(Sumber Foto: Merdeka.com)
Dream - Pengguna sosial sempat dibuat was-was adanya kabar potensi gempa di Jawa Barat berkekuatan hingga magnitudo 8 Skala Richter. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan klarifikasi terkait dengan kabar tersebut.
Dari laman resmi PVMBG, pernyatan sebenarnya dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi adalah Sesar Cimandiri berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan intensitas VIII MMI.
Tentu ada perbedaan pengertian antara magnitudo dan intensitas gempa bumi. Menurut penjelasan PVMBG, magnitudo merupakan besarnya energi yang dilepaskan oleh sumber gempa bumi dan diukur secara instrumental dari data seismik. Besarnya magnitudo dinyatakan dalam satuan Mw (Moment Magnitude) atau satuan lain seperti Mb, Ms.
" Sedangkan intensitas adalah dampak guncangan gempa bumi atau tingkat kekuatan goncangan di suatu titik. Besarnya intensitas dipengaruhi oleh magnituda, jarak terhadap sumber gempa bumi, dan kondisi geologi setempat. Satuan intensitas adalah MMI (Modified Mercalli Intensity)," ujar PVMBG.
Pada 2014 silam, PVMBG telah menerbitkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) untuk potensi gempa bumi di Jawa Barat. Pembuatan peta tersebut didasarkan pada analisis bahaya gempa bumi yang memperhitungkan parameter sumber gempa bumi, penjalaran gelombang seismik serta kerentanan tanah.
Analisis bahaya gempa bumi dilakukan menggunakan metode probabilistik yang memperhitungkan ketidaktentuan dari besaran, lokasi dan waktu kejadian gempa bumi
PVMBG menyebut, wilayah yang pernah mengalami gempa, tidak menutup kemungkinan akan terjadi gempa kembali di masa yang akan datang. Hingga kini, belum ada alat yang bisa mengukur atau memprediksi secara akurat kapan, di mana gempa akan terjadi.
Untuk itu, PVMBG meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan berita yang belum tentu pasti kebenarannya terkait isu bencana alam.
Sumber: merdeka.com
Dream - Benua Australia rupanya terus bergerak. Saban tahun, benua di selatan Indonesia ini bergeser 7 sentimeter ke arah utara. Pergeseran ini terjadi karena pergerakan lempeng Bumi.
Sebagaimana dikutip Dream dari laman ABC News, Australia memang berada di atas lempeng tektonik yang memiliki pergerakan paling cepat dan bertumbukan dengan Lempeng Pasifik yang setiap tahun bergerak 11 sentimeter.
Akibat pertemuan dua lempeng ini, terjadilah gempa bumi. Misalnya, gempa berkekuatan 8,1 yang melanda utara Pulau Macquarie pada tanggal 23 Desember tahun 2004.
Menurut data, sejak tahun 1994 Benua Australia telah bergeser ke sebelah utara sejauh 1,5 meter. Oleh karena itu, para ilmuwan Negeri Kanguru itu kembali menghitung posisi Garis Bujur dan Garis Lintang negara mereka.
Dream - Penghitungan titik koordinat itu akan meningkatkan akurasi semua informasi spasial di seluruh Australia untuk berbagai layanan termasuk transportasi, navigasi pribadi, dan survei.
Menurut pejabat Geoscience Australia, Dan Jaksa, pembaruan data ini sangat penting sebab ada perbedaan antara posisi saat ini dengan koordinat yang dipakai oleh Global Navigation Satellite Systems, seperti GPS.
" Garis benua memang tetap, tapi seiring berjalannya waktu, posisi itu dibandingkan dengan posisi GPS dapat membuat perbedaan, sehingga kita sangat perlu mengubahnya," tutur Jaksa.
Data baru penyesuaian ini akan dikeluarkan awal tahun depan. Tapi akan didasarkan pada proyeksi untuk tahun 2020.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN