Selama dekade terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa kura-kura memiliki rentang kemampuan komunikasi yang lebih luas daripada yang dianggap sebelumnya.
Jauh dari reptil yang senyap dan soliter, banyak spesies kura-kura tampaknya menghasilkan komunikasi intra-spesifik yang kompleks dan sosial.
Jadi, bagaimana sebenarnya kura-kura berkomunikasi?
Baru-baru ini, para ahli biologi meyakini bahwa kura-kura sebagian besar adalah hewan yang tidak bersuara. Mereka tidak memiliki pita suara dan oleh karena itu tidak mampu menghasilkan vokalisasi dalam arti kata yang sebenarnya. Meskipun demikian, mereka dapat menghasilkan sejumlah sinyal akustik lain.
Studi yang diterbitkan tahun 2022 mengungkapkan bahwa setidaknya 50 spesies kura-kura mampu menghasilkan berbagai sinyal akustik yang sebelumnya tidak diketahui oleh para peneliti.
Suara ini termasuk siulan, gertakan, gemuruh, erangan, klik, desisan, dengkuran, mendengus, dan bahkan mendengkur.
Kura-kura menghasilkan suara-suara ini melalui mekanisme lain. Ketika makan, beberapa kura-kura akan menghasilkan desisan dan gertakan kecil.
Hewan ini akan hasilkan suara mendesis dengan menarik kepala mereka kembali ke dalam cangkang dan dengan keras mengeluarkan udara dari paru-paru mereka.
Sebuah penelitian pada tahun 2013 menemukan bahwa beberapa spesies kura-kura air tawar dapat berkomunikasi secara akustik di bawah air.
Peneliti temukan bahwa kura-kura leher panjang Australia Barat (Chelodina colliei) dapat menghasilkan panggilan kompleks, umumnya berada dalam rentang frekuensi di bawah 1.000 Hertz.
Hal serupa juga terjadi pada jenis 'Podocnemis expansa', sebagai suara pertukaran informasi antara betina yang sedang bertelur.
Penelitian tahun 2009 pada kura-kura leher ular barat daya (Chelodina oblonga) mencatat 17 vokalisasi, termasuk decit, sorakan, cicitan pendek, cicitan panjang, ratapan, guruh, dan suara drum perkusi. Suara ini mungkin mempermudah saat di bawah air, sebagai komunikasi dengan kura-kura lain, termasuk perkawinan.
Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2014 meneliti komunikasi akustik kura-kura sungai Amazon (Podocnemis expansa) selama masa pengeraman kelompok. Penelitian ini dilakukan dari tahun 2009-2011, mencatat enam jenis suara yang berbeda yang dihasilkan oleh kura-kura betina selama periode pengeraman
Banyak spesies anak kura-kura akan menyinkronkan peristiwa penetasan, meskipun para ilmuwan masih berusaha memahami mekanisme di balik penyinkronan tersebut.
Baik pada kura-kura semi-akuatik maupun kura-kura laut, para peneliti berupaya mencari tahu apakah suara yang dihasilkan oleh anak kura-kura membantu dalam penyinkronan penetasan.
Sebuah studi tahun 2019, rekam 4 tipe suara berulang yang dihasilkan oleh anak kura-kura hingga 14 hari sebelum keluar dari telur. Suara tipe I ditandai dengan klik yang jelas, dimulai 11-14 hari sebelum keluar.
Tiga jenis suara lainnya dimulai kurang dari 5 hari sebelum penetasan dan tampak indikasikan gerakan anak kura-kura.
Suara klik tipe I meningkat frekuensinya ketika anak kura-kura mencapai tanggal keluar.
Para peneliti mengusulkan bahwa kemungkinan suara klik tipe I berfungsi sebagai sarana komunikasi di antara klutch dan membantu dalam gerakan penetasan yang terkoordinasi dan keluar bersama-sama.
Baru-baru ini, para ahli biologi laut meyakini bahwa kura-kura laut non-anak penetas hampir tidak bersuara atau bahkan diam.
Namun, penelitian terbaru membuktikan kemampuan kura-kura laut untuk merasakan suara dan menghasilkan vokalisasi.
Studi yang diterbitkan pada tahun 2022 mendokumentasikan 10 suara berbeda yang dihasilkan oleh 11 kura-kura laut hijau muda (Chelonia mydas) yang berkeliaran bebas.
Para peneliti menemukan bahwa kura-kura menghasilkan suara-suara ini dalam rentang pendengaran kura-kura laut lainnya (sekitar 200-740 Hertz), menunjukkan kemampuan komunikasi sesama spesies.
Desisan-desisan tersebut tampaknya memiliki tanda tangan unik untuk individu, menambahkan gagasan bahwa setidaknya beberapa dari suara tersebut berfungsi sebagai komunikasi.
Kura-kura juga menggunakan komunikasi visual untuk memberi sinyal kepada anggota lain dari spesies mereka.
Selama proses kawin, betina akan berkedip berkali-kali untuk tunjukkan minat, dan jantan akan menganggukkan kepala naik turun. Jantan juga akan menyemprotkan air ke betina selama proses kawin.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`