Dubes: Inggris Harus Belajar Banyak dari Muslim RI

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 1 Maret 2016 12:45
Dubes: Inggris Harus Belajar Banyak dari Muslim RI
CDCC dan Muhammadiyah sepakat untuk bekerjasama menangkal berkembangnya kekerasan atas nama agama.

Dream - Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Indonesia Moazam Malik mengakui masyarakat muslim Inggris harus belajar banyak pada muslim Indonesia. Moazam bahkan mengakui banyak kebiasaan muslim Indonesia yang mungkin dianggap aneh di negara asalnya. 

Lebih jauh, Moazam mengaku pentingnya dialog diantara muslim kedua negara untuk menghadapi kekerasan atas nama agama yang sudah semakin berkembang. 

Hal itu disampaikan Moazam dalam pertemuan roundtable dialog Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) dan Muhammadiyah. Dialog umat muslim Inggris dan Indonesia mengangkat tema 'Countering Violent Extremism: Sharing Best Practices and Establising Sustainable Working Partnerships'.

 

Menurut Moazam, selama ini masyarakat muslim Inggris mungkin tak pernah tahu jika muslimah Indonesia membaca Alquran saat pembukaan acara juga memakai jilbab lalu naik motor. 

Dalam kaitannya dengan aksi kekerasan atas nama agama, Moazam mengatakan muslim Indonesia patut menjadi contoh bagi muslim Inggris. Kehidupan keagamaan yang moderat dalam komunitas muslim Indonesia dapat menjadi inspirasi bagi muslim Inggris dalam menghadapi kekerasan atas nama agama.

" Saya kira ini kewajiban kita semua untuk memerangi tindak kekerasan tersebut. Banyak anak-anak muda Inggris yang ikut perang ke Suriah, juga anak-anak muda Indonesia," ujar Moazam melalui keterangan tertulis diterima Dream dari CDCC, Selasa, 1 Maret 2016.

Moazam menambahkan, dibandingkan dengan populasi penduduk, persentase anak-anak muda Inggris yang ikut perang ke Suriah lebih besar dibanding anak-anak muda Indonesia.

" Jadi, sebagaimana dipesankan oleh Perdana Menteri kami, muslim di Inggris perlu banyak belajar dari muslim yang moderat di Indonesia," katanya

Sementara Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, muslim Inggris dan Indonesia memiliki kedekatan emosional meski terpisah secara geografis. Hal itu didasarkan pada kuatnya jalinan iman Islam di dua negara tersebut.

" Karena itu kita perlu saling bertukar pengalaman tentang Islam dan perdamaian. Di Indonesia, kita mendiskusikannya dan juga bekerjasama dengan kelompok agama lain," kata Mu'ti.

Akeela Ahmad, anggota Christian-Muslim Forum mengakui muslimah di Inggris saat ini memang harus mendapatkan perhatian karena Islam di negara tersebut masih dipahami secara sangat ideologis. Dengan penjelasan ini, diharapkan publik Inggris bisa menghormati Islam terutama perempuan Muslim.

" Banyak hal yang perlu diberikan perhatian seperti kerjasama antara perempuan Muslim dengan perempuan dari agama lain, pernikahan yang dipaksakan oleh orang tua dan lain sebagainya,” ujar aktivis Muslim perempuan ini.

“ Perlu lebih banyak warga Muslim Inggris yang datang ke Indonesia untuk melihat bagaimana mayoritas Muslim berinteraksi dengan kelompok minoritas, perlu juga warga Muslim Indonesia untuk ke sana untuk melihat bagaimana kelompok Muslim sebagai minoritas berinteraski dengan mayoritas non Muslim,” tambah Direktur Eksekutif CDCC, Alpha Amirrachman.

Dala pertemuan tersebut, hadir sejumlah tokoh muslim Inggris seperti Co-Director of Association of British Muslims Mohammed Abbasi, imam senior Masjid Leeds Makkah Imam Qari Asim, penasehat bidang agama pada Departemen Pertahanan Inggris Imam Asim Hafiz, Ketua Muslim Women's Network Shaista Gohir, dan perwakilan Christian-Muslim Forum Akeela Ahmed.

Sementara dari Indonesia dihadiri oleh tokoh Nahdlatul Ulama dan mantan Duta Besar RI Alwi Shihab, pengajar Ilmu Politik yang juga aktivis Muhammadiyah Chusnul Mar'iyah, Direktur Program CDCC Yayah Khisbiyah, Sekjen Dewan Masjid Indonesia Imam Addaruqutni, dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak.

Beri Komentar