Misteri Rama Setu, Jembatan Purba Yang Konon Dibangun Pasukan Kera Di Era Ramayana. (Foto: Dream)
Dream - Bagi yang suka dengan wayang, pasti pernah mendengar kisah Ramayana yang menceritakan kisah Rama dan Sinta.
Cerita ini berasal dari India beberapa ribu tahun yang lalu dan ditulis oleh seorang pendeta bernama Valmiki.
Salah satu babak dalam kisah Rama dan Sinta itu adalah cerita tentang jembatan yang menghubungkan India dan Sri Langka.
Dalam kisah itu disebutkan Rama harus menyelamatkan Sinta yang diculik raja Sri Langka bernama Rahwana.
Ketika sampai di samudera, Rama memerintahkan pasukan kera untuk membangun jembatan batu menuju Sri Langka.
Menurut mitos itu, setiap pasukan kera melemparkan batu di lautan menuju Sri Langka. Batu-batu itu tidak tenggelam karena nama Rama tertulis di atasnya.
Nah, jika kamu memerhatikan foto satelit di sekitar wilayah tersebut, maka akan tampak tanda yang diyakini sebagai jembatan dalam kisah tersebut.
Jembatan Rama yang disebut Rama Setu itu dikenal sebagai Jembatan Adam. Saat ini jembatan itu hanya berupa hamparan pasir dan batu koral.
Hamparan pasir dan batu koral yang panjang itu menghubungkan Pulau Pamban di Kepulauan Rameswaram, India dengan Pulau Mannar di Sri Lanka.
Jembatan itu memiliki panjang 50 kilometer dan berada di Teluk Palk yang memisahkan kedua negara tersebut.
Selama ratusan tahun, keberadaan Rama Setu menarik perhatian para pakar dan ilmuwan. Mereka mempelajarinya untuk mengetahui apakah Rama Setu tercipta secara alami atau merupakan struktur buatan manusia.
Salah satu yang mencoba mengungkap misteri Jembatan Adam adalah analis dan ahli peta India bernama Raj Bhagat Palanichamy di World Resources Institute.
Baru-baru ini Raj Bhagat mengunggah serangkaian teori tentang pembentukan Rama Setu. Menurut penelitiannya, Rama Setu tercipta secara alami. Bukan hasil pembangunan pasukan kera yang diyakini sebagian orang selama ini.
" Banyak yang tertipu oleh gambar satelit statis dan percaya bahwa bagian Tombolo di Selat Palk sebagai jembatan buatan manusia," tulis Raj Bhagat mengawali penjelasannya.
Dalam ilmu geografi, Tombolo terbentuk ketika pasir mengendap yang dibawa oleh gelombang air laut membentuk gundukan yang menghubungkan pulau kecil lepas pantai ke daratan.
Menurut Raj Bhagat, arus laut dalam tidak memasuki bagian antara Sri Lanka dan India karena adanya landas kontinen.
Munculnya daratan di bagian ini karena dominasi arus pantai dari dua arah. Satu dari Teluk Mannar dan lainnya dari Selat Palk. Keduanya bertemu dari arah yang berlawanan.
Arus pantai dari dua arah itu membawa banyak sedimen. Pada titik pertemuan arus, sedimen itu menjebak dan menumpuk hingga membentuk pulau-pulau.
Dalam gambar satelit, pulau-pulau ini banyak berubah karena arah arus, pasang surut, dan lain-lain.
Raj Bhagat mengatakan perubahan yang ditampilkan dalam foto satelitnya terjadi dalam jangka pendek (4 tahun).
Menurutnya, endapan sedimen merupakan proses bertahap yang terjadi sejak lama. Dalam 30 tahun terakhir, kita dapat melihat perubahan di Pulau Pamban dekat Dhanushkodi.
Di sini pulau-pulau di bagian yang lebih dalam berubah-ubah, sedangkan pasir yang lebih dekat ke Pamban tetap.
Pertambahan dan erosi sedimen tidak terbatas pada bagian antara Rameshwaram dan Mannar. Perubahan juga terjadi di dekat gugusan pulau antara Thoothukudi dan Mandapam.
Ada juga pembentukan pulau yang menjorok di Kodikarai yang telah membentuk rawa-rawa Muthupet.
Di masa lampau, pertambahan sedimen telah menyebabkan formasi pantai baru yang sekarang didominasi oleh dataran garam di sepanjang pantai timur.
" Kesimpulan dari semua penjelasan ini adalah formasi Tombolo yang disebut jembatan itu disebabkan oleh laut dan bukan buatan manusia. Deskripsi atau lokasi jembatan seperti yang disebutkan dalam epos juga tidak cocok dengan ini," kata Raj Bhagat.
Menurut Raj Bhagat, masa depan Tombolo ini tergantung pada permukaan laut, arus laut, dan sebagainya. Jembatan Rama ini mungkin saja masih bertahan di masa depan atau bisa saja hilang.
Sumber: IndianTimes
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media