Tata Cara Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Sholat Wajib, Lengkap Bacaan Niat

Reporter : Arini Saadah
Rabu, 10 Mei 2023 09:50
Tata Cara Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Sholat Wajib, Lengkap Bacaan Niat
Meskipun bukan ibadah wajib, namun Rasulullah SAW juga senantiasa mengerjakan sholat sunnah rawatib.

Dream Sholat merupakan kewajiban umat Islam sehari-hari. Sholat yang wajib dikerjakan adalah sholat fardhu lima waktu. Di setiap sholat wajib tersebut ada sholat sunnah yang mengikutinya yaitu disebut sholat sunnah rawatib.

BACA JUGA : Bacaan Niat Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Sholat Wajib

Sholat rawatib merupakan sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah sholat fardhu. Tata cara sholat sebelum dan sesudah sholat wajib ini tak berbeda jauh dari sholat sunah lainnya. Perbedaannya terletak pada niatnya saja.

Tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib juga penting diketahui. Sebab dengan menjalankan tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib ini akan membuat ibadah kita lebih sempurna. Dan tentunya pahalanya juga berlipat ganda.

Keutamaan mengerjakan tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib ini sangat besar sekali lho, Sahabat Dream. Meskipun bukan ibadah wajib, namun Rasulullah SAW juga senantiasa mengerjakannya.

Sholat sunnah rawatib dibagi dua yaitu, sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah Qobliyah. Sedangkan sholat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah Ba'diyah.

Nah, berikut tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib, dirangkum Dream dari berbagai sumber.

1 dari 5 halaman

Dasar Hukum

Ilustrasi

Dasar hukum pelaksanaan tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib berdasarkan hadis berikut:

Dari Abdullah bin Umar ra dia berkata: “ Aku menghafal sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berupa shalat sunnat sepuluh rakaat yaitu; dua rakaat sebelum shalat zuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua rakaat sesudah shalat isya’ di rumah beliau, dan dua rakaat sebelum shalat subuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sementara itu, waktu pelaksanaan sholat sunnah rawatib tersebut telah dijelaskan dalam sebuah hadits di bawah ini.

Ibnu Qudamah berkata: “ Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat fardhu tersebut.” (Al-Mughni 2/544)

2 dari 5 halaman

Sholat Sunnah Rawatib Mu'akkad dan Ghairu Mu'akkad

Tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib dibagi menjadi dua jenis, yaitu sholat sunnah rawatib mu'akkad dan ghairu mu'akkad.

Sholat sunnah rawatib mu'akkad sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Jumlah sholat sunnah rawatib mu'akkad ada 12 rakaat, yaitu:

  • 2 rakaat sebelum subuh
  • 2 atau 4 rakaat sebelum zuhur
  • 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur
  • 2 rakaat sesudah maghrib
  • 2 rakaat sesudah isya

Hal tersebut sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i berikut ini:

Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada shalat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum zuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh.” (HR. At-Tarmidzi)

Sementara itu, sholat sunnah rawatib ghoiru mu'akkad adalah jenis sholat sunnah rawatib yang tidak begitu ditekankan. Berikut adalah jumlah sholat sunnah ghoiru mu'akkad:

  • 2 atau 4 rakaat sebelum ashar (jika dikerjakan 4 rakaat, dikerjakan dengan 2 kali salam)
  • 2 rakaat sebelum maghrib
  • 2 rakaat sebelum isya
3 dari 5 halaman

Niat Sholat Sunnah Rawatib

Ilustrasi

Niat sholat sunnah rawatib pada dasarnya hampir sama dengan bacaan sholat fardhu. Hanya saja kamu perlu menambahkan Qobliyatan Lillahi Ta’ala (jika dikerjakan sebelum shalat fardhu) di akhir niat atau Ba’diyatan Lillahi Ta’ala (jika dikerjakan sesudah shalat fardhu).

Jika mengerjakan tata cara sholat sunnah sebelum sholat subuh, maka bacaannya menjadi:

Ushallii sunnatash shubhi rak’ataini qabliy-yatan lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “ Aku (niat) shalat sunat qabliyyah subuh 2 rakaat, karena Allah Ta’ala.”

