Miris! Sudah Jam 11 Malam, Bocah Cilik Ini Masih Keliling Tawarkan Mangga Padahal Pagi-Pagi Harus Sekolah

Reporter : Sugiono
Rabu, 23 Maret 2022 10:00
Miris! Sudah Jam 11 Malam, Bocah Cilik Ini Masih Keliling Tawarkan Mangga Padahal Pagi-Pagi Harus Sekolah
Dia terpaksa berjualan mangga malam-malam di kala anak-anak seusianya sudah dibuai mimpi indah.

Dream - Tidak semua anak-anak bisa menikmati masa kecilnya dengan penuh tawa dan canda, tanpa terbebani masalah rumah tangga yang seharusnya jadi urusan orangtua.

Namun tidak demikian dengan seorang bocah cilik di Malaysia ini. Dia terpaksa berjualan mangga malam-malam di kala anak-anak seusianya sudah dibuai mimpi indah.

Kegigihannya demi mencari rezeki untuk kelangsungan hidup dirinya dan keluarganya membuat wanita bernama Natrisya Zainal terharu dan menangis.

Wanita yang akrab disapa Trisya ini berkata dia bertemu dengan bocah berusia sekitar sembilan tahun itu di sekitar Masjid Jamek Kampung Melayu Majidee di Johor Bahru, Johor kira-kira pukul 11 malam pada hari Minggu lalu.

1 dari 6 halaman

Waktu sedang menunggu burger pesanannya disiapkan, mobil Trisya tiba-tiba dihampiri oleh seorang bocah laki-laki.

Bocah itu tampak bingung sambil melihat ke dalam mobil sebelum Trisya membuka jendela dan menanyakan keperluannya.

Sudah jam 11 malam bocah cilik masih jualan mangga.

" Saya tanya adik itu ada apa? Dia menjawab 'Kak, tolonglah saya. Belilah buah, saya sudah capek, beli semua ya'," kata Trisya menirukan kata-kata bocah itu.

Mendengar kata-kata bocah laki-laki itu, Trisya mengaku hatinya langsung terenyuh. Dia sangat terharu sampai ingin menangis.

2 dari 6 halaman

Trisya kemudian bertanya kepada bocah itu apakah berjualan sendirian. Bocah itu bilang ibunya yang mengantarnya berjualan di sekitar masjid. Sementara saudara-saudaranya menunggu di rumah.

" Dia bilang ibunya yang mengantarnya jualan. Saudara-saudaranya di rumah. Saya merasa tersentuh sebab lihat dia jualan seorang diri di malam selarut itu.

" Ada sekitar sembilan buah mangga yang dia mau jual semuanya. Mungkin dia bawa lebih banyak mangga sebelum itu tetapi sudah terjual," kata Trisya.

3 dari 6 halaman

Trisya menduga bocah itu mungkin punya target harus menghabiskan semua buah mangga yang dibawanya sebelum boleh pulang.

Sudah jam 11 malam bocah cilik masih jualan mangga.

" Sebab itulah dia memohon kepada saya untuk membeli kesemua buah mangga yang tersisa. Tak tahu berapa lama dia berjualan tapi dia memang tampak lelah," kata wanita dari Johor Bahru ini.

Trisya akhirnya membeli kesemua sembilan buah mangga yang dijual bocah itu dengan harga 45 ringgit atau jika dirupiahkan menjadi Rp150 ribuan.

Namun Trisya memberikan uang 50 ringgit kepada anak tersebut untuk tujuan sedekah, sebelum bocah itu beredar meninggalkan mobilnya.

4 dari 6 halaman

Walaupun banyak yang memuji kegigihan bocah penjual mangga, Trisya yang seorang pengusaha dalam bidang kontraktor tidak setuju anak sekecil itu diperas untuk mencari rezeki sendirian larut malam.

" Saya heran kenapa sekarang semakin banyak anak berjualan terutama pada waktu malam. Mungkin itu salah satu trik untuk menarik simpati banyak orang.

" Tapi yang menyuruhnya jualan tidak memikirkan keselamatan dan pertumbuhan anak. Sekarang hidup zaman moden dan negara maju, tapi taraf kehidupan masih balik ke zaman penjajahan Jepang," ujarnya.

Trisya ingin agar budaya menggunakan anak untuk berjualan perlu dihentikan, dan orangtua seharusnya memainkan peranan dengan memikul tanggungjawab yang sewajarnya.

" Orangtua jangan ganggu pertumbuhan anak. Ia secara tidak langsung memberi dampak penyakit mental. Jangan gunakan anak-anak untuk menambah pendapatan keluarga," kata Trisya.

Jika ada masalah ekonomi, Trisya ingin orangtua memikirkan cara penyelesaian terbaik tanpa mempergunakan anak-anak.

5 dari 6 halaman

Trisya melihat bocah penjual mangga itu sebagai anak yang pintar, berani dan bijak.

" Dari luar jendela, dashboard mobil saya dielus-elusnya. Bocah itu sepertinya sangat senang lihat mobil saya.

" Waktu saya tawarkan untuk naik mobil, dia menolak. Dia juga tidak mau kalau cuma diberi uang. Dia ingin saya beli mangganya," kata Trisya.

Sudah jam 11 malam bocah cilik masih jualan mangga.

Namun ada yang bikin Trisya sedikit terkejut. Setelah berjalan usai menjual mangganya, ada sebuah mobil yang datang menjemput. mungkin itu ibunya.

" Dalam mobil saya menangis terkenang dia. Saya doakan agar adik itu tak lupakan pelajaran dan menjadi orang yang sukses suatu hari nanti," pungkas Trisya.

Sumber: mStar

Beri Komentar