Petugas Gabungan Melakukan Identifikasi Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/1/2021). Operasi SAR Korban Sriwijaya Air SJ 182 Ditutup Setelah Berjalan Selama 13 Hari Sejak 9 Januari 2021. (Liputan6.com/Faizal Fan
Dream - Penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak di sekitar Pulau laki, Kepulauan Seribu. pada Sabtu 9 Januari 2021 akhirnya terungkap.
Menurut tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), berdasarkan data Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) diketahui adanya gangguan pada sistem mekanikal pesawat Boeing 737-500 dengan registrasi PK-CLC tersebut.
" Pada saat pesawat naik terjadi perubahan mode auto pilot yang sebelumnya menggunakan komputer, berpindah menggunakan mode kontrol panel," kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi V DPR di Jakarta, Kamis 3 November 2022.
Dalam operasi normal, kata Nurcahyo, auto-throttle akan menggerakkan kedua thrust lever mundur untuk mengurangi tenaga mesinTapi dalam penerbangan itu, auto-throttle tidak dapat menggerakkan thrust lever kanan.
Setelah memeriksa tujuh komponen pesawat, KNKT memastikan terdapat gangguan mekanikal pesawat tersebut, bukan pada sistem komputer.
" Karena padatnya penerbangan hari itu dan kebetulan ada pesawat dengan tujuan yang sama, penerbangan SJY182 diminta Air Traffic Controller (ATC) untuk berhenti di ketinggian 11.000 kaki," ujarnya.
Menjelang ketinggian 11.000 kaki, imbuh Nurcahyo, tenaga mesin semakin berkurang karena thrust lever kanan tidak bergerak, sehingga menyebabkan perbedaan tenaga mesin sebelah kiri dan kanan semakin besar, atau disebut sebagai asimetri.
Menurut Nurcahyo, asimetri menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membelokkan pesawat ke kiri. Gaya ke kiri menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan oleh aileron dan flight spoiler, sehingga pesawat berbelok ke kiri.
Adapun keterlambatan Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) untuk memutus auto-throttle pada saat asimetri karena flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah berakibat pada asimetri yang semakin besar.
" Kurangnya monitoring pada instrumen dan posisi kemudi yang miring mungkin telah menimbulkan asumsi bahwa pesawat miring sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai. Pemulihan ini tidak bisa dilaksanakan secara efektif dan tepat waktu," katanya.
Pesawat tersebut berisi 62 orang, terdiri dari 12 kru, 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi.
Nurcahyo menambahkan, proses investigasi dipimpin oleh KNKT dan dilaksanakan sesuai ketentuan Internasional Civil Aviation Organization (ICAO), dengan melibatkan negara pembuat pesawat yakni Boeing asal Amerika Serikat, Transport Safety Investigation Bureau Singapura, Air Accident Investigation Branch Inggris, hingga pabrik mesin General Electric. (Liputan6.com)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN