Ilustrasi Jakarta (Foto: Shutterstock)
Dream - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan wilayah Jakarta telah mengalami penurunan tanah mencapai 12 sampai 18 sentimeter per tahun, akibat penggunaan air tanah yang berlebihan atau over extraction.
Karena itulah dia meminta pada 2030 warga Jakarta berhenti menggunakan air tanah. Dia menyebut menyuplai air bersih perpipaan atau air permukaan menjadi kunci utama untuk mencegah penurunan permukaan tanah Jakarta.
Menurut Basuki, cara itu bisa menghentikan penurunan tanah Jakarta, sebagaimana dilakukan oleh Bangkok, Thailand, dan Tokyo, Jepang.
" Kalau ini semua sudah bisa kita selesaikan dan bisa menyuplai rakyat Jakarta, maka kita pada tahun 2030 pasti bisa menyampaikan kepada rakyat untuk berhenti memakai air tanah," katanya dikutip dari Merdeka.com, Rabu, 22 Februari 2023.
Pemerintah saat ini mengupayakan pembangunan tiga proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yakni SPAM Jatiluhur I, SPAM Juanda yang direncanakan akan melayani pemenuhan air bersih 3.200 liter/detik dan yang ke tiga nanti dari SPAM Karian Serpong yang direncanakan 3.500 liter/detik.
Sedangkan SPAM Regional Ir. H. Djuanda nantinya akan melayani pemenuhan air baku di area DKI Jakarta (3.500 liter/detik), Kabupaten Bekasi (2.000 liter/detik), Kabupaten Bogor (2.000 liter/detik), Kota Bekasi (1.000 liter/detik), dan Kabupaten Karawang (850 liter/detik) dengan memanfaatkan alokasi air baku dari Waduk Jatiluhur sebesar 10.000 liter/detik.
Sementara itu, pakar Iklim dan Meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian juga menyampaikan bahwa faktor tenggelamnya sebagian wilayah Jakarta bukan karena pemanasan global, melainkan penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang disebabkan pengambilan air tanah secara berlebihan.
" Jadi, ini mohon diluruskan ini bukan karena perubahan iklim, tapi lebih banyak karena land subsidence yang terjadi," ujarnya.
Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), kenaikan muka air laut secara global yang diakibatkan pemanasan bumi mencapai 3,6 milimeter saja. Data yang sama juga dikonfirmasi oleh data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
" Laporan dari BPPT tahun 2010, angka kenaikan air laut di Jakarta itu 3,7 milimeter per tahun. Nah angka ini yang jadi patokan, tadikan di IPCC 3,6 milimeter. Angka itu hampir-hampir mirip," ujarnya.
Sementara itu, penurunan muka tanah di Jakarta jauh lebih tinggi dibandingkan oleh pemanasan global yakni mencapai lebih dari 112 cm.
" Ternyata ada 112 cm di Jakarta Utara itu. Itu lebih disebabkan karena penurunan muka air," papar dia.
Dari penjelasan di atas, faktor penurunan tanah, menurut Edvin karena penggunaan yang berlebih terhadap air bawah tanah. " Ya, biasanya karena terlalu banyak air dipompa ke atas keluar untuk minuman," ungkapnya.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan