Ilustrasi (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Zulhijah merupakan satu dari empat bulan utama dalam Islam di luar Ramadan. Salah amalan yang dianjurkan dilakukan di bulan ini adalah puasa sunnah Zulhijah terutama di hari-hari awalnya.
Keutamaan awal Zulhijah dijamin oleh Allah SWT dalam Surat Al Fajr ayat 1 dan 2. Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan sejumlah ulama klasik hingga kontemporer mengakui hari-hari awal Zulhijah mengandung keutamaan.
Ayat tersebut dikuatkan oleh hadis riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas.
" Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu', Rasulullah Muhammad SAW bersabda, " Tidak ada hari-hari di mana amal sholeh lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini (maksudnya sepuluh hari Zulhijah)." Kemudian para sahabat bertanya, " Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah?" Rasul lalu menjawab, " Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa."
Hadis di atas menunjukkan keutamaan beramal sholeh di awal-awal bulan. Demikian pula di awal Zulhijah.
Sementara, bagaimana para ulama memandang puasa sunah di hari-hari awal Zulhijah?
Dikutip dari NU Online, terdapat penekanan Rasulullah pada ibadah di 9 hari awal Zulhijah. Penenakan itu pada pelaksanaan puasa sunah di tanggal 9 Zulhijah, yang lazim dikenal dengan Puasa Arafah.
Puasa ini disunahkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji. Sedangkan mereka yang berhaji tidak mendapat kesunahan tersebut karena Rasulullah juga tidak menjalankannya ketika sedang haji.
Imam An Nawawi dalam kitabnya Al Majmu' Syarh Al Muhadzdzab memberikan penjelasan demikian.
" Pengarang kitab (Al-Muhadzab) berkata, 'Dan disunahkan bagi selain orang yang berhaji untuk puasa pada hari Arafah, karena mengacu pada hadis yang diriwayatkan oleh Qatadah, dia berkata. " Berkata Rasulullah SAW, 'Puasa hari Asyura' bisa menghapus dosa selama setahun. Puasa hari Arafah menghapus dosa dua tahun. Setahun sebelumnya dan setahun yang akan datang."
Sedangkan terkait dengan puasa tanggal 1-9 Zulhijah, dihukumi sunah berdasarkan keumuman hadis Rasulullah. Sehingga, dapat dimaknai puasa sunah merupakan sebagian amalan yang bisa dikerjakan selain memperbanyak sholat sunah atau baca Alquran maupun sedekah di hari-hari tersebut.
Sedangkan Puasa Arafah merupakan kesunahan yang lebih khusus. Setelah amalan ini mulai tanggal 10 hingga 13 Zulhijah, umat Islam tidak boleh melaksanakan puasa karena masuk hari Tasyrik.
Sumber: NU Online.
Dream - Puasa Senin banyak dilakukan oleh umat Muslim di Indonesia. Dalam Islam, senin memang bukan hanya hari biasa. Di hari ini banyak keberkahan dan peristiwa penting terjadi.
Setiap Senin, Rasulullah Muhammad SAW punya kebiasaan melaksanakan puasa. Dalam salah satu hadisnya, kebiasaan itu dijalankan Rasulullah karena Senin adalah hari kelahiran Rasulullah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga menyebut Senin adalah hari diangkatnya amal. Seperti disebutkan dalam hadis riyawat Turmudzi, Senin dan Kamis adalah dua hari saat amal diperlihatkan kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda, " Amal itu diperlihatkan di hadapan Allah pada hari Senin dan hari Kamis. Aku gembira sekali amalku diperlihatkan di saat aku sedang berpuasa."
Hadis ini kemudian menjadi dasar disyariatkannya puasa sunah Senin dan Kamis.
Pelaksanaan puasa sunah Senin dan Kamis tidak berbeda dengan puasa kebanyakan. Apalagi dengan puasa fardlu Ramadan.
Bedanya, puasa sunah bisa dijalankan dengan niat dilafalkan tidak hanya di waktu malam. Berniat puasa sunah saat fajar sudah terbit pun dibolehkan.
Nawaitu shouma yaumal itsnaini sunnatal lillahi ta'ala
Artinya,
" Saya niat puasa pada hari Senin, sunah karena Allah Ta'ala."
Nawaitu shouma yaumal khomisi sunnatal lillahi ta'ala.
Artinya,
" Saya niat puasa pada hari Kamis, sunah karena Allah Ta'ala."
Dream - Niat adalah bagian terpenting dari sebuah amalan. Tanpa niat ibadah yang dilakukan tidak sah. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya.
Niat biasanya ditanamkan dalam hati berbarengan dengan ibadah yang dilakukan, terkhusus untuk niat puasa, niat boleh dilakukan sebelum melakukan puasa, karena sangat sulit menanamkan niat berbarengan dengan terbit fajar.
Sebab itu, ulama fikih menjelaskan niat puasa berbeda dengan niat ibadah pada umumnya. Jika niat ibadah lain harus persis di awal pelaksanaannya, maka niat puasa harus lebih terdahulu dari puasanya, tepatnya pada malam hari.
Malam yang dimaksud di sini adalah waktu setelah terbenamnya matahari hingga sesaat menjelang terbitnya fajar penanda masuknya waktu subuh.
Sehingga boleh saja bagi seseorang berniat puasa setelah salat Maghrib/Isya, setelah sal at Tarawih, sesaat sebelum tidur, ataupun setelah selesai makan sahur, asalkan waktu subuh belum masuk.
Hal ini berdasarkan hadis hasan riwayat Imam Nasa’i dan lainnya. Bagi penganut Mazhab Syafi’i, niat seperti ini harus diucapkan setiap malam Bulan Ramadan.
Advertisement
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Sentuhan Gotik Modern yang Penuh Karakter di Koleksi Terbaru dari Dr. Martens x Wednesday
Panas Ekstrem, Warga Cianjur Sampai Tuang 2 Karung Es Batu ke Toren
ParagonCorp Sukses Gelar 1’M Star 2025, Ajang Kompetisi para Frontliners
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Bahas Asam Urat dan Pola Hidup Sehat, Obrolan Raditya Dika dan dr. Adrian Jadi Sorotan