Terdengar Suara Misterius di Bulan

Reporter : Eko Huda S
Selasa, 23 Februari 2016 08:16
Terdengar Suara Misterius di Bulan
Suara itu sangat aneh, belum pernah terdengar sebelumnya.

Dream - Astronot yang tergabung dalam misi Apollo 10 mengaku mendengar suara aneh saat mengorbit di bulan. Suara itu terdengar saat kapsul Apollo 10 melintas di bagian belakang bulan.

Dalam rekaman yang dimiliki oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, tiga kru Apollo 10 –Tom Stafford, John Young, dan Eugene Cernan– berbincang tentang suara aneh tersebut.

Suara aneh itu terdengar saat komunikasi dengan Bumi terputus, dalam salah satu –dari 31– putaran kapsul Apollo terhadap bulan.

“ Kamu mendengar itu? Suara siulan itu? kata salah satu astronot bertanya kepada kawannya. Setelah itu menirukan suara tersebut, “ Whoooooo!”

“ Musik itu bahkan terdengar dari luar angkasa bukan?” kata salah satu astronot. “ Itu pasti musik aneh,” kata yang lainnya.

Para astronot itu terus membahas suara aneh itu beberapa jam sebelum kapsul Apollo 10 berada di sisi bulan yang menghadap ke Bumi.

Dalam percakapan itu, para astronot juga berdiskusi apakah akan menyampaikan suara yang mereka dengar kepada NASA atau tidak saat sampai ke Bumi lagi.

“ Akankah kita memberitakan [NASA] tentang ini?” tanya salah satu dari mereka. “ Aku tidak tahu,” jawab yang lainnya. “ Kita harus memikirkannya.”

Misi Apollo 10 diluncurkan pada Mei 1969, merupakan misi ke dua pesawat berawak manusia yang mengorbit ke bulan.

Data rekaman para astronot itu merupakan rahasia milik NASA. Namun sudah dibuka pada tahun 2008 silam. (Ism, New York Post)

1 dari 3 halaman

Fenomena Langka 'Bulan Darah' Terlihat di Langit Indonesia

Fenomena Langka 'Bulan Darah' Terlihat di Langit Indonesia © Dream

Dream - Gerhana bulan total terjadi pada 8 Oktober 2014. Gerhana itu merupakan peristiwa langka. Sebab bulan terlihat kemerah-merahan, sehingga fenomena ini disebut pula dengan nama 'bulan darah'.

Saat puncak gerhana total, bulan akan masuk pada bayangan Bumi. Saat proses itu, atmosfer Bumi akan membiaskan cahaya kemerahan dari matahari, seperti yang biasa terjadi saat sang surya terbenam maupun terbit. Cahaya itu kemudian terpantul ke bulan, sehingga wajah satelit Bumi itu terlihat merona merah, sehingga disebut 'bulan darah'.

Menurut artronom Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Jamaluddin, gerhana bulan ini mulai terjadi pada pukul 16.15 WIB, Rabu 8 Oktober 2014. Untuk wilayah Indonesia barat, termasuk Jakarta, tak bisa melihat awal mula gerhana total ini. Sebab saat proses awal terjadinya gerhana, bulan belum terbit.

Gerhana total terjadi pada pukul 17.25 WIB hingga 18.24 WIB. Gerhana berakhir pada pukul 19.34 WIB. Wilayah Indonesia barat bisa menyaksikan fenomena ini setelah gerhana total terjadi. Sementara, masyarakat di Indonesia bagian timur bisa menyaksikan seluruh proses gerhana bulan total ini, mulai awal hingga akhir.

Fenomena 'bulan darah' ini telah terjadi beberapa kali dalam setahun ini. Sebelumnya fenomena ini terjadi pada 15 April silam. Sementara, kejadian serupa diprediksi akan terjadi kembali pada 4 April 2015 dan 28 September 2015. (Sumber: Lapan)

2 dari 3 halaman

© Dream

Dream - Fenomena langka terlihat di langit pada Jumat 31 Juli 2015. Penduduk Bumi bisa menyaksikan bulan purnama yang sangat jarang terjadi: blue moon.

Namun jangan menduga dulu bahwa nanti malam bulan akan terlihat berwarna biru, sebagaimana sebutan itu. Istilah itu digunakan untuk penyebutan bulan purnama yang langka. Soal warna bulan, ya.... tetap seperti sebelum-sebelumnya. Bukan biru.

Dikutip Dream dari laman CBC News, istilah itu digunakan apabila dalam satu bulan kalender terjadi dua kali bulan purnama. Dalam setahun, kebanyakan terjadi 12 kali bulan purnama. Namun, dalam tahun-tahun tertentu, akan terjadi 13 kali bulan purnama.

Dan pada Juli 2015, terjadi dua kali bulan purnama. Yang pertama terjadi pada 2 Juli silam. Dan bulan akan tampak penuh pada malam nanti. Dan istilah blue moon dipakai untuk menyebut bulan purnama yang langka tersebut.

Fenomena itu terjadi karena perbedaan lama waktu antara masa edar bulan dengan kalender. Di mana, lama waktu dari bulan purnama yang satu ke berikutnya rata-rata memerlukan waktu 29,5 hari. Lebih pendek dari hitungan satu bulan dalam kalender, kecuali pada bulan Februari.

Dengan demikian terdapat selisih antara satu tahun kalender (Masehi/ matahari) dengan kalender bulan. Satu tahun kalender Masehi memiliki 365 hari, sementara satu tahun kalender bulan setara 354 hari.

Selisih waktu tersebut kemudian terakumulasi setiap tahunnya. Sehingga dalam tahun-tahun tertentu terjadi 13 kali bulan purnama. Bukan 12 seperti kebanyakan terjadi.

Tahun ini, bulan purnama terjadi pada 5 Januari, 3 Februari, 5 Maret, 4 April, 4 Mei, 2 Juni, 2 Juli, 31 Juli, 29 Agustus, 28 September, 27 Oktober, 25 November, dan 25 Desember. Pada 2016, bulan purnama pertama akan terjadi pada 23 Januari.

Fenomena blue moon rata-rata terjadi sekitar 2,5 tahun. Sebelumnya, blue moon terjadi pada 31 Agustus 2012. Diprediksi, blue moon berikutnya akan terjadi pada 2018 mendatang. (Ism)

3 dari 3 halaman

Letusan Krakatau Bikin Bulan Benar-benar Tampak Biru

Letusan Krakatau Bikin Bulan Benar-benar Tampak Biru © Dream

Dream - Blue moon. Inilah fenomena langka yang terjadi pada Jumat 31 Juli 2015. Meski disebut blue moon, bukan berarti warna bulan di langit berubah menjadi biru. Istrilah blue moon dipakai untuk menyebut fenomena bulan yang langka itu.

Istilah blue moon digunakan apabila dalam satu bulan kalender Masehi terjadi dua kali bulan purnama. Dalam setahun, kebanyakan terjadi 12 kali bulan purnama. Namun, dalam tahun-tahun tertentu, akan terjadi 13 kali bulan purnama.

Jadi istilah blue moon bukan dipakai karena warna bulan berubah biru. Karena malam ini pun warna bulan terlihat sama dengan hari yang sudah-sudah. [Baca selengkapnya di sini: Fenomena Langka Bulan Biru]

Tapi, itu bukan berarti bulan tidak pernah terlihat biru. Sejarah dunia mencatat bulan pernah benar-benar tampak biru saat dilihat dari Bumi. Setidaknya itulah catatan yang disampaikan oleh para ilmuwan.

Fenomena ini dipengaruhi oleh sejumlah kejadian yang terjadi di muka Bumi ini. Bulan bisa terlihat biru karena atmosfir Bumi dipenuhi oleh asap atau debu. Dan itu terjadi pada 1883, saat Gunung Krakatau di Indonesia meletus.

Saat letusan Gunung Krakatau itu, debu dan asap dalam jumlah yang luar biasa banyak menyebur ke udara. Debu dan asap itu kemudian memenuhi atmosfir yang menyebabkan bulan tampak biru saat dilihat dari Bumi.

" Dan kejadian ini menyebabkan bulan tampak biru selama lebih dari tiga tahun, inilah yang mungkin menjadi asal frase 'once in blue moon'," demikian dikutip Dream dari laman Metro.co.uk.

Dalam artikel Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), juga dikupas fenomena ini. NASA menulis letusan Krakatau itu setara dengan 100 megaton bom nuklir. Suara letusan terdengar seperti meriam yang memekakkan telinga hingga jarak 600 kilometer dari Krakatau. Asap dan debu material vulkanik menyembur ke atmosfir.

" Dan bulan berubah biru. Asap Krakatau menjadi alasannya," tulis artikel NASA yang diunggah pada 2004 silam. Jutaan meter kubik debu vulkanik berada di atmosfir. Dan setelah itu, bulan tampak terlihat biru.

NASA juga menulis bulan tampak biru selama bertahun-tahun kemudian. " Dan masyarakat melihat matahari berwarna ungu untuk pertama kalinya."

Fenomena bulan terlihat biru juga terlihat pada 1983. Meski tak begitu lama. Dan kala itu penyebabnya adalah letusan Gunung Elchinchon di Mexico. Laporan lain menyebut bulan terlihat biru saat terjadi letusan Gunung St Helens tahun 1980 Gunung Pinatubo pada 1991.

" Kunci terjadinya bulan biru adalah jika di udara terdapat banyak partikel sedikit lebih lebar dari panjang gelombang sinar merah (0,7 mikron) -dan tidak ada ukuran lain. Ini langka, tapi gunung berapi kadang-kadang menyemburkan material seperti itu seperti pada kebakaran hutan."

Bulan juga terlihat biru di Edinburgh, saat terjadi kebakaran hutan di Alberta, Kanada, pada 1950. " Asap dari kebakaran hutan juga menyebabkan bulan biru juga," demikian artikel NASA.

Beri Komentar