala itu berasal dari umpatan orang lain kepada dirinya.

Dream - Setiap kebaikan yang dilakukan seorang Mukmin akan berbalas pahala. Ini merupakan janji Allah kepada hamba-Nya.

Kita tidak pernah tahu seperti apa wujud dan seberapa besarnya pahala yang didapat. Yang pasti, hal itu jadi salah satu motivasi kita melakukan kebaikan.

Namun demikian, kita dituntut ikhlas menjalankan segala kebaikan. Artinya, meski ada embel-embel pahala, hal itu tidak menjadi semangat utama seorang mukmin untuk beramal sholeh.

Pahala sejatinya adalah rahasia Allah SWT. Seorang mukmin hanya diwajibkan mengimaninya.

Tetapi, rupanya tidak semua pahala bisa didapat dari setiap amalan sholeh. Ada pahala yang bisa diperoleh seorang mukmin padahal dia tidak melakukannya.

Dikutip dari Bincang Syariah, pahala yang dimaksud adalah umpatan. Seorang mukmin akan mendapatkan pahala secara cuma-cuma jika dia menjadi korban umpatan orang lain.

 

1 dari 4 halaman

Pahala yang Mengagetkan

Terdapat riwayat yang menerangkan hal ini. Riwayat tersebut dapat ditemukan dalam kitab Tanbihul Mughtarrin karya Syeikh Abdul Wahan Asy Sya'rani.

" Pada hari kiamat tak sedikit orang yang kaget begitu melihat catatan amalnya, sebab ada pahala kebaikan yang tak pernah dikerjakannya. Lantas mereka bertanya, 'Ya Rabb, dari mana pahala-pahala ini?' Jawab-Nya, 'Itu pahala orang-orang yang mengumpatmu sedangkan dirimu tak menyadari'."

Pahala atas umpatan itu didapat seorang mukmin dari orang yang mengumpatnya. Artinya, pahala yang dikumpulkan pengumpat berpindah kepada mereka yang dia umpat.

 

2 dari 4 halaman

Kejahatan Terbesar Lidah

Imam Al Ghazali dalam Kimiya As Sa'adah, menyatakan umpatan adalah kejahatan terbesar dari lidah. Perbuatan ini hanya bisa diampuni dengan cara memohon maaf kepada orang yang menjadi korban umpatan.

Umpatan sejatinya tidak hanya menyakiti orang lain namun juga diri sendiri. Karena secara tidak sadar, orang mengumpat akan memindahkan pahala atas kebaikannya kepada orang lain.

Jika pahala yang dialihkan tidak cukup, dosa korban umpatan dipindahkan kepada si pengumpat. Hal ini seperti diterangkan dalam hadis riwayat Imam Muslim, saat Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan tentang bagaimana kondisi orang muflis (bangkrut) dalam agama.

Rasulullah SAW bersabda, " Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?" Para sahabat menjawab, " Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai uang maupun harta benda." Kemudian Nabi menjelaskan, " Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) sholat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka."

Sumber: Bincang Syariah

3 dari 4 halaman

Tak Bisa Dengan Harta, Ini Serendah-rendahnya Sedekah Menurut Rasulullah

Dream - Sedekah sebagai salah satu perbuatan mulia sudah jamak diketahui masyarakat. Bersedekah artinya memberikan kebaikan yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan.

Sedekah merupakan keharusan bagi setiap Muslim. Karena lewat sedekah, kita bisa membantu mereka yang kurang beruntung.

Dalam Islam kita mengetahui ada hak kaum dhuafa di antara harta yang kita miliki. Dengan sedekah, kita membayarkan hak itu hingga harta yang kita raih menjadi berkah.

Patut kita pahami, sedekah tidak melulu dilakukan dengan harta. Meski harta adalah benda ideal untuk bersedekah.

Dikutip dari Bincang Syariah, sedekah ada tingkatannya. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa RA disebutkan Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan tingkatan orang bersedekah.

Dari Abu Musa RA, Nabi SAW bersabda, " Setiap orang Islam itu harus bersedekah." Abu Musa bertanya, " Bagaimanakah jikalau ia tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan?" Beliau menjawab, " Kalau tidak ada hendaklah ia bekerja dengan kedua tangannya, kemudian ia dapat memberikan kemanfaatan kepada dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia bertanya lagi, " Bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian?" Beliau menjawab, " Hendaklah ia memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan bantuan." Ia bertanya lagi, " Bagaimanakah jikalau ia tidak dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab, " Hendaklah ia memerintah dengan kebaikan atau kebagusan." Ia bertanya lagi, " Bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian." Beliau menjawab, " Hendaklah ia menahan diri dari berbuat kejahatan, maka yang sedemikian itupun sebagai sedekah yang diberikan olehnya."

4 dari 4 halaman

Dari Paling Utama Hingga Terendah

Hadis ini menjelaskan beberapa tahapan orang bersedekah. Sedekah dengan harta tentu jadi yang paling utama.

Harta ini bisa diwujudkan dalam bentuk uang atau makanan. Jika tidak punya, dianjurkan untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan bersedekah.

Tingkatan kedua di bawahnya yaitu sedekah dengan menolong orang yang membutuhkan. Hal ini dilakukan dengan perbuatan baik.

Tingkatan ketiga yaitu dengan memerintahkan kepada kebaikan. Jika seseorang menduduki jabatan, maka dia membuat kebijakan yang mengarahkan orang lain berbuat kebaikan.

Jika hanya rakyat biasa, maka menyarankan orang berbuat baik sudah termasuk sedekah. Namun demikian, sedekah di tingkatan lebih rendah derajatnya.

Sedangkan sedekah terendah yaitu menahan diri dari perbuatan jahat. Jika tidak bisa melakukan sedekah dengan harta, perbuatan ataupun ucapan, maka dia harus menahan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain.

Sumber: Bincang Syariah

Beri Komentar