Iba Lihat Mahasiswa Cuma Makan Mi Instan, Aksi Jon Bon Jovi Bikin Haru

Reporter : Ahmad Baiquni
Sabtu, 28 Desember 2019 12:01
Iba Lihat Mahasiswa Cuma Makan Mi Instan, Aksi Jon Bon Jovi Bikin Haru
Tidak ada tamu yang diusir karena tak mampu bayar.

Dream - Di Red Bank, New Jersey, Amerika Serikat, ada satu restoran begitu tenar. Namanya JBJ Soul Kitchen yang berlokasi tidak jauh dari stasiun kereta.

Tampilannya cukup mewah dengan desain interior dan perabotan yang mewah. Restoran yang buka lima hari dalam sepekan ini menyajikan menu istimewa.

Ada keunikan tersendiri yang dimiliki restoran ini, yang membedakannya dengan lainnya. Daftar menu restoran ini tidak mencantumkan harga.

Tapi, bukan berarti gratis. Bagi pengunjung yang tergolong mampu, diminta membayar US$20, setara Rp280 ribu. Harga tersebut dibanderol untuk semua jenis makanan.

Bagi pengunjung yang tidak bisa membayar, tidak perlu khawatir diusir. Mereka tetap bisa menikmati sajian lezat dari JBJ Soul Kitchen dan membayarnya dalam bentuk lain seperti cuci piring atau mengelap meja, misalnya.

 

1 dari 6 halaman

Restoran Berkonsep Donasi

Ternyata, JBJ Soul Kitchen adalah milik pesohor dunia, Jon Bon Jovi. Musisi peraih banyak penghargaan tersebut membuka usaha restoran bukan semata untuk meraup keuntungan, melainkan berderma demi membantu para tunawisma.

Konsep yang dijalankan di JBJ Soul Kitchen sebenarnya adalah ide Dorothea Hurley, istri dari Bon Jovi. Ide tersebut muncul saat Hurley tengah bersantai.

Bon Jovi

Bon Jovi dibantu relawan menyiapkan makanan (jbjsoulkitchen.org)

Pada 2011, restoran itu dibuka dengan seluruh karyawannya adalah relawan dan makanan yang disajikan adalah hasil donasi. Pada malam tertentu, hampir setengah dari kursi diisi oleh donatur dan sisanya diduduki mereka yang tidak pernah membayangkan dari mana besok akan mendapatkan makanan.

Hingga saat ini, JBJ Soul Kitchen sudah memiliki dua cabang. Awal tahun nanti, tepatnya pada 22 Januari 2020, Bon Jovi akan membuka cabang Soul Kitchen ketiganya di kampus Rutgers University.

2 dari 6 halaman

Tak Ingin Mahasiswa Makan Mie Instan

Bon Jovi punya pertimbangan tersendiri membuka cabang restorannya justru di kampus. Dia merasa prihatin dengan banyaknya mahasiswa yang terpaksa mengonsumsi mie instan karena tidak sanggup membeli makanan.

Dia mengatakan setiap orang yang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah atau perguruan tinggi selalu memikirkan biaya pendidikan, buku-buku dan kebutuhan sehari-hari. Sementara, mereka kerap lupa memikirkan biaya makan anak-anaknya.

Bon Jovi

Gerai Soul Kitchen (jbjsoulkitchen.org)

" Itulah mengapa banyak mahasiswa makan mie instan. Kita mungkin berpikir itu hal normal, bekerja keras sehingga cukup makan dengan mie instan. Tetapi bagaimana jika hanya mie instan yang sanggup mereka beli?" kata Bon Jovi.

Makanan yang tersedia di restoran ini diadakan dengan skema subsidi silang. Mereka yang mampu diminta bayar, sedangkan uangnya digunakan untuk menyediakan makanan bagi mereka yang tidak punya makanan.

Sumber: NYPost

3 dari 6 halaman

Wow! Jual Ayam Goreng Rp3.000/Potong, Untung Rp50 Juta/Bulan

Dream - Saat sedang di Kuala Lumpur, Malaysia, mencari makanan yang harganya ramah di kantong cukup sulit. Maklum, KL adalah kota metropolis sehingga semuanya mahal.

Tetapi, bukan berarti makanan murah tidak ada. Cobalah berkunjung ke Kampung Datuk Keramat, tidak begitu jauh dari Twin Tower yang menjadi ikon Negeri Jiran itu.

Ada satu warung tenda menjual ayam goreng tepung yang selalu ramai.

Selain karena rasanya, warung tenda yang dikelola Mat Tohid Abdul Kadir, 38 tahun dan istrinya, Nur Razlin Ramli, 33 tahun ini membanderol dagangannya dengan harga cukup 1 ringgit sepotong, setara Rp3.300.

Harga tersebut sangat tidak masuk akal. Mengingat harga makanan di KL biasanya dibanderol minimal sekitar 15 ringgit, setara Rp50 ribu.

Ayam goreng 1 ringgit

Meski begitu, pendapatan Tohid tidak bisa dibilang kecil. Dalam sebulan, dia mampu menghasilkan 15 ribu ringgit, setara Rp50 juta dari ayam goreng 1 ringgit yang dijualnya.

 

4 dari 6 halaman

Sempat Jatuh

Dalam menjalankan usahanya, Tohid juga mengalami banyak sekali kesulitan. Dia dan istrinya mampu menghadapi dengan kuat hingga usahanya menuai sukses.

Ada kisah pilu di balik kesuksesan Tohid berdagang ayam goreng tepung. Sebelumnya, dia pernah berdagang ayam golek atau ayam bakar namun bangkrut lantaran kurang laku.

" Memang orang suka ayam golek, tapi tidak akan makan banyak, dan sekarang orang sulit mengeluarkan uang sampai 10 ringgit (setara Rp33 ribu)," kata Tohid.

Selain itu, kondisi perekonomian masa lalu juga berpengaruh pada usahanya kala itu. Dulu, kata dia, kondisi ekonomi cukup stabil.

Ayam goreng 1 ringgit

" Dulu tidak seperti sekarang, ekonomi kita tidak stabil. Dulu orang-orang mengandalkan gaji tetap namun sekarang lebih banyak orang jualan daripada pembeli," ucap dia.

 

5 dari 6 halaman

Harga Yang Terjangkau

Belajar dari kondisi yang terjadi, Tohid mulai memikirkan usaha yang lebih relevan. Juga yang sesuai dengan kondisi perekonomian tak stabil.

" Kalau ngomong soal 1 ringgit, orang mungkin tidak berpikir bisa menggunakannya untuk membeli makanan. Taruhlah 4 atau 5 ringgit, mereka masih merasa ayam itu murah dan bisa membelinya," kata dia.

Sejak memulai usaha ayam goreng pada 2017, Tohid mengaku banyak menghadapi tantangan. Apalagi soal saingan dagang.

" Di sini ada tiga warung yang sama seperti kami, tetapi Alhamdulillah pelanggan tetap setia kepada kami," kata dia.

Dalam satu hari, Tohid bisa menjual 70 hingga 80 ekor ayam. Kadang juga bisa mencapai 100 ekor.

" Kami pernah mendapatkan pemasukan 15 ribu ringgit waktu itu," kata dia.

 

6 dari 6 halaman

Untuk Bersih Sampai Rp2,3 Juta Sehari

Tetapi, penghasilan yang mampu didapat Tohid tidaklah pasti. Tergantung ada musimnya.

Ayam goreng 1 ringgit

" Orang dengar 15 ribu ringgit itu besar, tapi setelah melihat modal dengan harga ayam tidak menentu setiap hari, kami hanya dapat untung bersih antara 500 sampai 700 ringgit sehari (setara Rp1,6-2,3 juta), itu juga sebenarnya tidak pasti," kata dia.

Dalam satu pekan, Tohid membuka warungnya pada Senin hingga Jumat mulai jam 11 sampai sore. Selain ayam goreng 1 ringgit, ada juga ayam berbumbu, seperti ayam keju dan Spicy Korean Chicken.

Lebih lanjut, Tohid berpesan kepada generasi muda untuk tidak malu berdagang di tengah sulitnya mencari pekerjaan.

" Jangan merasa gengsi berdagang di pinggir jalan, kalau itu yang kamu bisa, lakukan," kata dia.

Sumber: Free Malaysia Today

Beri Komentar