Kemudian, jika mengerjakan shalat sunnah rawatib setelah shalat isya, maka bacaannya menjadi:

Ushallii sunnatal ‘isyaa’i rak’ataini ba’diy-yatan lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “ Aku (niat) shalat sunat ba’diyyah isya 2 rakaat, karena Allah Ta’ala.”

4 dari 5 halaman

Tata Cara Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Sholat Wajib

Tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib perlu diketahui agar kamu bisa mempraktikkannya. Dengan melaksanakan sholat sunah rawatib tersebut, ibadah wajib kamu menjadi lebih sempurna. Berikut tata cara sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib:

  • Membaca Niat
  • Takbiratul Ihram
  • Membaca doa Iftitah
  • Membaca Surat al-Fatihah
  • Membaca Surat Pendek (Dianjurkan Surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas)
  • Ruku dengan tumaninah
  • Itidal dengan tumaninah
  • Sujud dengan tumaninah
  • Duduk di antara dua sujud dengan tumaninah
  • Sujud kedua dengan tumaninah
  • Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
  • Membaca surat Al-Fatihah
  • Membaca Surat Pendek yang dihapal
  • Ruku dengan tumaninah
  • Itidal
  • Sujud pertama (rakaat kedua)
  • Duduk diantara dua sujud
  • Sujud kedua (rakaat kedua)
  • Duduk tasyahud akhir
  • Membaca Tasyahud Akhir
  • Salam
5 dari 5 halaman

Keutamaan Sholat Rawatib

Meskipun tidak diwajibkan, namun sholat rawatib dianjurkan untuk dilakukan karena mendatangkan berbagai keutamaan bagi yang menjalankannya. Berikut adalah beberapa keutamaan sholat rawatib seperti dikutip dari merdeka.com:

Sebagai Penyempurna Sholat

Keutamaan sholat rawatib yang pertama adalah sebagai penyempurna sholat fardhu. Hal ini untuk menutupi kekurangan pada sholat fardhu. Mengingat bahwa sholat fardhu adalah sholat yang sangat penting, bahkan akan dihisab pertama kali di hari kiamat kelak. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah berikut:

Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat fardhu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, “ Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (shalat) sunnah?” Jika memiliki amalan shalat sunnah, sempurnakan amalan shalat fardhu dengan amal shalat sunnahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi,” (HR. Ibnu Majah).

Memberikan Ridho Kebaikan dan Kenikmatan Surga

Keutamaan yang kedua karena mengerjakan sholat rawatib adalah bisa memberikan ridho kebaikan dan kenikmatan surga. Sholat sunah ini bisa membuat sahabat Dream kelak dibangunkan sebuah rumah di surga. Hal ini seperti dijelaskan dalam hadis berikut:

Dua belas rakaat yang ditunaikan seseorang maka sebuah rumah di surga akan dibangunkan untuknya, yakni empat rakaat sebelum dhuhur, dua rakaat setelah dhuhur, dua rakaat sebelum ashar, dua rakaat setelah magrib, dan dua rakaat sebelum subuh.

Menghindarkan dari Api Neraka

Neraka menjadi tempat bagi orang-orang yang tidak menjalankan perintah Allah SWT. Ketika amalannya ditimbang, lalu diketahui bahwa amalan buruk yang lebih berat, maka orang tersebut akan ditempat di neraka.

Namun, selama hidup di dunia, ada amalan serta ibadah yang mampu menghindarkan seseorang dari api neraka, salah satunya adalah menjalankan sholat rawatib. Seperti dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi berikut:

Siapa saja yang menjaga empat rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya atas siksa neraka,” (HR. At-Tirmidzi)

Mendatangkan Kebaikan di Dunia dan Isinya

Keutamaan yang terakhir karena mengerjakan sholat rawatib adalah bisa mendatangkan kebaikan di dunia dan isinya. Hal ini bisa didapatkan jika menjalankan sholat sunah fajar, yakni sholat sunah rawatin sebelum sholat subuh. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:

Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan pengisinya.” (HR. Tirmidzi)

Beri Komentar