Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Seorang dokter wanita di Pakdasht, Iran, meninggal dunia pada Kamis 19 Maret 2020, setelah terinfeksi Covid-19. Foto sang dokter yang memperlihatkan jam-jam terakhir hidupnya saat menangani pasien Covid-19 viral di media sosial.
Dikutip dari NCR-Iran.org, Dr Shirin Rouhani-Rad adalah seorang dokter umum di Rumah Sakit Shohada di Pakdasht yang turut berperang melawan virus corona. Dia dibawa ke RS Masih Daneshvari di Teheran setelah kondisinya makin memburuk.
Sebelumnya, dia tetap merawat pasien Covid-19 meski dengan tangan diinfus karena dia sendiri terinfeksi virus corona.
Fotonya yang memperlihatkan jam-jam terakhir hidupnya saat menangani pasien Covid-19 itu viral di media sosial.
Kematian Dr Shirin Rouhani-Rad ini semakin menambah jumlah korban tewas dari pihak petugas medis di Iran akibat terpapar Covid-19.
" Tingginya angka kematian petugas medis karena virus corona mencerminkan ketidakmampuan otoritas kesehatan negara, terutama Asisten Perawat dari Kementerian Kesehatan dan sistem keperawatan," ujar Sekretaris Jenderal Dewan Perawat Iran, Mohammad Sharifi Moghaddam.
Alat medis dan prosedur yang diperlukan tidak tersedia secara cukup untuk menjaga kesehatan petugas medis yang merawat pasien Covid-19.
" Dari kekurangan masker, sarung tangan, salep dan peralatan lainnya hingga tenaga perawat telah membuat petugas medis di rumah sakit kewalahan merawat lebih banyak pasien virus corona," tambah Sharifi Moghaddam.
Dream - Dokter berusia 57 tahun yang tertular virus corona, Marcello Natali, meninggal di rumah sakit kota Codogno, Italia. Dia menjalani perawatan di rumah sakit di Cremona, sebelum dipindahkan ke Milan karena mengalami pneumonia ganda.
Dalam wawancara terakhir kepada Euronews, Marcello mengaku harus bekerja tanpa sarung tangan. " Sarung tangan sudah habis," kata dia.
Menurut Marcello, di Codogno dan kota terdekat, Casale, 14 dokter menjalani karantina di rumah sakit sejak 28 Februari 2020.
" Kami tidak siap untuk coronavirus: sebagai dokter di era pasca antibiotik, kami tumbuh dengan pikiran bahwa pil dapat melawan semuanya," kata dia.
Meninggalnya Marcello dikonfirmasi perwakilan Federasi Dokter Umum Italia.
Paola Pedrini, sekretaris regional di federasi, mengatakan kepada bahwa 110 dokter dari 600 dokter di provinsi Bergamo, mengalami sakit.
" Situasinya belum membaik sejak akhir Februari. Kami menerima beberapa masker, tidak ada sarung tangan. Masker yang harusnya digunakan setengah hari, di sini berlangsung seminggu."
" Kami melayani praktik melalui telepon, jika mungkin, untuk menghindari penyebaran virus dan berhubungan dengan orang tanpa gejala yang masih membawa virus," kata dia.
Tidak hanya Italia, saat ini banyak negara di benua Eropa yang berjuang untuk mendapatkan pasokan sarung tangan, masker medis dan pembersih tangan.
Dream - Penyebaran virus corona baru, Covid-19, telah banyak berkurang di negara asalnya, China. Namun virus tersebut mulai banyak mewabah ke berbagai negara dan telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebagai pandemik global.
Pejabat WHO menyatakan virus corona baru telah menyebar ke 114 negara di dunia dan berisiko semakin menyebar luas.
Hingga kini angka kematian akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu telah mencapai lebih dari 3000 orang. Namun angka kematian tersebut masih rendah dibandingkan jumlah pasien yang diketahui sembuh dari paparan tersebut.
Data John Hopkis mencatat 64.374 pasien terkonfirmasi positif virus corona baru telah dinyatakan sembuh. Kesembuhan mereka tak lepas dari perhatian dan pengorbanan yang diberikan tenaga medis seperti dokter dan perawat.
Banyak kisah heroik juga mengharukan yang dialami tenaga medis ketika bekerja melayani pasien virus corona.
Salah satunya adalah perjuangan berat yang dirasakan oleh staf medis di Italia. Negara Pizza ini tengah menghadapi perjuangan berat karena menjadi negara terdampak terbesar kedua virus corona setelah China.
Dilansir dari news.sky.com, seorang perawat muda salah satu rumah sakit di Italia, Alessia Bonari menceritakan perjuangannya merawat para pasien corona.
Ia berbagi foto yang menunjukan bekas luka di wajahnya karena penggunaan masker.
Lewat postingannya di instagram ia mengatakan bahwa dirinya sangat takut untuk berangkat bekerja setiap harinya.
" Saya takut karena masker mungkin tidak menempel dengan benar ke wajah, atau saya mungkin secara tidak sengaja menyentuh sarung tangan kotor, atau mungkin lensa tidak menutupi mata saya sepenuhnya dan ada sesuatu yang masuk. Saya lelah secara fisik karena alat pelindungnya sakit, jas lab membuat saya berkeringat dan begitu saya berpakaian saya tidak bisa lagi pergi ke kamar mandi atau minum selama enam jam. Saya lelah secara psikologis, seperti semua kolega saya yang telah berada dalam situasi yang sama selama berminggu-minggu, tetapi ini tidak akan menghentikan kami melakukan pekerjaan kami," tulisnya.
Foto seorang perawat lain bernama Elena Pagliarin juga banyak menjadi perbincangan. Fotonya itu bahkan disebut sebagai simbol perjuangan petugas medis melawan virus corona.
Elena terlihat tertidur di depan komputer dalam posisi duduk. Ia masih menggunakan pakaian medis bahkan masker yang melekat di wajahmya.
Elena bekerja di sebuah rumah sakit di Cremona. Tepatnya di utara Lombardy, wilayah yang paling parah dilanda corona di Italia.
Rekannya yang saat itu mengabadikan gambar, Francesca Mangiatordi, mengatakan kepada Nurse Times:
" Kami telah bekerja tanpa henti selama 10 jam. Aku memandangnya dan aku ingin memeluknya, tetapi aku lebih memilih untuk mengabadikan momen itu," ucap Francesca.