Pesawat Tempur Rafale Dassault Buatan Perancis Yang Diminati Menhan Prabowo. (Foto: Dassault-Aviation)
Dream - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tampaknya gerah dengan aksi kapal patroli dan nelayan China di Laut Natuna. China sebelumnya mengklaim wilayah perairan Laut Natuna yang sebenarnya merupakan bagian dari Kepulauan Riau.
Karena itu nelayan-nelayan China tidak sungkan lagi melakukan pelanggaran hingga masuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia di Laut Natuna. Hal inilah yang memicu ketegangan di Laut Natuna antara Pemerintah Indonesia dan China hingga membuat Menhan Prabowo geram.
Untuk sementara, TNI telah mengerahkan sebagian armada, baik laut dan udara, untuk melakukan patroli di Laut Natuna. Selain itu, Prabowo juga berniat memodernisasi alusista TNI dengan melakukan kunjungan kenegaraan ke Prancis.
Dilansir oleh Latribune.fr, 23 Januari 2020, Prabowo ingin memodernisasi alusista Indonesia untuk menghadapi ancaman China di Laut Natuna.
Menurut sumber terpercaya yang diwawancarai portal Prancis itu, Indonesia tertarik membeli 48 pesawat tempur Rafale buatan Dassault Aviation.
Tidak itu saja, Ketua Umum Partai Gerindra ini juga ingin mempersenjatai TNI dengan empat kapal selam Scorpene dengan rudal SM39 Exocet dan dua korvet Gowind dengan bobot 2.500 ton.
Pembelian ini diharapkan segera terwujud melalui perjanjian antar pemerintah antara Prancis dan Indonesia.
Lantas apa kecanggihan Rafale dibandingkan dengan Sukhoi SU-35? Dilansir Airforce-Technology, Rafale adalah pesawat tempur twin-jet yang mampu melakukan berbagai misi jarak pendek dan jauh.
Selain mampu menyerang target di darat dan laut dengan akurasi tinggi, Rafale juga bisa melakukan misi pengintaian dan pencegahan serangan nuklir.
Kokpit Rafale dilengkapi dengan tampilan holografis sudut lebar dari Thales Avionique, yang menyediakan data kontrol pesawat, data misi, dan akurasi tembakan.
Rafale adalah pesawat tempur Eropa pertama - dan sejauh ini, satu-satunya - yang menggunakan radar pemindaian elektronik pasif.
Dibandingkan radar konvensional yang berbasis antena, radar Rafale yang diberi nama RBE2 mampu mendeteksi beberapa target sekaligus dengan cepat sebelum musuh menyadari kehadirannya.
Kemampuan mendeteksi dan menarget lawan sekaligus ini didukung dengan kemampuan menyembunyikan diri dari pantauan radar lawan menggunakan sistem pertahanan SPECTRA. Dengan teknologi seperti itu, Rafale mampu mendekati musuh tanpa harus takut terlihat di layar radar.
Sistem SPECTRA mampu melakukan deteksi, identifikasi, dan pelokalan ancaman dari jarak jauh. Ini memungkinkan pilot secara instan memilih langkah-langkah pertahanan paling efektif.
Yang membuat Rafale makin menakutkan adalah kemampuannya membawa 13 macam rudal, misil, dan bom, dalam sekali operasi. Hebatnya lagi, Rafale mampu menarget musuh di darat dengan alat intai presisi bernama Thales Talios dan Damocles Electro-Optical.
Kemampuan Rafale menarget musuh di darat dibantu oleh laser sehingga membuat pesawat tempur ini sangat presisi saat menembak.
Untuk kestabilan terbang, Rafale memiliki kemampuan manuver zero gravity atau G (+9 G atau -3 G). Hal ini membuat Rafale memiliki tingkat aerodinamika yang tinggi.
Berbagai kecanggihan Rafale tersebut membuat Prabowo tertarik untuk membelinya. Tetapi, seperti pepatah bilang, ada rupa ada harga.
Menurut Aircraft Compare, untuk satu unit Rafale Dassault harganya mencapai US$115 juta atau setara Rp1,5 triliun.
Dengan harga satu unit yang mencapai 1,5 triliun rupiah, maka bisa dihitung dana yang harus dikeluarkan Indonesia jika ingin membeli 48 unit Rafale Dassault.
Dari berbagai sumber
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`