Kebanyakan orang mengetahui kehadiran dajjal atau Imam Mahdi sebagai tanda jelang kiamat
Dream – Al-Quran dan hadits Nabi telah banyak menyebutkan tanda-tanda kecil hari kiamat, salah satunya ialah kemunculan Ruwaibidhah.
Hari kiamat adalah salah satu rukun iman yang harus diyakini umat Islam. Tak sempurna seorang yang mengaku Islam jika tak mempercayai lima rukun iman tersebut
Istilah Ruwaibidhah mungkin masih terdengar asing di telinga kita. Tanda-tanda hari kiamat yang sering kita dengar biasanya berkaitan dengan kemunculan Dajjal, Ya’juj Ma’juj, turunnya Nabi Isa, dan munculnya Dabbah.
Tanda-tanda tersebut termasuk tanda besar hari kiamat. Sementara tanda-tanda kecil kiamat jarang disadari karena berwujud fenomena sosial yang sudah muncul belakangan ini.
Hal ini tentu berbeda dengan tanda kiamat seperti matahari terbit dari arah barat yang sudah diketahui banyak muslim dan muslimah.
Perlu diketahui, tanda-tanda kecil dan besar hari kiamat merupakan keyakinan umat Islam dan dipahami sebagai kabar dari Allah yang telah disampaikan lewat Al-Quran dan sabda Rasulullah SAW.
Tanda-tanda itu juga dikabarkan Rasulullah di setiap dakwah dan tertuang dalam hadist-hadist para perawi ternama.
Tanda kecil hari kiamat perlu dipahami sebagai langkah untuk menjaga keimanan kepada Allah ‘aza wa jalla. Tanda-tanda kecil kiamat mencakup beberapa hal, seperti:
Para sahabat di zaman Rasulullah SAW sangat takut berfatwa atau menyampaikan hal-hal yang berurusan dengan agama.
Padahal para sahabat adalah generasi yang paling dekat dengan Rasulullah dan tentu saja dipenuhi lautan ilmu.
Sementara orang-orang di masa kini begitu mudahnya berfatwa, ingin tampil di panggung ceramah meskipun secara ilmu masih dangkal alias tidak memadai.
Hanya bermodalkan gelar dan ketenaran, seseorang dengan sangat mudah mengenakan aksesoris keagamaan dan berani berkata tentang halal dan haram.
Bahkan tak jarang dengan atribut keagamaan seseorang justru menciderai kemanusiaan. Inilah fenomena umat di akhir zaman yang dikhawatirkan Rasulullah SAW.
Penjelasan itulah yang disebut dengan Ruwaibidhah, yaitu kondisi umat manusia yang dibutakan oleh tipu daya sehingga orang-orang yang benar dan berakhlak mulia justru malah terpinggirkan.
Rasulullah SAW menjelaskan Ruwaibidhah adalah orang yang kerdil jiwanya, hina, dan tidak mengerti bagaimana mengurus orang banyak.
Pengertian lain menyebutkan bahwa Ruwaibidhah merupakan orang yang rusak alias tidak memahami persoalan namun ikut berbicara mengenai masyarakat umum.
Singkatnya, Ruwaibidhah adalah orang bodoh yang tidak memiliki kapasitas keilmuwan yang mumpuni namun ikut campur dalam urusan banyak orang.
Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan kemunculan Ruwaibidhah ini sejak 14 abad lalu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
" Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara. Lalu beliau ditanya, Apakah Ruwaibidhah itu? Beliau SAW menjawab: Orang-orang bodoh yang mengurusi perkara umum."
(HR. Ibnu Majah)
Asal kata Ruwaibidhah adalah ‘Rabidhah’ yang artinya kumpulan orang lemah yang diam tidak bisa melakukan hal-hal mulia, duduk tidak mencarinya dan orang hina yang tidak ada artinya.
Dalam riwayat hadis Ibnu Majah, Nabi SAW menyebutkan bahwa Rabidhah adalah orang bodoh yang ikut campur mengurusi persoalan masyarakat luas.
Dalam buku “Ruwaibidhah dalam Perspektif Al-Quran dan Kaitannya dengan Fenomena Buzer” karya Roki Hadi dijelaskan, hukum Ruwaibidhah adalah dosa besar menurut sebagian ulama.
Dasar alasannya adalah fenomena ini menyebabkan perpecahan umat dan mengundang kedustaan kepada Allah dan Rasulullah.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Fenomena kemunculan Ruwaibidhah termasuk fitnah akhir zaman. Manusia dungu dan jahil dalam urusan agama dengan lancang berfatwa di tengah masyarakat. Jika hal ini terjadi, tentu kerusakan besar yang tak bisa dibayangkan bakalan menimpa umat manusia.
Imam Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah pernah ditanya mengenai suatu masalah.
Beliau menjawab, “Aku belum pernah mendengar masalah itu dari guru-guru saya.”
Kemudian ditanya lagi, “Tidakkah engkau mau mengutarakan pendapat pribadimu?”
Imam Atha’ menjawab, “Sungguh aku malu kepada Allah apabila orang-orang di muka bumi ini beragama atas pendapatku.”
Kisah senada juga dialami Imam Malik rahimahullah. Beliau ditanya mengenai permasalahan fiqih. Sang penanya mendesak beliau untuk menjawab. “Tolonglah aku wahai imam, aku telah melakukan perjalanan jauh agar bisa bertanya kepadamu tentang masalah ini. Apa jawabanku jika aku kembali ke negeriku dan orang-orang bertanya tentang masalah itu?”
Sang Imam pun menjawab, “Jika engkau kembali ke negerimu, kabarkanlah pada masyarakat di sana bahwa aku berkata kepadamu ‘aku tidak mengerti masalah tersebut dengan baik’.”
Dalam sebuah riwayat, Imam Malik pernah mendapatkan 100 pertanyaan dan beliau hanya menjawab sebagian kecilnya.
Lalu ada orang yang berkata kepadanya: " Engkau tidak menjawab semuanya, padahal hanya pertanyaan ringan lagi mudah?"
Beliau menjawab dengan ayat 5 dari Surat Al-Muzammil: " Tidak ada ilmu agama yang ringan. Tidakkah Anda mendengar firman Allah 'Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (QS. Al-Muzzammil: 5)."
Menurut Ustadz Ahmad Syahrin dalam sebuah kajian, semua ilmu agama itu berat, terlebih yang akan ditanya pada hari Kiamat.
Sementara kondisi saat ini sangat berbeda. Nafsu orang untuk berbicara agama sangatlah kuat. Tak perlu ilmu, apalagi ketakwaan. Hanya modal ulasan google maupun media sosial, orang-orang sekarang sering membahas agama dengan berkata: " Menurut saya, menurut hemat saya. Kalau saya melihatnya itu haram, saya melihatnya boleh-boleh saja."
Dengan demikian, di akhir zaman ini sebaiknya kita pandai-pandai menjaga lisan. Jika ingin berbicara mengenai sesuatu hendaknya pelajari dan dalami dulu persoalannya dengan sumber yang terpercaya.
Dengan begitu, orang-orang Ruwaibidhah bisa diimbangi dengan orang yang benar-benar dalam ilmunya.
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya