Dream - Seorang pria Texas mengaku telah menemukan fosil yang diduga sisa-sisa dari banjir besar Nabi Nuh.
Pria bernama Wayne Propst itu bahkan mengklaim mendapat dukungan dari direktur museum yang mengatakan evolusi adalah teori kuno.
Menurut laporan stasiun berita lokal KYTX, Wayne sedang membantu bibinya menaruh kotoran di dekat rumahnya di kota Tyler ketika ia menemukan fosil siput.
Dia dan bibinya percaya fosil tersebut terbentuk selama terjadi banjir besar di seluruh dunia pada zaman Nabi Nuh.
" Dari banjir Nabi Nuh ke halaman depan rumah saya, bagaimana bisa itu terjadi?" kata Wayne.
Wayne kemudian mengirim foto fosil tersebut ke Joe Taylor, direktur dan kurator Mt. Blanco Fossil Museum di Crosbyton, Texas, untuk dilakukan penelitian.
Taylor ini adalah seorang kurator museum unik. Dia yakin evolusi itu tidak nyata dan bahwa banjir di seluruh dunia tersebut terjadi hanya beberapa ribu tahun yang lalu.
Dia juga yakin Nabi Nuh - orang yang digambarkan membangun sebuah bahtera yang cukup besar untuk menampung setiap pasang binatang - juga membawa dinosaurus ke dalam bahteranya.
Taylor mengatakan kepada KYTX bahwa fosil Wayne ini memang dari zaman ketika banjir itu terjadi.
Namun, James Sagebiel, manajer di Texas Vertebrate Paleontology Collection, mengatakan kepada Tyler Morning Telegraph bahwa fosil Wayne ini sebenarnya berusia jutaan tahun.
" Batuan itu sudah ada sekitar 35-40 juta tahun, dan siput menara kecil ini biasanya ditemukan dalam batuan laut dari periode tersebut. Ini luar biasa," kata Sagebiel.
Jutaan tahun yang lalu, tempat di mana Tyler, Texas, sekarang berdiri adalah sebuah pantai, tambah Sagebiel.
Beberapa peneliti percaya bahwa kisah Bahtera Nabi Nuh adalah peristiwa banjir skala besar yang hanya terjadi di Timur Tengah. Selama ini tidak ada bukti ilmiah banjir besar Nabi Nuh yang menutupi seluruh Bumi itu terjadi dalam sejarah manusia.
Apalagi ada tambahan bahwa setiap pasang binatang - terutama dinosaurus, seperti yang dipercaya Taylor - berada dalam satu perahu dan dirawat oleh hanya keluarga Nabi Nuh, akan menjadi sesuatu yang benar-benar mustahil.
Dream - Bahtera Nabi Nuh masih menyisakan banyak misteri bagi semua umat manusia sepanjang zaman, terutama bagi para arkeolog.
Dikisahkan, Nabi Nuh diperintahkan Allah SWT untuk membuat sebuah kapal besar untuk menyelamatkan kerabat dan orang-orang yang beriman, serta pasangan binatang dari berbagai jenis, sebelum datang banjir besar.
Kini banyak ilmuwan yang meyakini bahwa di Gunung Ararat, Turki terdapat sisa-sisa Bahtera Nabi Nuh.
Bahkan, tim arkeolog yang tergabung dalam Noah's Ark Ministries International (NAMI) yang berbasis di Hong Kong mengumumkan pada lima tahun lalu, mereka telah menemukan sebuah struktur kayu kuno di Gunung Ararat, yang kemungkinan bagian dari Bahtera Nabi Nuh.
NAMI mengungkapkan pada April 2010, mereka menemukan apa yang diyakini bagian dari Bahtera Nuh di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, terkubur di bawah batu vulkanik dan es di Gunung Ararat.
Menurut laporan Charisma News, pada 15 Oktober tahun ini, Ahmet Ertugrul, ahli dan penemu Turki yang memimpin NAMI, akan tampil dalam acara khusus yang diselenggarakan Southern Evangelical Seminary (SES) untuk mempresentasikan penemuannya.
Ertugrul diharapkan bisa menjawab segala pertanyaan tentang penemuan awal dari Bahtera Nabi Nuh tersebut.
Dia kemungkinan akan mengumumkan informasi terbaru terkait Bahtera Nuh bersama dengan sebuah panel yang terdiri dari saksi mata dan ahli.
Dalam panel itu ada Philip Williams, seorang insinyur dan mantan pengusaha telekomunikasi Amerika. Dia akan mempresentasikan temuannya sendiri terkait dengan sisa-sisa Bahtera Nabi Nuh, terutama foto-foto, kesaksian dan video dari perjalanan yang dibuat di Gunung Ararat tahun lalu.
Williams adalah salah satu orang Amerika pertama yang pertama kali menyelidiki struktur Bahtera Nabi Nuh dan telah mempelajarinya selama dua dekade terakhir. Dia juga menjawab tuduhan bohong terkait temuan terbaru Bahtera Nabi Nuh. (Ism)
Dream - Para ilmuwan terus berusaha menjawab misteri keberadaan bahtera Nabi Nuh. Selama beberapa dekade dugaan mengarah di ketinggian Gunung Ararat, Turki timur. Pada ketinggian gunung itu memang terlihat bentuk seperti kapal raksasa, mereka menyebutnya 'anomali menarik'.
Untuk bisa menguak misteri itu, ilmuwan kini mendapatkan bantuan pencitraan dan analisis satelit. Adalah Porcher Taylor, profesor studi paralegal School of Professional and Continuing Studies, University of Richmond, Amerika Serikat, yang memulai melakukan studi dengan cara itu (menggunakan satelit).
" Asal-usul kognitif perjalanan saya dimulai pada 1973, saat pertama kali masuk sebagai calon perwira pada Akademi Militer AS di West Point, Amerika Serikat," kata Taylor dilansirSpace.com.
Kala itu, Taylor datang di saat ramai 'rumor kredibel' dari satelit mata-mata CIA, yang secara tak sengaja mencitrakan penampakan seperti haluan kapal mencuat keluar dari puncak es Gunung Ararat.
Beberapa dekade kemudian, Taylor inisiatif memindaklanjuti temuan satelit CIA.
Dia akhirnya mampu meyakinkan Badan Intelijen Pertahanan AS mengumumkan lima foto Angkatan Udara AS 1949 tentang Gunung Ararat.
Menurut dia pencitraan anomali Kapal Nuh terbantu citra satelit DigitalGlobe. " Banyak informasi yang didapatkan dari situ. Rasa ingin tahu semakin tinggi karena citra satelit resolusi tinggi anomali dari DigitalGlobe mungkin secara definitif mengubah anomali itu menjadi sebuah entitas dikenal, secara geologi atau mungkin sesuatu dari porsi Kitab Suci," kata Taylor.
DigitalGlobe telah memiliki satelit baru WorldView-3 yang memiliki pencitraan
dengan resolusi lebih tajam dan baik. Renananya akan diluncurkan pada musim panas 2014 dari fasilitas California Vandenberg Air Force Base.
Taylor mengklaim satelit ini memiliki resolusi pankromatik 31 cm, menjadikannya sebagai satelit komersial dengan resolusi terbaik dunia. " pencitraan akan menjadi detail. Itu sangat diperlukan," imbuh dia.
Selain satelit, misi itu juga dibantu dengan teknik analisis keunikan tekstur pankromatik anomali. Dalam teknik ini, dia akan dibantu oleh peneliti penginderaan jauh, Francois Luus dariDepartment of Electrical, Electronic and Computer Engineering, University of Pretoria, Afrika Selatan dan pengawas riset Luus, Sunil Maharaj.
Sebagai peneliti penginderaan jauh, kata Luus, setiap piksel dipertimbangkan dan pencitraan yang baik sangat berharga. (Ism)
Dream - Para staf di Penn Museum, Philadelphia menemukan sebuah kotak kayu berisi kerangka manusia berusia 6.500 tahun. Kotak kayu itu telah tersimpan di ruang gudang Penn Museum selama 85 tahun, tanpa ada yang mengetahuinya hingga saat ditemukan.
Terselip di gudang penyimpanan, kotak kayu berisi kerangka itu tidak memiliki nomor identifikasi atau kartu katalog. Tapi upaya terakhir untuk mendigitalkan sejarah kotak misterius itu telah memunculkan informasi baru.
Kerangka manusia dalam kotak itu digali dari kota kuno Ur (sekitar Irak), antara 1929 dan 1930, oleh Sir Leonard Woolley beserta timnya di Penn Museum.
Penggalian Woolley terkenal karena berusaha mengungkap makam bangsawan Mesopotamia, yang terdiri dari ratusan makam dan 16 tombsladen yang dijadikan artefak budaya. Selain itu, tim arkeolog itu juga menemukan pemakaman kuno yang berusia sekitar 2.000 tahun.
Dalam sebuah dataran banjir, hampir 50 kaki (15 meter) di bawah permukaan situs Ur, tim menemukan 48 makam yang berasal dari periode Ubaid, sekitar 5.500 sampai 4.000 sebelum Masehi.
Saat itu, Woolley memutuskan untuk mengangkat satu kerangka dari situs tersebut. Dia melapisi kerangka itu dengan lilin kemudian mengirimnya dalam sebuah kotak kayu ke London, lalu ke Philadelphia.
Menurut catatan Penn Museum, mereka menerima sekumpulan lumpur dan dua kerangka dari penggalian Woolley. Namun saat William Hafford, manajer Penn Museum, melakukan digitalisasi kiriman tersebut, hanya menemukan satu kerangka saja.
Penelitian lebih lanjut pada database museum mengungkapkan kerangka tak dikenal itu dicatat sebagai 'not accounted for' pada 1990. Untuk mengungkap siapa kerangka ini, Hafford mempelajari catatan ekstensif yang ditinggalkan Woolley.
Setelah mencari informasi tambahan, termasuk gambar dari kerangka yang hilang, Hafford menemui Janet Monge, kurator antropologi fisik Penn Museum. Tapi Monge, seperti Hafford, juga belum pernah melihat kerangka ini sebelumnya.
Saat itulah Monge teringat kotak misterius di ruang bawah tanah. Saat Monge membuka kotak itu dan mengatakan bahwa terdapat kerangka yang sama persis seperti yang dijelaskan Woolley.
Kerangka misterius itu kemungkinan seorang laki-laki berusia 50 tahun atau lebih. Dia memiliki tinggi antara 5 kaki 8 inci (173 cm) sampai 5 kaki 10 inci (178 cm).
Peneliti Penn Museum menamakan penemuan kerangka itu 'Noah', karena diyakini hidup setelah banjir besar yang terjadi di Ur, seperti kisah Nabi Nuh.
Teknik ilmiah modern belum tersedia saat Woolley melakukan penelitiannya. Dengan teknik ilmiah modern ilmuwan bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang sisa-sisa kuno, termasuk pola makan, asal leluhur, trauma, stres dan penyakit.
(Ism, Sumber: Live Science)
Dream - Dikisahkan banjir bandang maha dahsyat menerjang bumi, sekitar 4.800 tahun lalu. Sebelum bencana terjadi, Nabi Nuh -nabi tiga agama : Islam, Kristen, dan Yahudi- diberi wahyu membuat kapal besar untuk menyelamatkan umat manusia dan mahluk bumi lainnya.
Cerita bahtera Nabi Nuh sudah dikisahkan dalam ratusan buku, puluhan film, dan berbagai versi. Ahli sejarah dari sejumlah negara penasaran atas kebenaran kisah ini.
Baru-baru ini sekelompok mahasiswa fisika University of Leicester, Inggris melakukan hitung-hitungan menarik atas cerita itu seperti dilansir Latin Post, Jumat 4 April 2014 lalu. Para mahasiswa itu terdiri dari Oliver Youle, Katie Raymer, Benjamin Jordan, dan Thomas Morris. Mereka mencari logika seberapa banyak hewan yang mungkin ditampung bahtera Nabi Nuh.
Mereka merujuk buku " The Genesis Flood" karya John C Whitcomb dan Henry M Morris. Dalam buku itu disebutkan bahtera Nabi mampu mengangkut 35 ribu spesies hewan. Kelompok mahasiswa itu mulai melakukan penghitungan dari sisi ilmu fisika.
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa rata-rata berat hewan di perahu 23,47 kilogram. Ya…setara berat domba, lah. Sebuah naskah kuno juga menyebut bahtera Nabi Nuh dibuat dari kayu gofir. Panjang 137 meter, lebar 22,86 meter, dan tinggi 13,7 meter.
Lalu, kelompok mahasiswa ini mulai menghitung berat kosong perahu dengan cara mencari angka kepadatan kayu gofir. Masalahnya, kayu gofir saat ini sudah tidak ada lagi. Sehingga mereka mencari pengganti kayu yang hampir mirip. “ Kami mengantinya dengan kayu cemara," kata Thomas Morris.
Morris mengaku terkejut dengan hasil perhitungan akhir yang mereka dapatkan. Kesimpulannya : Bahtera Nabi Nuh mampu menampung 2,15 juta domba atau puluhan ribu spesies hewan dan tidak tenggelam.
" Kami tidak berpikir Alkitab sebagai sumber ilmiah yang akurat. Tetapi kami berhasil menemukan konsep perahu Nabi Nuh," kata Morris lagi. Sehingga menurut kelompok mahasiswa fisika itu, sangat masuk akal perahu Nabi Nuh masih terapung, meski diisi umat dan ribuan hewan.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik