Gunung Lawu Diselimuti Awan Bertopi. (Merdeka.com/Erwin Yohanes)
Dream - Fenomena gunung berawan topi kembali muncul dan beredar di media sosial. Kali ini penampakan gunung seperti memakai topi terjadi di Gunung Lawu.
" Memang kejadiannya tadi pagi. Sekitar pukul 05.00 wib sampai siang sekitar pukul 10.00 WIB," kata Kasie Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan, Ferry Yoga Saputra, Kamis, 3 Oktober 2019.
Ferry mengatakan fenomena alam itu sebenarnya merupakan hal yang biasa. Sebab, bisa terjadi karena penumpukan awan dan angin yang bertemu dari arah selatan dan utara.
" Jadi awan menumpuk dan kebetulan di Gunung Lawu," kata Ferry.
Dia mengatakan, fenomena tidak hanya terjadi di musim kemarau. Tapi, juga bisa terjadi di musim penghujan. Dia mengaku kondisi seperti ini dipengaruhi oleh arah angin.
" Tidak satu musim saja. Mau kemarau, mau penghujan bisa saja. Kondisi seperti ini dipengaruhi arah angin," ucap dia.
Dia menceritakan arah angin itu kemudian membuat awan berkumpul di salah satu titik, kemudian membentuk fenomena alam itu. Dari arah angin, membentuk pola seperti topi atau payung. Dan ini merupakan fenomena yang biasa.
Dia menjelaskan, awan membentuk topi itu kurang lebih terjadi sekitar 2 kali selama 2019. Pertama, kemarin posisi waktu penghujan, musim peralihan.
" Ini tadi terjadi kembali. Nah nanti bisa lagi terjadi kembali," kata dia.
(Sah, Sumber: Merdeka.com/Erwin Yohanes)
Dream - Fenomena alam terjadi di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu, 17 Juli 2019. Masyarakat mendokumentasi awan bertopi di Gunung Rinjani dan membaginya di media sosial.
Warganet menyebut fenomena ini sebagai aktivitas alam yang luar biasa.
Fenomena awan berbentuk topi di atas Gunung Rinjani - Lombok. pic.twitter.com/kz83YYKKg7
— JS (@joysuparjo89)July 17, 2019
Tetapi, awan itu merupakan fenomena awan biasa. Fenomena serupa pernah muncul di Gunung Semeru.
Subhanallah...
AWAN TOPI (LENTICULARIS) DI GUNUNG RINJANI*
17 JULI 2019, PAGI INI.
Inilah pengertian dari awan lenticular atau awan berbentuk topi di sekitaran gunung atau perbukitan. Melihat cantiknya awan ini, banyak orang yang penasaran mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. pic.twitter.com/KhMVODTzG7— Viera Mits (@Viera_Mitha)July 17, 2019
Almarhum Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah menjelaskan keberadaan awan topi tersebut.
" Gunung Semeru saat bertopi, berhelm, dan berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi," kata Sutopo.
Gunung Semeru saat bertopi, berhelm & berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya.
Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu. pic.twitter.com/QNqPqDsFE8— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN)December 11, 2018
Menurut Informasi World Meteorological Organization (WMO) menyebut awan ini biasanya berukuran tak lebih dari 200 meter. Turbulensi di dalam awan tampak lemah dan mungkin sedang.
Awan ini membuat benda di bawahnya tertutupi. Seolah payung besar.
Dream - Gunung Semeru mengeluarkan fenomena menarik Senin, 10 Desember 2018. Gunung di Jawa Timur itu mengeluarkan awan putih yang menutupi puncak Mahameru.
Dari kejauhan fenomena itu mirip dengan topi. Warganet menyebut fenomena itu sebagai Gunung Semeru bertopi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut, fenomena itu terjadi karena awan altocumulus lenticularis.
" Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya," tulis Sutopo di Twitter pribadinya @Sutopo_PN, Selasa, 11 Desember 2018.
Gunung Semeru saat bertopi, berhelm & berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya.
Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu. pic.twitter.com/QNqPqDsFE8— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN)December 11, 2018
Sutopo menyebut fenomena itu tidak ada kaitannya dengan peristiwa mistis, politik, dan bahkan pemilu mendatang, serta tanda bencana. " Semua karena keagungan Sang Ilahi."
Sutopo menyarankan fenomena semacam ini dapat dijadikan latar untuk foto di momen istimewa.
" Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu," kata dia.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi, Klimatologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Semeru merupakan satu dari 17 gunung api dengan status Waspada. (ism)
Dream - Letusan Gunung Merapi pada Jumat 11 Mei 2018 membuat banyak orang terkejut. Sebab, letusan freatik yang terjadi pada pagi hari tersebut tidak didahului dengan tanda-tanda.
Masyarakat sempat diimbau tak mendekati puncak Gunung Merapi. Letusan itu juga membuat bandara Yogyakarta ditutup hingga Jumat sore.
Letusan Gunung Merapi ini juga terpantau oleh satelit cuaca Himawari. Berdasarkan pantauan satelit itu, pada pukul 10.00 WIB debu vulkanik mengarah ke selatan-tenggara.
Sementara, pada pukul 13.00 WIB, abu vulkanik letusan Gunung Merapi mengarah ke tenggara-barat daya.
Sementara, pada Sabtu 12 Mei 2018 pukul 16.00 WIB, debu vulkanik letusan Gunung Merapi tidak lagi terlihat dalam citra satelit.
Dream - Seorang gadis 7 tahun dari Texas, Amerika Serikat, memecahkan rekor dunia sebagai pendaki termuda Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Dengan ketinggian mencapai 5895 meter, Kilimanjaro merupakan gunung tertinggi di Benua Afrika.
Menghadapi ketinggian, hujan, dan salju, Montannah Kenney naik ke salah satu puncak tertinggi di dunia itu bersama ibunya, Hollie Kenney, pada bulan Maret lalu selama satu minggu.
Ide untuk mendaki Gunung Kilimanjaro berawal saat Montannah mendengar percakapan ibu dan bibinya.
Ketika mendengar tentang pendakian tersebut, Montannah mengajukan diri untuk bergabung. " Dia memberitahuku 'Ibu, aku ingin melakukannya bersamamu'," kata Hollie.
Saat melakukan survei tentang pendakian, keluarga Kenney menghadapi masalah baru. Montannah harus berusia minimal 10 tahun agar bisa ikut dalam pendakian tersebut.
Mereka diberitahu Montannah harus mendapatkan izin khusus untuk mendaki dan rencana pendakian pun ditetapkan pada tahun 2019.
Namun pada bulan Januari, Hollie mempercepat tanggal pendakian mereka setelah mendengar berita tentang seorang gadis 8 tahun bisa mendaki Gunung Kilimanjaro di bulan Juli 2017.
Mereka akhirnya menyewa seorang pemandu untuk pendakian mereka di bulan Maret lalu. Pendakian tersebut dilakukan dua bulan sebelum Montannah berusia 8 tahun.
Saat ditanya motivasinya ingin menaklukkan Gunung Kilimanjaro, Montannah mengatakan pendakian ini bukan sekadar upaya mencetak rekor dunia. Dia melakukannya pendakian tersebut untuk mengenang ayahnya yang meninggal tak lama setelah ulang tahunnya yang ketiga.
" Aku ingin lebih dekat dengan ayahku. Aku ingin melakukan petualangan yang menyenangkan dengan ibuku dan belajar tentang Gunung Kilimanjaro," katanya kepada CBS News.
Ketika ditanya apakah Montannah akan melakukannya lagi atau mendaki gunung lain, dia mengatakan 'mungkin' tetapi tidak 'selama' pendakiannya ke Gunung Kilimanjaro.
(Sah, Sumber: CBS News)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal