Kaligrafi Rasulullah Muhammad SAW (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia yang sangat mulia. Setiap waktu yang dilaluinya digunakan untuk mematuhi perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sementara, Ramadan merupakan bulan penuh kemuliaan. Bulan ini memiliki derajat lebih tinggi dibanding bulan-bulan lainnya sepanjang tahun Hijriyah.
Namun demikian, Rasulullah lahir di bulan Rabi'ul Awwal. Bukan pada bulan suci Ramadan. Mengapa demikian?
Dikutip dari NU Online, kelahiran Rasulullah tidak berkaitan dengan bulan-bulan mulia. Justru kelahiran Rasulullah yang membuat sebuah bulan menjadi mulia.
Hal ini seperti dijelaskan oleh Sayyid Muhammad Ibn Alawi Al Maliki dalam kitab Adz Dzakhair Al Muhammadiyyah.
" Sesungguhnya kelahiran Nabi Muhammad berada di bulan Rabi' (awal) menurut pendapat yang shahih. Bukan di bulan Muharram, Rajab, Ramadan dan lain sebagainya dari bulan-bulan yang mulia. Karena Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun waktu-lah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Begitu pula tentang (kemuliaan) tempat. Jika Nabi dilahirkan di bulan-bulan (mulia) tersebut, bisa jadi akan menimbulkan persepsi, Nabi mulia gara-gara lahir di bulan mulia. Maka, Allah menciptakan kelahiran Baginda Nabi di bulan lain yang justru memberi pertolongan dan kemuliaan di bulan lain itu sendiri."
Pernyataan ini senada dengan pendapat Syaikh Az Zarqani dalam Al Mawahib Al Laduniyyah bil Minah Al Muhammadiyyah. Juga seperti pendapat Ibnu Hajar Al Haitami dalam Asyarful Wasail ila Fahmil Masail.
Artinya, kemuliaan Rasulullah bukan ditentukan dari kemuliaan bulan lahirnya. Karena kemuliaan itu berasal pribadi Rasulullah sendiri dan bukan faktor lainnya.
Pun demikian dengan tempat, Rasulullah tidak lahir di Kabah yang mulia. Tetapi, di kota Mekah yang penuh dengan penyembah berhala. Mekah justru menjadi kota mulia karena lahirnya Rasulullah.
Sama halnya dengan Madinah. Kota ini dipandang lebih mulia daripada Mekah karena Rasulullah menetap dan meninggal di Madinah.
(Sah, Sumber: NU Online)