Guru Nining Harus Tinggal Di Dekat Toilet Sekolah (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)
Dream - Kisah Nining, 44 tahun, patut mendapat perhatian dari semua pihak. Bukan hanya karena statusnya sebagai guru honorer, tapi juga tentang nasib hidupnya.
Nining sudah mengabdi selama 15 tahun sebagai guru honorer di SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Dia bersama suaminya, Eby, 46 tahun, terpaksa tinggal satu atap dengan toilet sekolah.
Rumah yang ditempati Nining hanya berukuran 3x6 meter. Letaknya tepat di samping toilet guru dan siswa.
Nining membagi rumahnya menjadi dua dengan sekat triplek. Bagian depan dipakai untuk ruang tamu dan warung, sedangkan bagian belakang untuk kamar tidur.
Mirisnya, dapur terletak di depan pintu toilet. Pesing kerap menjadi aroma yang dihirup Nining dan keluarganya.
" Dua tahun (tinggal di sini), WC (gabung) tempat masak, kalau tidur di samping WC," kata Nining, dikutip dari Liputan6.com
Agar terhindar dari bau, Nining dan suaminya harus rajin membersihkan toilet. Sementara kondisi toilet sekolah sudah lama tidak direnovasi.
" Mushola tempat sholat guru, saya taruh kompor. Enggak bau, saya bersihkan sendiri (toilet), tanggung jawab," kata dia.
Untuk listrik di rumah Nining menyambung dengan sekolah. Dia tidak memiliki banyak barang elektronik, hanya terdapat satu unit rice cooker dan televisi tabung 14 inci.
Nining mengaku tinggal di dekat toilet karena rumahnya roboh dua tahun lalu akibat rapuh. Dia bersama suami tidak punya biaya untuk membangun kembali rumah tersebut.
Penghasilan Nining sebagai guru honorer dan Eby yang seorang buruh serabutan tidaklah mencukupi. Bahkan pasangan ini sampai membuka warung jajanan di sekolah untuk menyambung hidup dan membiayai pendidikan dua anak mereka.
" (Anak) dua, sekolah di MTs kelas dua yang kedua, yang pertama sudah lulus enggak dilanjutkan (kuliah). Anak harus sekolah terus, saya semangat (jadi guru honorer) untuk biaya sekolah (anak)," kata dia.
Sebagai guru honorer, Nining menerima upah hanya sebesar Rp350 ribu tiap bulan. Itupun dibayarkan setiap tiga bulan sekali.
Uang itu dipakai untuk biaya sekolah anak sulungnya hingga lulus SMA. Kini, si sulung merantau ke Jakarta untuk bekerja.
Tetapi, dia masih punya tanggungan anak ke dua yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah di Yayasan Darul Ullum, Kecamatan Saketi.
Di SDN Karyabuana 3, Nining mengajar semua mata pelajaran kelas 1. Dia pernah berkuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang namun hanya sampai semester 4.
Gelar Sarjana dia raih dengan melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka kelas jauh di Kecamatan Cibaliung. Dengan gelar itu, Nining berharap bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Sayangnya, harapannya menjadi PNS pupus karena usianya yang sudah melampaui ketentuan. Dia mengaku putus asa karena tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk tenaga honorer seperti dia.
" Putus asa, usia sudah tua, bagaimana selanjutnya kalau enggak ada perhatian dari pemerintah," kata dia.
Menurut Komite SDN Karyabuana 3, sebenarnya Nining tidak diizinkan tinggal di toilet sekolah. Pihak sekolah mengakui pernah menerbitkan izin pendirian rumah bagi Nining dan Eby di lahan kosong di dalam sekolah, bukan di samping toilet.
" Kami sudah larang, jangan di sana, agak ke belakang. Rumah pertama rubuh karena kecil," ujar Komite SDN Karyabuana 3, Sukron.
Dia mengatakan, kondisi Nining sudah diketahui pihak Kecamatan Cigeulis. Bahkan sudah ada rencana untuk membongkar rumah Nining lantaran dianggap tidak layak huni.
" Pak Camat sudah suruh bongkar, tapi tergantung (persetujuan) Bu Nining. Kami sudah mau bikin rumah di (tanah milik) ibunya. Semua sudah siap bantu," kata Sukron.
Bantuan tidak hanya datang dari sesama guru. Pihak kecamatan juga berniat membangunkan rumah bagi Nining.
Sekretaris Camat Cigeulis, Encep Hadikusuma, menjelaskan kronologi Nining bisa membangun rumah di samping toilet sekolah. Sebenarnya, kata dia, lokasi yang ditempati Nining sempat dilarang dipakai baik oleh komite maupun kepala sekolah.
" Namanya WC mengganggu juga. Terpaksa mengizinkan dengan direnovasi, tambah ruang," kata Encep.
Lebih lanjut, Encep mengatakan Nining dan Eby akan dibangunkan rumah di lahan kosong di belakang sekolah. Lokasinya tidak jauh dari toilet namun masih ada jarak.
" Kami sepakat dibikinkan rumah, kebetulan mereka memiliki tempat, kami bangun layak huni. Secepatnya dalam lima hari selesai. Swadaya, iuran," kata Encep.
Sumber: Liputan6.com/Yandhi Deslatama.
Advertisement
Keseruan DIY Mirror Clay Bareng GENDES di Campus Beauty Fair
Romantis Berujung Nangis Bareng, El Rumi Lamar Syifa Hadju di Swiss
Pemicu Stroke Mendadak, Kondisi Mematikan yang Datang Tanpa Disadari
Foto Nisya Ahmad Kecil Mirip Banget Lily, Netizen: Memang Sudah Takdir
Jepang Butuh 400 Ribu Tenaga Kerja Tiap Tahun, Peluang Pekerja Migran Makin Besar
Penasaran Suasana Kuliah, Kakek 60 Tahun Wujudkan Impian Jadi Mahasiswa
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Berawal Dangdut Keliling, Ini Sumber Penghasilan Ayu Ting Ting yang Kini Jadi Artis Tajir
Diet Telur yang Benar Efektif Turunkan Berat Badan, Pastikan Perhatikan Hal Ini
Keseruan DIY Mirror Clay Bareng GENDES di Campus Beauty Fair
Romantis Berujung Nangis Bareng, El Rumi Lamar Syifa Hadju di Swiss
Pemicu Stroke Mendadak, Kondisi Mematikan yang Datang Tanpa Disadari