Kisah Prihatin Ibu Pemulung Jalani Lockdown: Makan Biskuit Pengganjal Lapar

Reporter : Sugiono
Minggu, 12 April 2020 06:01
Kisah Prihatin Ibu Pemulung Jalani Lockdown: Makan Biskuit Pengganjal Lapar
Setiap hari makan nasi sekali atau dua kali sehari, tergantung pada persediaan yang masih ada.

Dream - Emilia Abdullah, yang bekerja sebagai pemulung, adalah salah satu pihak yang paling terpuruk selama Pemerintah Malaysia memberlakukan lockdown atau yang diistilahkan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) sejak 18 Maret 2020 menyusul wabah virus corona.

Wanita 47 tahun itu terpaksa kehilangan pekerjaannya untuk mencari besi tua dan dijual lagi ke para pengepul.

Emilia saat ini tinggal di rumah Program Perumahan Rakyat Termiskin (PPRT) Kota Bharu bersama suaminya, Nik Yusri Nik Abu Bakar (48 tahun).

1 dari 4 halaman

Salah Satu Anak Menderita Lumpuh

Di rumah kecil itu, Emilia dan sang suami mengasuh dua anak mereka Nik Mohd Haikal (12 tahun), dan Nik Mohd Firdaus (20 tahun) yang menderita lumpuh selama tiga tahun terakhir.

Wanita yang tinggal di Kampung Tok Ku, Sering, itu mengaku kondisinya sekarang semakin memprihatinkan di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah. 

2 dari 4 halaman

Lockdown Membuat Hidup Tambah Susah

Masalahnya, sebelum lockdown, dia hanya punya pendapatan 15 ringgit (Rp55 ribu) per hari dari menjual besi tua.

" Saya akan keliling dengan motor roda tiga di sekitar Sering, untuk mencari besi tua dan barang bekas lainnya di tempat sampah sebelum dibawa pulang untuk dipilih dan dijual ke toko besi tua," katanya.

" Sementara suami yang sakit tekanan darah tinggi dan diabetes merawat Haikal dan Firdaus yang lumpuh di rumah," tambah Emilia.

3 dari 4 halaman

Selama Lockdown Tak Berani Keluar

Katanya, jika rakyat dilarang keluar rumah karena PKP, dia pun tidak berani untuk bekerja karena takut ditangkap polisi.

Setiap hari dia dan anggota keluarganya akan makan nasi sekali atau dua kali sehari tergantung pada persediaan yang masih ada.

" Biasanya sarapan kami hanya makan biskuit atau pancake hanya untuk mengganjal perut. Tetapi untuk anak yang sakit, makanannya tidak bisa dikurangi karena fisiknya sekarang sudah kurus," ujar Emilia.

4 dari 4 halaman

Bantuan Tetangga dan Kerabat

Selain makan sehari-hari, Emilia juga bingung untuk biaya membeli obat dan popok sekali pakai untuk Firdaus.

Selama lockdown, Emilia hanya berharap kebaikan tetangga dan kerabat yang memberikan bantuan makanan untuk kelangsungan hidup mereka.

(Sah, Sumber: World of Buzz)

Beri Komentar