© MEN
Dream - Laporan resmi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengenai jatuhnya Lion Air JT610 pada 29 Oktober 2018 bakal disampaikan November mendatang.
Meski demikian, harian Wall Street Journal (WSJ) mengklaim sudah mengetahui sejumlah poin penting penyebab jatuhnya pesawat berjenis Boeing 737 Max tersebut.
Laporan itu menyebut adanya kesalahan konstruksi pesawat dan beberapa kesalahan pilot yang menyebabkan pesawat itu jatuh ke laut Jawa di utara Karawang, Jawa Barat, dan menewaskan 189 orang.
Penyelidikan ini, menurut laporan itu, terpusat pada sistem fitur kontrol penerbangan otomatis yang disebut MCAS. Tidak sempurnanya fitur otomatis ini membuat Lion Air JT610 jatuh. Kondisi serupa juga dialami pesawat serupa milik Ethiopian Airlines yang jatuh pada Maret 2019.
Detail laporan Indonesia, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, dapat berubah dan dianalisis lebih lanjut. Penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menolak berkomentar pada kesimpulan awal ini.
Sementara itu, seorang juru bicara Boeing mengatakan, perusahaannya terus bekerja dengan KNKT.
Peneliti kecelakaan udara Amerika Serikat (AS) juga bersiap untuk mempublikasikan beberapa rekomendasi keselamatan yang berkaca pada insiden Boeing 737 Max. Asosiasi tersebut menyebut perlunya memperkuat keterampilan terbang pilot secara manual.
Upaya serupa juga diajukan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS. Mereka menyerukan perlunya kemampuan pilot untuk mengambil keputusan di saat pesawat dalam kondisi manual. Tujuannya untuk memastikan kemampuan pilot ketika sistem otomatis tidak berfungsi atau mati.
Pejabat Federal Aviation Administration (FAA) mengatakan dalam beberapa minggu terakhir, Boeing akan memberikan semua detail keamanan dari sistem kontrol penerbangan MAX yang dirancang ulang.
Dream – Tim SAR gabungan dari Basarnas dan TNI Angkatan Laut menemukan beberapa bagian Lion Air JT 610. Basarnas menduga pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, itu tak utuh lagi karena tekanan dan hantaman keras air laut.
“ Menurut saya, dari ketinggian segitu menuju ke air, tekanannya lebih keras. Mungkin juga karena benturan. Itu juga pecah dan mengakibatkan serpihan berdampak pada tubuh korban,” kata Direktur Operasi Basarnas, Brigjen TNI, Bambang Suryo Aji, dikutip dari Liputan6.com, Selasa 30 Oktober 2018.
Bambang belum bisa memastikan pesawat malang ini meledak sebelum jatuh ke laut atau tidak. Namun, serpihan ekor pesawat yang ditemukan tak menunjukkan tak ada bekas bakar.
“ Bagian ekor serpihannya yang ditemukan. Ada logo Lion-nya. Tak ada seperti terbakar. Hanya potongan,” kata dia.
Sejauh ini, Basarnas belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 terjadi karena kesalahan teknis atau cuaca buruk. Sebab, pihak yang berwenang menyelidiki kecelakaan pesawat berada pada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
“ Nanti dari pihak penerbangan maupun KNKT sendiri yang akan memberikan keterangan. Tugas kami di sini adalah berupaya mencari bangkai pesawat dan mengevakuasi korban secepatnya,” kata dia.
Bambang memprediksi tak ada penumpang dan kru yang jumlahnya mencapai 189 orang yang selamat.
“ Prediksi saya, sudah tidak ada yang selamat. Korban yang ditemukan saja beberapa potongan tubuhnya sudah tidak utuh. Dalam beberapa jam, kemungkinan sekali jumlah 189 korban sudah dalam keadaan meninggal dunia semua,” kata dia.
Tim SAR dan TNI AL menyisir perairan Tanjung Karawang. Mereka menemukan benda-benda yang diduga milik penumpang pesawat yang jatuh tersebut. Selain itu, tim SAR gabungan menemukan jenazah yang sudah tidak utuh.
Saat berada di titik 05° 51.926' LS 107° 06.797' BT, seorang anggota melihat benda besar yang mengapung ke atas permukaan. Anggota pun menariknya ke kapal. Benar saja, saat berhasil diangkat ke kapal itu merupakan jenazah korban Lion Air.
Sumber: Liputan6.com/Ady Anugrahadi
Dream - Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air PK-LQP dengan kode penerbangan JT-610 berhasil ditemukan tim Komando Armada (Koarmada) Angkatan Laut.
" Ditemukan pukul 09.10," ujar Kadispen Koarmada I Letkol Pelaut Agung Nugroho, kepada Dream, Senin, 14 Januari 2019.
Agung mengatakan, CVR itu ditemukan oleh dua penyelam dari Kopaska dan Dislambair. CVR ditemukan masih disekitar lokasi jatuhnya pesawat Lion Air.
" Ya masih di sekitar perairan Tanjung Karawang," ucap dia.
Saat ini Agung masih berkoordinasi dengan Komisi Nasional Keamanan Transportasi (KNKT) mengenai penyerahan CVR tersebut.
" Saat ini posisi masih di tengah laut di atas kapal KRSI Spika atau KRI Leuser," ujar dia.
Dream - Lion Air terus mencari Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat JT610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, 29 Oktober silam. Mereka bahkan mengeluarkan anggaran Rp38 miliar untuk melanjutkan pencarian kotak hitam tersebut.
" Proses pencarian juga dilakukan terhadap kotak hitam yaitu alat perekam suara di ruang kemudi pilot (CVR)," ujar Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, dalam keterangan tertulisnya, Senin 17 Desember 2018.
Lion tak sendiri. Selain dengan KNKT, Lion Air menggandeng perusahaan swasta asal Belanda dengan menggunakan kapal laut MPV Everest. Kapal ini rencananya akan tiba di Tanjung Karawang, Rabu 19 Desember 2018.
Saat ini, tambah Danang, kapal MPV Everest sedang berada di Johor Bahru, Malaysia. Kapal tersebut mengalami kesulitan bergerak ke Tanjung Karawang karena terganggu cuaca. Rencananya, proses pencarian menggunakan kapal MPV Everest akan dilakukan selama 10 hari.
Hingga kini, KNKT baru menemukan flight data recorder (FDR) yang merupakan bagian dari black box. Sementara data tim DVI Polri baru bisa mengidentifikasi 125 jasad dari total 189 orang. Apabila dalam pencarian ini menemukan jasad korban, maka akan diserahkan ke Basarnas.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas