Pasien Covid-19 Berumur Lebih 60 Tahun di Italia Tak Mendapat Respirator

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 24 Maret 2020 12:49
Pasien Covid-19 Berumur Lebih 60 Tahun di Italia Tak Mendapat Respirator
Skala krisis telah memaksa dokter untuk membuat keputusan dramatis.

Dream - Tim medis di Italia menyebut tidak dapat lagi memberikan respirator bagi pasien yang berusia di atas 60 tahun.

Seorang dokter Israel yang bekerja di Italia utara, dr Gal Peleg,  mengatakan hanya ada beberapa mesin pernapasan buatan yang tersedia. Akibatnya, akses ke mesin penyelamat harus dibatasi.

Dilaporkan Express.co.uk, dia mengatakan, pasien berusia di atas 60 tidak dapat menggunakan ventilator. Tim medis memprioritaskan pasien yang lebih muda.

" Saya mendengar dari teman dan kolega yang menetapkan batas usia untuk mana Anda tidak dapat membantu lagi, usia 60," ucap Gal.

Gal mengatakan, yang bekerja di sebuah rumah sakit di Parma, skala krisis telah memaksa dokter untuk membuat keputusan dramatis.


1 dari 5 halaman

Warga dengan Populasi Kedua di Dunia

Meski demikian, dia mengatakan pasien berusia 60 tahun masih menerima " perawatan yang tepat" . Pasien tetap mendapatkan oksigen upaya medis lain.

Dia mengatakan, petugas medis memastikan pasien yang sakit parah agar mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai, meskipun aturan karantina yang ketat. Italia mencatat rekor peningkatan jumlah kematian, dengan 627 tercatat pada Minggu, 23 Maret 2020.

Profesor Walter Ricciardi, penasihat ilmiah menteri kesehatan Italia, mengatakan tingkat kematian yang tinggi di negara itu jauh lebih tinggi daripada negara lain karena demografi. Italia memiliki populasi tertua kedua di dunia.

" Usia pasien kami di rumah sakit jauh lebih tua - median adalah 67, sedangkan di China adalah 46," kata Walter.

" Jadi pada dasarnya distribusi usia pasien kami diperas ke usia yang lebih tua dan ini meningkatkan kematian," ucap dia.

2 dari 5 halaman

Pemandangan Memilukan Antrean Truk Angkut Jenazah Korban Corona di Italia

Dream - Sebuah pemandangan yang memilukan sekaligus mencekam datang dari Italia yang menjadi negara Eropa dengan korban tewas akibat Covid-19 terbanyak setelah China.

Dilaporkan beberapa media Barat bahwa militer Italia ditugaskan untuk mengangkut mayat-mayat pasien Covid-19 yang jumlahnya terus meningkat.

Belasan truk militer berjejer untuk mendapat giliran mengangkut jasad pasien Covid-19 di Bergamo, Lombardy. Wilayah ini mencatatkan jumlah pasien Covid-19 tertinggi di Italia.

Truk militer dikerahkan setelah rumah sakit dan krematorium lokal di Lombardy kewalahan mengatasi meningkatnya jumlah kematian akibat Covid-19.

Peti mati korban tewas Covid-19 menumpuk di krematorium dan kamar mayat.

" Krematorium di Bergamo bekerja dengan kapasitas penuh, selama 24 jam. Krematorium hanya bisa mengkremasi 25 orang dalam sehari," kata juru bicara krematorium.

3 dari 5 halaman

Pemandangan Mengerikan

Sementara itu, juru bicara militer Italia mengungkapkan bahwa 15 truk dan lebih dari 50 personil militer dikirim ke kota Bergamo yang 'dikepung' Covid-19 untuk membantu mengangkut jenazah para korban.

Belasan truk militer untuk mengangkut jenazah korban tewas Covid-19 di Italia.

The Guardian melaporkan bahwa lebih dari 65 peti mati diangkut keluar dari Bergamo. Warga lokal yang melihat iring-iringan peti mati itu menggambarkannya sebagai 'salah satu foto paling menyedihkan dalam sejarah negara kita'.

Laporan lainnya menyebutkan, dalam satu hari saja, 93 warga Italia meninggal akibat Covid-19 dan 4.305 orang terinfeksi pada hari Rabu, 18 Maret 2020.

Dilansir Worldometer.info, kasus Covid-19 di seluruh Italia jumlahnya mencapai 41.035 kasus, dengan korban yang meninggal sebanyak 3.405 jiwa hingga Jumat, 20 Maret 2020.

(Sah, Sumber: World of Buzz)

4 dari 5 halaman

Hadiri Pernikahan, 31 Tamu Terinfeksi Virus Corona

Dream - Pernikahan Scott Maggs dan Emma Metcalf menjadi ajang penularan virus corona baru, Covid-19. Sebanyak 31 tamu dilaporkan positif terjangkit virus corona, termasuk wanita hamil dan anggota parlemen.

Scott Maggs dan Emma Metcalf mengundang 140 tamu ke pernikahan mereka di Tumbling Waters Retreat, Sydney, Australia, pada 6 Maret 2020. Selama 14 hari sejak hari istimewa itu, muncul 31 kasus corona yang dikaitkan dengan pesta pernikahan itu.

Pasangan itu mengetahui bahwa dua tamu mereka dinyatakan positif Covid-19 ketika mereka sedang berbulan madu di Maladewa.

Di antara orang yang positif terinfeksi virus corona adalah Andre Bragg, senator liberal untuk New South Wales. Ada pula Sally Hawach, putri pemilik perusahaan iklan John Singleton.

Sally saat ini sedang mengandung anak ke tiga. Dia khawatir menularkan penyakit ini kepada anak-anaknya, usia 2 dan 1.

" Anak saya yang berumur satu tahun juga menunjukkan tanda-tanda COVID dan sangat sakit," ucap Hawach dilaporkan The Daily Star.

5 dari 5 halaman

Isolasi Mandiri

Virus Corona by Shutterstock

" Bayi perempuan saya menderita demam tinggi dan saya sangat lelah dengan sesak napas dan detak jantung yang cepat," ucap dia.

" Saya sangat sedih memikirkan kemungkinan telah menginfeksi siapa pun. Saya telah menghubungi semua orang yang telah berhubungan. Tapi tolong jika kamu telah berinteraksi dengan saya sejak 6 Maret atau kamu menunjukkan tanda-tanda sakit. Tolong mengisolasi diri," ucap dia.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengenalkan kebijakan menjaga jarak sosial.

Protokol baru menyerukan agar semua pertemuan antar orang per oranganan dibatasi. Scott juga telah menutup perbatasan untuk semua non-penduduk Australia.

Beri Komentar