Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kesehatan mental anak, terutama remaja mungkin belum dipahami dengan baik oleh sebagian besar orangtua. Jika sekolah anak remaja berjalan dengan baik dan prestasi bagus, dianggap semuanya baik-baik saja.
Padahal tak selalu demikian. Remaja sangat rentan mengalami depresi dan ini bisa berdampak besar pada kesehatan fisik dan prestasinya di sekolah. Untuk itu orangtua memang harus lebih peka saat anak beranjak remaja.
" Sikap anak saat remaja akan sangat berubah, jangan kaget. Orangtua mungkin sering bingung dengan perubahan suasana hati remaja. Depresi lebih dari sekadar perasaan sedih sesaat. Ada perbedaan antara 'perasaan tertekan' dan menderita 'depresi klinis'," kata Sagari Gongala, seorang psikolog, dikutip dari MomJunction.
Kekecewaan, frustrasi, kemarahan, dan kehilangan dapat menyebabkan perasaan depresi, yang bersifat sementara. Depresi klinis adalah gangguan depresi utama yang menyebabkan kesedihan, dan keputusasaan, dan itu mempengaruhi pikiran dan tindakan. Perasaan sedih begitu parah sehingga remaja bisa kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya ia sukai.
Depresi adalah penyakit medis umum namun parah yang dapat diobati. Secara medis, depresi pada orang dewasa sama dengan depresi remaja.
Namun, penyebab depresi dan pemicunya sedikit berbeda. Depresi pada remaja dapat disebabkan oleh satu atau lebih. Pemicunya antara lain:
- Kondisi otak
Neurotransmitter adalah bahan kimia otak yang membawa pesan ke dan dari otak. Ketika zat kimia pada otak secara biologis terganggu, reseptor dan sirkuit sel saraf terpengaruh. Penelitian menyatakan bahwa setiap perubahan dalam pertumbuhan sel saraf dan fungsi sirkuit saraf dapat berkontribusi terhadap depresi.
- Ketidakseimbangan hormon
Ini merupakan gangguan pada sistem hormonal dalam tubuh, dapat memengaruhi fungsi neurotransmiter, dan memicu depresi.
- Kondisi traumatis
Pelecehan fisik, mental, dan seksual, kehilangan orang tua, atau peristiwa traumatis lainnya yang dialami remaja sebagai seorang anak dapat memengaruhi kimia dan fungsi otak, membuat anak rentan terhadap depresi.
- Genetika
Dalam beberapa kasus, genetika dapat berkontribusi terhadap depresi, terutama jika keluarga dekat yang memiliki masalah depresi. Pola berpikir negatif yang dipelajari juga dapat menyebabkan depresi. Jika anak terus berpikir negatif dan merasa putus asa, maka sangat rentan mengalami depresi parah.
Dream - Jangan sepelekan gangguan tidur pada remaja. Terutama anak remaja yang kurang jam tidur dan selalu mengantuk di sekolah.
Rupanya menurut penelitian secara global, ada kecenderungan " epidemi kurang tidur" secara global pada remaja dan akan memiliki dampak kesehatan jangka panjang.
Jadi, berapa lama waktu tidur yang benar-benar dibutuhkan remaja? Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa remaja masih dalam proses pertumbuhan tumbuh dan otak mereka masih berkembang.
Kondisi itu membuat mereka membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang dewasa. Remaja juga memiliki ritme tidur dan bangun yang berbeda dan melepaskan melatonin (hormon alami untuk mempersiapkan tidur).
Ini berarti kantuk malam lebih lama terjadi dan mereka cenderung tidur telat dan mengantuk di pagi hari. Tentu saja, mereka masih harus bangun pagi untuk sekolah.
Teman sebaya juga jadi hal yang sangat mempengaruhi remaja. Tuntutan sosial yang meningkat - dalam bentuk obrolan online, jejaring sosial, dan penelusuran web - bergabung dengan tekanan akademis yang lebih besar ketika anak-anak memasuki sekolah menengah. Pada usia ini, orangtua juga cenderung kurang mengontrol waktu tidur remaja.
Para ahli meninjau 864 makalah yang meneliti hubungan antara durasi tidur anak dan kesehatan. Mereka menyarankan bahwa mereka yang berusia antara 13 dan 18 tahun harus tidur delapan hingga 10 jam per 24 jam secara teratur untuk meningkatkan kesehatan yang optimal.
Bukan hanya kesehatan fisik tapi juga psikologis. Penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa dalam 53 persen remaja tidur kurang dari delapan jam per hari.
Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa hanya lima persen remaja di Amerika Serikat yang memenuhi rekomendasi untuk tidur, aktivitas fisik, dan screen time.
Penting diketahui banyak hal aktivitas yang terjadi pada otak remaja karena tahap perkembangannya. Selama masa remaja, ada perubahan besar pada pemikiran, emosi, perilaku dan hubungan interpersonal.
Perubahan pada koneksi otak berkontribusi pada peningkatan kemampuan berpikir dan perubahan pensinyalan otak. Pergeseran keseimbangan antara sistem otak menciptakan periode di mana remaja dapat mengambil risiko yang meningkat atau terlibat dalam pencarian pencapaian/ kesenangan yang lebih banyak.
Remaja lebih banyak bereaksi terhadap stres dan sistem respons stresnya semakin matang. Hormon seks memengaruhi neurotransmiter di otak mereka dan meningkatkan reaktivitasnya terhadap stres. Ketika waktu tidurnya kurang, hal ini akan berdampak pada kondisi psikologisnya.
Jadi, usahakan untuk selalu memeriksa waktu tidur remaja. Bila anak mengalami masalah tidur, segera cari solusinya, jangan dibiarkan.
Sumber: Todays Parent
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR