Shutterstock
Dream - Pencemaran plastik di laut merupakan masalah yang kompleks dan tidak mengenal batas wilayah atau negara. Permasalahan datang tidak semata-mata langsung dari laut, namun lebih jauh ke hulu.
Misal saja dari industri yang memproduksi dan mendistribusikan produk plastik, hingga bagaimana konsumen atau masyarakat menangani sampah yang dihasilkan. Hal ini menjadi rantai panjang dari daur nilai plastik atau sering disebut life cycle.
“ Sebanyak 80 persen sampah laut di Indonesia berasal dari daratan dan 30 persen dikategorikan sebagai sampah plastik. Kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah akan mendukung ekosistem tata kelola sampah sehingga sampah tidak berujung mencemari lingkungan,” ujar Ida Bagus Agung, Ketua Bali Tourism Board, pada acara virtual Yok Yok Ayok Daur Ulang beberapa waktu lalu.
Tak hanya sampah yang dihasilkan masyarakat di rumah, sampah saat melakukan traveling pun memiliki potensi mencemarkan sampah.
“ Saat ini, setiap harinya Bali selalu kedatangan visitor, baik domestik maupun mancanegara sebanyak 40.000 pengunjung melalui jalur udara, laut, dan darat. Perjalanan laut yang umumnya dilakukan dengan cruise selalu menjadi potensi pencemaran sampah di laut,” ujar Ida Bagus Agung.
Melihat permasalahan sampah laut yang sedang terjadi saat ini di pantai-pantai bagian selatan pulau Bali, meningkatkan kesadaran penanganan serta pengelolaan sampah menjadi hal yang penting.
Sampah yang dikelola dengan baik mampu menghasilkan nilai tambahan atau added value yang mampu mendorong ekonomi sirkular.
“ Melalui Bali Waste Cycle kami mengedukasi, melakukan pengangkutan, pengumpulan, sampai pada pengolahan. Sehingga sinergitas berbagai pihak perlu dilakukan. Sampah yang sudah dipilah dan dikelola dengan baik, akan memudahkan untuk proses selanjutnya, yaitu daur ulang guna menjaga Provinsi Bali yang benar-benar BALI, Bersih, Asri, Lestari, dan Indah,” kata Putu Ivan Yunatana, Founder Bali Waste Cycle.
Program Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) juga hadir untuk mengedukasi daur ulang plastik untuk meningkatkan kesadaran penanganan serta pengelolaan sampah.
“ Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR, di mana salah satunya adalah pengelolaan sampah responsible atau bertanggungjawab. Untuk mewujudkan aksi nyata, perlu dilengkapi melalui proses komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, pada kesempatan yang sama.
Kedepannya, Kemenparekraf mencoba menyikapi adanya perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan destinasi wisata menjadi smart-green destination.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah