Penikam Salman Rushdie, Hadi Matar, 24 Tahun, Saat Ditangkap Polisi Di Tempat Kejadian (Najjapoint.com)
Dream – Hari itu, Jumat 12 Agustus 2022, auditorium Chautauqua Institution, di New York barat, sudah ramai. Padahal jarum jam di dinding baru menunjuk pukul 10.47 waktu setempat.
Di atas panggung, dua buah kursi sudah diduduki pembicara. Hari itu, Henry Reese, salah satu pendiri City of Asilum, hendak mewawancarai novelis kontroversial, Salman Rushdie. Temanya tentang Amerika Serikat sebagai tempat yang aman bagi para penulis yang diasingkan.
Saat kedua orang itu tengah duduk, mendadak dari barisan bangku penonton seorang pria berbaju hitam dan bercelana hitam belari dan naik ke panggung. Tanpa banyak bicara dia menikam Salman Rushdie berulang kali. Di bagian leher, perut dan dada. Setidaknya 10-15 tikaman dia sarangkan.
Tak sampai 20 detik, Salman Rushdie langsung terkapar di lantai. Darah mengucur deras. Aksi pria baru terhenti ketika penonton yang hadir menahannya. Ia pun berlari meninggalkan panggung.
(Penikaman Salman Rushdie/KOLD)
Tapi kemudian dia ditangkap. Seorang polisi negara bagian New York dan seorang wakil sheriff yang hadir di acara tersebut menangkap penyerang itu di tempat kejadian.
Seorang dokter yang hadir untuk mendengar kuliah umum Rusdhie, bergegas menolong Rushdie yang terbaring di lantai. Setelah unit gawat darurat datang, Rushdie diterbangkan dengan helikopter ke UPMC Hamot, sebuah rumah sakit di Erie, di Pennsylvania.
(Salman Rushdie saat dilarikan ke rumah sakit melalui helikopter/Goad News)
Agen novelis itu, Andrew Wylie, mengatakan pada malam 12 Agustus bahwa Rushdie telah menjalani operasi, dan harus menggunakan ventilator, karena tidak dapat berbicara.
" Salman kemungkinan akan kehilangan satu mata; syaraf di tangannya putus; dan livernya ditikam dan rusak," kata Andrew Wylie.
Menurut The Guardian, Rushdie menderita empat luka di daerah perutnya, tiga luka di bagian kanan depan lehernya, satu luka di mata kanannya, satu luka di dada dan satu luka di paha kanannya.
Kemudian sehari kemudian, pada 13 Agustus, Wylie mengatakan bahwa ventilator Rushdie telah bisa dilepas, dan Rushdie sudah dapat berbicara dan bercanda.
Keesokan harinya, Wylie mengatakan bahwa Rushdie berada di " jalan menuju pemulihan" , seraya menambahkan, pemulihan " akan lama. Luka-lukanya parah. Tetapi kondisinya menuju ke arah yang benar."
Padahal, dua minggu sebelum dia ditikam, Rushdie mengatakan kepada majalah Jerman, Stern, bahwa " sekarang hidup saya sangat normal kembali."
Ia juga menyebut media sosial akan membuat hidupnya " jauh lebih berbahaya" seandainya sudah ada di tahun 1980-an.
Menurut salah satu pendiri City of Asylum, Henry Reese, novelis itu telah berjanji kepadanya sebelum mereka naik ke panggung bersama bahwa dia akan melakukan tur keliling ke Amerika Serikat untuk kampanye bagi suaka dan perlindungan seniman yang dianiaya di Amerika.
Tapi suratan takdir berkata lain. Rusdhie ditikam belasan kali di atas panggung. Dan, sampai sekarang dia masih terbaring di rumah sakit.
***
Penikaman Salman Rusdhie merupakan puncak dari novel kontroversialnya, “ The Satanic Verse” atau Ayat-Ayat Setan yang terbit 33 tahun lalu.
Novel 'Ayat-ayat Setan' dilarang pada 1988 di sejumlah negara dengan populasi Muslim yang besar, termasuk Iran. Beberapa adegan dalam buku tersebut memicu kemarahan oleh beberapa anggota komunitas Muslim, yang menganggapnya sebagai penistaan terhadap Nabi Muhammad.
Pada tahun 1989, pemimpin Iran saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa yang menyerukan umat Islam untuk membunuh penulisnya. Ia menyerukan " semua Muslim pemberani" untuk membunuh Rushdie dan penerbitnya.
(Ayatollah Ruhollah Khomeini/Liputan6)
Akibatnya buku itu dibakar di seluruh dunia. Demo anti Rushdie merebak. dan para penerjemah novel itu juga diserang.
Pada 3 Juli 1991, Ettore Capriolo, penerjemah novel The Satanic Verses ke dalam bahasa Italia, dipukuli dan diserang dengan pisau di flatnya di Milan oleh seorang pria yang mengaku orang Iran. Ia selamat dari serangan itu walau terluka.
Pada 12 Juli 1991, Hitoshi Igarashi, yang menerjemahkan The Satanic Verses ke dalam bahasa Jepang, ditikam sampai mati di kantornya di Universitas Tsukuba di Jepang. Penyerangnya tidak pernah diidentifikasi.
(Hitoshi Igarashi, penerjemah Ayat-Ayat Setan ke dalam bahasa Jepang tewas dibunuh/Japanoholic)
Rushdie telah menerima ancaman pembunuhan selama puluhan tahun dan terpaksa hidup dalam persembunyian. Butuh hampir satu dekade bagi Rushdie untuk berani muncul di depan publik.
Rushdie, 75 tahun, lahir di India dan kemudian dibesarkan di Inggris. Dia telah menulis 14 novel, banyak di antaranya telah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa dan menerima banyak penghargaan. Pada tahun 2008, Rushdie dianugerahi gelar bangsawan oleh Ratu Elizabeth II.
Kontroversi dimulai setelah Rushdie menerbitkan novel keempatnya, The Satanic Verses, pada tahun 1988.
Cerita berpusat pada dua Muslim India yang tinggal di Inggris. Ini membayangkan kembali bagian dari kehidupan Nabi Muhamad.
Dalam sebuah wawancara tahun 2012 dengan NPR, Rusdhie mengatakan bahwa bagian itu tidak penting. " Tujuan saya bukan hanya untuk menulis tentang Islam," kata Rushdie, yang lahir dari keluarga Muslim.
" Dalam pandangan saya, cerita -seperti yang ada dalam novel- mencerminkan dengan baik gagasan baru tentang agama yang lahir karena itu menunjukkan bahwa itu sebenarnya mungkin telah menggoda sebuah kompromi, tetapi kemudian menolaknya."
Novel Ayat-Ayat Setan menerima reaksi keras dan langsung dari umat Muslim yang menganggap penggambaran buku itu menghina Islam.
Dalam beberapa bulan setelah diterbitkan, novel tersebut dilarang di sejumlah negara termasuk Bangladesh, Sri Lanka dan Sudan. Negara asalnya, India, juga melarang impor buku tersebut.
Ketika Ayatullah Khomeini pada tahun 1989 menyerukan pembunuhan Rushdie dan hadiah yang ditawarkan U$ 3 juta atau Rp 44 miliar, Salman Rusdhie terpaksa bersemunyi di bawah perlindungan polisi Inggris, tempat dia tinggal.
(Demo protes Ayat-Ayat Setan/Reports Photo)
Rushdie kemudian menulis memoar tentang waktu persembunyian yang diterbitkan pada tahun 2012. Dia hidup di persembunyian dengan nama samaran Joseph Anton.
" Salah satu aspek yang paling aneh adalah tidak ada yang mengira bahwa ini akan berlangsung sangat lama," katanya kepada NPR pada tahun 2012.
" Mereka berkata, 'Berbaringlah selama beberapa hari dan biarkan para diplomat dan politisi melakukan pekerjaan mereka, dan ini akan diselesaikan.' Sebaliknya, pada akhirnya, butuh hampir 12 tahun," kenang Rusdhie.
Menurut BBC, Salman Rushdie lahir di Bombay, dua bulan sebelum kemerdekaan India dari Inggris. Ia berasal dari keluarga Muslim namun kemudian menyebut dirinya sebagai " ateis garis keras" .
Pada usia 14 tahun, ia dikirim ke Inggris dan mendapatkan gelar sarjana sejarah di Kings College, Cambridge. Ia kemudian menjadi warga negara Inggris.
Di Inggris, dia sempat menjadi aktor dan kemudian menjadi penulis iklan sambil menulis novel.
Ketika Ayat-Ayat Setan diterbitkan dan menimbulkan kecaman dari dunia Muslim karena dianggap sebagai penistaan agama, India adalah negara pertama yang melarang novel tersebut, diikuti dengan Pakistan dan berbagai negara Muslim lain.
Salah satu hal yang dianggap penghujatan adalah karakter dua perempuan penghibur dalam buku itu dinamai sesuai dengan nama istri-istri Nabi Muhammad,
Setelah menjadi warga negara Inggris, pada tahun 2016, Salman Rushdie resmi menjadi warga negara Amerika Serikat setelah sekitar 20 tahun tinggal di kota New York.
Di negeri itu lah dia ditikam belasan kali hingga kritis dan kemungkinan akan mengalami kebutaan di salah satu matanya.
***
Penikam Salman Rusdhie adalah Hadi Matar, 24 tahun. Ia merupakan warga negara Amerika keturunan Lebanon. Ia merupakan penduduk Fairview, New Jersey.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The New York Post lima hari setelah penikaman, Matar mengakui tidak berpikir Rushdie akan selamat dari serangan itu.
(Hadi Matar, 24 tahun, penikam Salman Rushdie/Daily Star)
“ Ketika saya mendengar dia selamat, saya terkejut, saya kira…,” kata Matar, dalam sebuah wawancara video di Penjara Wilayah Chautauqua.
Pemuda berusia 24 tahun itu tidak tahu apakah dia terinspirasi oleh mendiang pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini yang mengeluarkan fatwa, atau dekrit, yang menyerukan kematian Rushdie pada tahun 1989 atas buku penulis " The Satanic Verses."
“ Saya menghormati Ayatullah. Saya pikir dia orang yang hebat. Sejauh itu yang akan saya katakan tentang itu," kata Matar.
(Ayatullah Khomeini saat turun dari pesawat/Liputan6)
Ia juga mengaku dia hanya " membaca dua halaman" dari novel kontroversial Rushdie itu.
“ Saya membaca beberapa halaman. Saya tidak membaca semuanya, saya membacanya dari sampul ke sampul, ”katanya.
Matar membantah melakukan kontak dengan Pengawal Revolusi Iran dan mengaku bertindak sepenuhnya sendirian.
Dia mengatakan dia terinspirasi untuk pergi ke Chautauqua setelah melihat sebuah tweet di musim dingin yang mengumumkan kunjungan Rushdie ke sana.
(Hadi Matar saat tertangkap/Post English)
“ Saya tidak suka orangnya. Saya tidak berpikir dia orang yang sangat baik,” katanya tentang Rushdie. “ Saya tidak menyukainya. Saya sangat tidak menyukainya.
“ Dia adalah seseorang yang menyerang Islam, dia menyerang kepercayaan mereka, sistem kepercayaan,” tuturnya.
Selama wawancara sekitar 15 menit itu, Matar mengenakan baju penjara hitam putih dan masker kain putih. Dia lebih banyak melihat ke bawah pada waktu bicara dan berbincang dengan nada datar.
(Hadi Matar saat di pengadilan/Washington Times)
Dia menggambarkan bagaimana dia naik bus dari New Jersey ke Buffalo sehari sebelum serangan, dan kemudian pergi ke Chautauqua.
“ Ini tempat yang bagus,” katanya, merujuk tempat kejadian yang ada di tepi danau itu.
“ Saya cukup banyak berkeliaran. Tidak melakukan sesuatu secara khusus, hanya berjalan-jalan,” tambahnya.
Ia mengatakan dia tidur di rumput di luar saat Kamis malam sehari sebelum penikaman. " Saya hanya berada di luar sepanjang waktu."
Meski kurang familiar dengan karya tulis Rushdie, Matar mengaku menonton video sang penulis di YouTube.
“ Saya melihat banyak kuliah dia,” katanya. " Saya tidak suka orang yang tidak jujur seperti itu."
Matar, yang lahir di AS dari orang tua dari Libanon selatan, tidak menjawab pertanyaan tentang perjalanan selama sebulan di negara Timur Tengah itu untuk mengunjungi ayahnya, seperti dilansir Daily Mail.
Matar mengatakan dia bekerja di Marshalls di Edgewater pada musim gugur selama dua bulan, tetapi menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang bawah tanah atau basement ibunya untuk " menggunakan internet, bermain video game, menonton Netflix, hal-hal seperti itu."
Matar tidak banyak bicara tentang Rushdie secara khusus tetapi mengeluhkan kondisi di penjara, tempat dia ditahan tanpa jaminan. “ Banyak makanan yang mereka berikan kepada saya tidak diperbolehkan dalam agama saya untuk dimakan,” katanya, seraya menambahkan bahwa meskipun demikian, dia “ baik-baik saja.”
Kantor Kejaksaan Wilayah Chautauqua mengatakan Matar mungkin akan hadir di pengadilan pada hari Kamis. Dia juga memiliki sidang pendahuluan yang dijadwalkan pada hari Jumat.
Selama dakwaan Matar pada hari Sabtu, jaksa wilayah Chautauqua Jason Schmidt menggambarkan penikaman itu sebagai “ sebuah serangan tanpa alasan yang direncanakan sebelumnya terhadap Rushdie.”
Matar “ tidak membawa dompet. Dia membawa uang tunai, kartu Visa prabayar. Dia memiliki identifikasi palsu,” kata jaksa Schmidt.
Jaksa mengatakan kepada Hakim Marilyn Gerace bahwa Rushdie menderita tiga luka tusuk di sisi kanan lehernya; empat di perut; luka tusukan di mata kanannya, yang mungkin hilang; dua luka tusukan di dadanya; dan luka robek di paha kanannya.
Matar ditahan tanpa jaminan, sebagian karena jaksa khawatir dia akan diberi hadiah atas serangan itu.
***
Sementara itu, ibu kandung Hadi Matar, Silvana Fardos, mengatakan perangai anaknya berubah setelah dia pergi ke Libanon selatan untuk mengunjungi ayahnya pada tahun 2018.
Silvana Fardos mengungkapkan hal itu dalam wawancara ekskluisf dengan Daily Mail. Ia mengaku bahwa putranya Hadi Matar menjadi seorang yang introvert dan murung setelah kembali dari perjalanan ke Lebanon pada tahun 2018.
Padahal dia berharap setelah kembali dari Libanon, anaknya jadi lebih 'termotivasi.' Tetapi sebaliknya, putranya yang dulu ramah dan populer kembali menjadi 'introver murung' dan akan mengunci dirinya di ruang bawah tanah atau basement rumah, menolak untuk berbicara dengan keluarganya selama berbulan-bulan.
(Silvana Fardos, ibu Hadi Matar/Daily Mail)
Saat agen FBI menggerebek rumahnya di Fairview, New Jersey pada Jumat sore, beberapa jam setelah peristiwa penusukan, itu adalah pertama kalinya dia mengetahui tentang penikaman yang dilakukan anaknya pada Salman Rushdie.
Silvana mengatakan agen FBI menyita sejumlah barang dari ruang bawah tanah putranya, termasuk komputer, PlayStation, buku, pisau, dan alat untuk mengasah pisau.
“ Saya menerima telepon dari putri saya. Saya sedang bekerja dan dia memberi tahu saya bahwa FBI ada di rumah. Saya sangat terkejut," kata Silvana, 46 tahun.
Silvana, orang Libanon dan Muslim, mengatakan dia tidak tahu apakah putranya pernah membaca buku Rushdie, tetapi mendeteksi dia menjadi lebih religius sejak perjalanannya, menambahkan bahwa Matar sempat mengkritiknya karena tidak memberinya pendidikan Muslim yang ketat.
“ Saya tidak percaya dia mampu melakukan hal seperti ini. Dia sangat pendiam, semua orang menyukainya. Seperti yang saya katakan kepada FBI, saya tidak akan repot-repot berbicara dengannya lagi. Dia bertanggung jawab atas tindakannya.
“ Saya punya dua anak di bawah umur yang harus saya urus. Mereka marah, mereka terkejut. Yang bisa kita lakukan adalah mencoba untuk move on dari ini, tanpa dia.
“ Sejujurnya saya belum pernah mendengar tentang penulisnya sebelumnya. Saya tidak pernah membaca bukunya, saya tidak tahu bahwa penulis seperti itu ada. Saya tidak tahu bahwa anak saya pernah membaca bukunya,' jelasnya.
Matar lahir di AS dari orang tua Libanon yang beremigrasi dari kota perbatasan selatan Yaroun, tempat kelompok politik pro Iran berkuasa, Hezbollah.
Matar dibesarkan dan bersekolah di Cudahy, California, sebelum ibunya menceraikan ayahnya Hassan Matar pada tahun 2004. Mantan suaminya itu kemudian kembali ke Libanon selatan sementara Silvana pindah ke New Jersey untuk memulai hidup yang baru.
Dalam perjalanan ke Libanon pada 2018 untuk mengunjungi ayahnya, Matar berubah dari seorang putra yang populer dan penyayang menjadi seorang introvert yang murung, menurut Silvana.
“ Saya mengharapkan dia untuk kembali termotivasi, untuk menyelesaikan sekolah, untuk mendapatkan gelar dan pekerjaan. Tapi dia malah mengunci diri di ruang bawah tanah. Dia telah banyak berubah, dia tidak mengatakan apa-apa kepada saya atau saudara perempuannya selama berbulan-bulan.
(Rumah Hadi Matar di New Jersey/Daily Mail)
“ Dia tidur di siang hari dan bangun dan makan di malam hari. Dia tinggal di ruang bawah tanah. Dia memasak makanannya sendiri.”
Dia melarang Silviana memasuki kamarnya di bawah tanah rumahnya yang memiliki empat tempat tidur seharga U$ 700.000 di mana dia tinggal bersama saudara kembar perempuannya yang berusia 14 tahun.
“ Suatu kali dia berdebat dengan saya menanyakan mengapa saya mendorongnya untuk mendapatkan pendidikan daripada fokus pada agama. Dia marah karena saya tidak mengenalkannya pada Islam sejak usia muda,' tambah Silvana.
" Saya orang Libanon tapi saya sudah di sini selama 26 tahun. Saya menjalani kehidupan yang sederhana sebagai seorang ibu tunggal, berusaha menjaga atap tegak di atas kepala kami dan makanan tersedia di atas meja untuk anak-anak saya.
“ Saya tidak peduli dengan politik, saya tidak religius. Saya terlahir sebagai seorang Muslim dan itu pada dasarnya. Saya tidak mendorong anak-anak saya ke dalam agama atau memaksakan apa pun pada anak saya. Saya tidak tahu siapa pun di Iran, semua keluarga saya ada di sini,” ujarnya.
Menurut ibunya, Matar tidak pernah memiliki pekerjaan, tidak pernah punya pacar tetapi bergabung dengan sasana tinju lokal tiga bulan lalu -sebelum kembali tiba-tiba membatalkan keanggotaannya minggu lalu.
Terlepas dari semangatnya yang tumbuh untuk Islam, dia tidak pernah berpakaian secara berbeda, membuat Silvana berpikir itu hanya fase yang lewat pada seorang remaja.
Sambil menahan air mata, dia menambahkan, “ Saya belum menonton video tentang apa yang terjadi, saya tidak mau. Yang saya tahu adalah apa yang tertulis.
“ FBI memberi saya sebuah dokumen untuk ditandatangani yang mengatakan bahwa mereka telah mengambil komputernya, PlayStation-nya, beberapa buku, beberapa barang lain termasuk pisau dan rautan.” ujarnya.
Pengakuan Hedi Matar dan ibunya Silvana Fardos memang tidak banyak menjelaskan kaitan penikam dengan pemerintah Iran. Namun yang jelas penikaman Salman Rusdhie menambah deretan tragedi berdarah akibat penghinaan terhadap Nabi Muhamad dan Islam. Dan agaknya ini belum akan berhenti selama ujaran kebencian pada Nabi Muhamad dan Islam belum berakhir. (eha)
Sumber: Guardian, NPR, BBC, The New York Post, Daily Mail
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati